Drawing (63)

4.3K 473 89
                                    

Maaf guys.. Semalem aku ketiduran lagi. Tapi nanti siang aku update lagi kok 😏 soalnya chapter ini aku bagi jadi 2 karena kelewat panjang.

Jangan lupa vote dan commentnya 😊

***

"Kata mama, Echan tadi berantem ya sama Nono?" Taeil membelai rambut putranya yang kini berbaring memeluknya diatas tempat tidur. Kepalanya yang menempel di dada Taeil mengangguk pelan.

"Kok berantem? Kenapa?" Taeil.
"Echan malah, Nono lucak menala yang echan buat ama Malk hyung" Haechan menduselkan kepalanya ke dada Taeil.
Taeil tersenyum lembut.
"Tapi gaboleh loh langsung jambak Nono gitu… kan sakit. Echan juga sakit kan tadi waktu dipukul Nono?"
"Tapi Echan malah…" Haechan cemberut.

"Iya.. Echan pasti marah, Papa tahu kok Echan udah susah payah bikin menaranya sama Mark hyung, tapi harusnya Echan bilang dulu ke Nono kalau Nono gaboleh gitu, kalau Echan marah dan sedih karena menara Haechan dirusak Nono"

Haechan hanya diam.
"Ada lagi yang bikin Echan marah? Ini Echan masih tidak enak?" Taeil mengelus dada Haechan. Taeil yakin Jeno yang merusak menara Haechan dan Mark bukan satu satunya alasan putranya marah sampai menyakiti temannya dengan tiba tiba. Mood Haechan memang sedang tidak bagus sejak kemarin.

"Hiks hiks hiksss" bukannya menjawab Taeil, Haechan justru menangis.
"Sssssshhhhh… Echan nangis aja kalo mau nangis. Echan sedih?" Taeil memeluk Haechan dan mengelus belakang kepala putranya. Membiarkan Haechan membasahi piyamanya dengan air mata.

"Echan… hiks … hikss.. Malk hyung… hiks.. Semakana.. Huaaaaaa" Haechan menangis semakin keras mengingat penyebab moodnya tidak bagus sejak kemarin.
Taeil menghela nafas, Haechan ternyata masih memikirkan boneka semangka yang Mark berikan pada Mina.

"Echan masih sedih sama boneka yang semangkanya?" Taeil. Haechan menganguk sembari masih menangis. Taeil hanya tersenyum ketika mendengar suara Haechan menarik ingusnya, pasti sekarang piyamanya bukan hanya basah oleh air mata, tapi juga ingus Haechan.

Taeil terus mengelus kepala Haechan dengan lembut.
"Mark hyung sudah minta maaf kan pada Echan? Mark hyung cuma ingin membantu Mina Noona punya teman baru" Taeil.
"Echan.. Echan… echan gabole malah? Tapi echan malah ama Malk hyung. Huwaaaaaaa… echan gamau malah.. Gabole malah… Tapi echan malah…" Haechan menangis tersedu sedu.

Taeil tersenyum.
"Kata siapa Echan gaboleh marah?" Taeil.
"Mina noona butuh teman. Malk hyung bantu tapi echan cedih Malk hyung bantu. Echan jaat? Hiks.." Haechan mencengkram erat kerah piyama Taeil dan kembali menangis.

"Echan ga jahat… wajar sayang, kalau Echan sedih. Papa juga sedih kalau papa kasih hadiah ke Mama, tapi terus Mama kasih hadiahnya ke orang lain" Taeil.
"Its okay to be sad about that, dear" Taeil mengecup pucuk kepala Haechan.

"Is it okay?" Bisik Haechan sambil mengangkat kepalanya, memandang Taeil. Benar saja wajah Haechan sudah basah oleh air mata dan ingus.
"Iya ... Gapapa kalau Haechan sedih karena itu. Tapi jangan lama lama. Mark hyung kan udah minta maaf, dan udah kasih tau Haechan alasannya kenapa bonekanya diberikan pada Mina Noona" Taeil tersenyum lembut.

"Echan udah maafin Mark hyung kan?" Taeil.
Haechan mengangguk.
"Maapin" Jawab Jaechan lirih.
"Yaudah… kalau sudah Maafin Mark hyung, sekarang Haechan puas puasin sedih sedih dulu gapapa, tapi besok jangan sedih lagi ya?" Taeil mengelap pipi Haechan yang basah dengan ibu jarinya. Haechan mengangguk dan kembali menenggelamkan wajahnya pada Taeil untuk melanjutkan kegiatan menangisnya. Ia mau sedih dulu malam ini.

"Eh.. Kok anak Mama nangis gitu?" Doyoung yang baru masuk ke kamar dikejutkan oleh pemandangan putranya yang sedang tengkurap dan menangis di dada matenya.
"Dia mau sedih sedih dulu tentang boneka semangka, biar besok ga sedih lagi" Taeil berbisik sambil mengelus punggung Haechan.

[END] Heart of Immortal [JohnTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang