Morning Sickness (16)

9.6K 950 97
                                    

"Ten, apakah kau sudah bangun?" Taeyong masuk kedalam apartemen Ten. Semalam ia sudah minta password apartemen Ten agar ia bisa leluasa masuk dan mengecek kondisi Ten.

"Astaga" Taeyong terkejut dan menjatuhkan tas bayi Jeno saat melihat Johnnyㅡ yang hanya menggunakan celana pendek, memamerkan otot perutnya berjalan dari arah dapur memegang gelas yang berisi cairan kental merah.

Jeno yang berada dalam gendongan Taeyong ikut menatap Johnny.
Johnny berdiri mematung. Mereka berdua hanya diam beberapa saat, tidak bergerak, tidak bersuara. Hingga akhirnya Johnny memecah keheningan dengan meneguk cairan merah dalam gelasnya. Seketika itu juga mata Johnny berubah merah.

"Kau… " Taeyong tampak terkejut melihat Johnny.
"Bukannya kau Johnny?" Tanya Taeyong. Johnny mengangguk.
"Nono dan papanya nono kan?" Johnny bertanya balik.

"Mama nono" Jeno mengkoreksi.
Johnny menoleh pada Jeno yang masih di gendong Taeyong.

"Oh okay. Kalian Nono dan mamanya nono kan?" Jeno tersenyum pada Johnny. Sementara Taeyong mengangguk pelan.

"Kenapa kau minum darah?" Selidik Taeyong
"Aku… haus?" Jawab Johnny sekenanya.
"Kau vampir?" Kini Taeyong mulai paham.
Johnny mengangguk, kembali meneguk darah dari gelasnya.

"Bukannya pacar Ten itu manusia?" Tanya Taeyong lagi. "Kau beneran Johnny?" Taeyong curiga.
"Ten juga baru tahu kalau aku vampir semalam" Johnny tersenyum
"Hah?"

***

"Jadi kau vampir yang sudah lama hidup menyendiri?" Taeyong dan Johnny kini duduk berhadapan di meja makan. Johnny sudah menggenakan kaos, ia memang meninggalkan beberapa potong pakaiannya di apartemen Ten. Johnny baru saja menjelaskan kronologi bagaimana Ten dan dirinya saling salah paham. Johnny mengangguk menjawab pertanyaan Taeyong.

"Sejak kapan kau hidup menyendiri?" Selidik Taeyong
"Hmmmm lebih dari 80 tahun sepertinya. Aku juga tinggal di mansion dengan manusia. Taeyong mengangguk

"Pantas saja.. Aura vampirmu sangat lemah. Bahkan saat meminum darah pun masih lemah. Pantas saja Ten tidak tahu"

"Maaa.. Mauu" tangan Jeno berusaha menggapai gelas Johnny yang berisi darah.

"Kemarin sangat kacau. Kau tau tidak Ten pingsan di kamar mandi?" Taeyong mulai bercerita, tangan kanannya memeluk Jeno yang masih berusaha menggapai gelas Johnny. Sementara tangan kirinya membuka tas bayi Jeno dengan pandangan mata yang masih fokus pada Johnny.

"Mark menelefonku sambil menangis sesegukan. Bilang kalau papanya di kamar mandi ga bangun bangun" Taeyong terus merogoh tas bayi Jeno. Mencari sesuatu.

"Waktu kami bertiga masuk apartemen, Ten sudah tergeletak di lantai kamar mandi. Masih menggenggam testpack. Semua syok. Kita ga nyangka Ten bakalan hamil" Taeyong akhirnya menemukan yang ia cari dan mengeluarkan sekotak 'jus tomat' dari tas bayi Jeno.

Taeyong agak memundurkan tubuhnya sembari menarik Jeno yang ia peluk dengan tangan kanan. Jeno tampak kesal karena ia hampir berhasil menggapai gelas Johnny sebelum ditarik oleh Taeyong.

"Mark nangis terus. Sampai teriak teriak histeris lihat papanya tak sadarkan diri. Ten juga habis sadar nangis terus. Kacau deh semua. Untung keadaan janin dan tubuh Ten baik baik saja. Ternyata dia mengandung pure blood. Pantas saja ia dan janinnya sehat. Kita semua sudah khawatir Ten mengandung half-blood" Taeyong menusukkan sedotan ke kotak jus Jeno dan mendekatkan ujung sedotan ke mulut Jeno.

Jeno yang mencium bau darah dari kotak jusnya segera memasukkan ujung sedotan ke mulutnya dan minum dengan tenang dalam pangkuan Taeyong.

Johnny hanya terdiam, selain karena terkejut mendengarkan cerita Taeyong ia juga salah fokus dan kagum melihat Taeyong yang multitasking dihadapannya sekarang. Ia terbiasa melihat Ten yang selalu bergerak lembut saat mengurus Mark dan kini melihat keterampilan dan tangan cekatan Taeyong mengurus bayi gembul yang sangat aktif membuat Johnny terpana. Bahkan Taeyong masih sempat sempatnya bercerita tanpa melepas fokusnya dari Johnny.

[END] Heart of Immortal [JohnTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang