Ten memejamkan matanya, perutnya sakit dan ia merasa mual. Ten menutup mulutnya dengan tangan. Johnny yang tanggap dengan kondisi Ten segera mendekatkan plastik yang sejak tadi ia pegang kemulut Ten.
"Hoeeeksss" Ten muntah darah.Lagi.
Johnny memijit tengkuk Ten dengan telaten.
Sejak masuk ke pembukaan ke 6 Ten mulai muntah muntah. Sekarang ia sudah pembukaan ke 7.
Mark menggenggam tangan Ten. Matanya berkaca kaca. Bibirnya daritadi digigit menahan tangis.
Sebenarnya Mark sudah di ajak keluar ruangan sejak tadi untuk main bersama Jeno dan Renjun tapi ia bersikeras untuk menemani Ten. Ia tak ingin dipisahkan dengan papanya.
Ten menghela nafas dan menyenderkan bahunya pada kepala ranjang. Mark terus menggenggam tangan Ten. Ten menoleh pada Mark dan tersenyum.
"Papa tidak apa apa" Ten tahu Mark pasti sangat khawatir sekarang. Mark hanya mengangguk menunjukkan dia juga tidak apa apa. Mark tidak berani menjawab atau berbicara apapun. Jika mulutnya terbuka ia rasa ia akan menangis saat itu juga.
"Mark ke kamar Renjun saja yuk. Main sama Jeno dan Renjun" Johnny mencoba membujuk Mark kembali. Mark menggeleng kuat.
"Mai [tidak] Malk sini aja" suaranya bergetar menahan tangis.
Ten tersenyum dan membelai rambut Mark."Pa…?" Mark memanggil Ten dengan lirih. Ia tampaknya sedang memikirkan sesuatu.
"Hmm??" Ten mencoba menjawab Mark ditengah kontraksinya."Papa tidak akan pegi kaya mama leven kan?" Suara Mark masih bergetar
Ten menoleh pada Mark. Kontraksinya sudah mereda."Tidak Mark. Papa tidak akan pernah pergi dari Mark. Kan papa sudah janji" Jawab Ten cepat.
Johnny segera mendekat pada Mark dan memeluknya."Papa dan Daddy tidak akan kemana mana sayang"
Mark menangis dipelukan Johnny.
"Tapi mama leven pegi setelah malk lair.. Hiks.. Malk atut papa pelgi setelah ade ade lair.. Hiks""Sshhhh Mark, lihat Daddy" Johnny mengangkat wajah Mark dan menatap mata Mark yang berlinang air mata.
"Kita kan udah pernah bicara tentang ini sayang. Keadaan Papa dan Mama Eleven itu berbeda. Papa sekarang memang sakit, tapi tidak akan sampai membuat papa pergi. Nanti setelah adek adek bayi lahir sakit papa akan hilang. Jadi Mark bersabar sebentar lagi ya? Kita harus membantu Papa biar adek adek bayi cepat keluar" Johnny tersenyum mencoba menenangkan Mark.
Mark mengangguk dan menyeka air matanya. Ten tersenyum.
"Papa janji tidak akan kemana mana. Papa akan selalu bersama Mark. Dan Daddy. Okay?" Ten mengelus kepala Mark.
" Dan dede dede bayi" sambung Mark sambil tersenyum.
"Iya.. Sama dede deuuhhggh" Kontraksi Ten datang lagi dan lebih intens. Mark kembali meraih tangan Ten dan menggenggamnya.***
"Pembukaan 8 Ten. Sedikit lagi!" Jaehyun tersenyum setelah memeriksa jalan lahir Ten. Ini sudah hampir 11 jam sejak kontraksinya yang pertama.
Matahari mulai terbit pagi ini. Mark masih dengan setia menemani Ten meski sudah dibujuk berkali kali oleh Johnny dan Taeyong. Mark tetap tidak mau keluar dari ruangan bersalin. Balita 4 tahun itu dengan sabar menemani Ten, membantu Ten meminum darah dan menggenggam erat tangan Ten ketika kontraksi datang.
"Aigoo aku tidak yakin Jeno bisa paling tidak meniru separuh saja sifat Mark" Taeyong baru saja masuk ruangan bersalin setelah mengecek Jeno yang tidur bersama Winwin, dan berdecak kagum melihat Mark masih sangat setia mendampingi Papanya. Jaehyun hanya terkekeh mendengar keluhan Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Heart of Immortal [JohnTen]
Fanfic[M/M] "Kau..." "Kau vampir, Ten?" "Kau vampir sungguhan?" "Astaga Ten! Aku sangat bahagia!" "John, kau betulan vampir?" "Ya ampun Ten.. Aku vampir. Sungguh. Pure blood!" "Tapi.. Kau makan makanan manusia John" *** Cerita tentang kesalahpahaman ant...