Mark (19)

8.1K 886 30
                                    

"Tae... tolong bantu aku membawa Ten. Kami di parkiran. Dan tolong bawakan selimut" ucap Johnny dari ujung telefon. Taeyong sedang di apartemen Ten menjaga Mark dan Jeno yang baru saja tertidur di kamar Mark. Taeyong bergegas keluar apartemen menuju ke parkiran mobil di bawah gedung, tidak lupa mengambil selimut dari kamar Ten.

Setelah menemukan mobil Johnny, Taeyong mengetuk kaca mobil Johnny. Johnny membuka kaca mobilnya. Taeyong kaget mendapati Ten duduk lemas. Kemejanya penuh bercak darah. Kemeja Johnny juga dipenuhi bercak yang sama. Jika ada yang melihat keadaan mereka pasti mereka akan disangka korban penusukan.

"Kau bawa selimut kan?" Taeyong mengangguk.
Johnny turun dari mobil dengan cepat kemudian membuka pintu penumpang depan. Meraih selimut dari tangan Taeyong dan membungkus badan Ten dengan selimut. Kemudian dengan hati hati mengangkat Ten. Dan menggendongnya dengan bridal style.

"Tolong sekalian bawakan koperku d bagasi Tae" Johnny meminta tolong pada Taeyong. Taeyong mengangguk dan segera membuka bagasi mobil mengeluarkan koper Johnny. Mereka bergegas masuk kedalan gedung apartemen. Beruntungnya hari ini gedung apartemen tampak sepi.

"Ah.. Permisi. Kami sedang buru buru karena teman kami sakit. Apakah kalian bersedia untuk naik lift berikutnya?" Taeyong memohon pada beberapa ibu-ibu yang berdiri di depan lift yang terbuka.
"Oh.. Silahkan silahkan kalian duluan saja. Kami akan menggunakan lift berikutnya saja" kata seorang ibu mempersilahkan Taeyong dan Johnny yang menggendong Ten.

"Terimakasih" ucap Taeyong dan Johnny bersamaan. Ten memang sudah tertutup rapat dengan selimut, noda di kemeja Johnny juga tak terlihat karena tertutup Ten. Namun jika berada dalam lift yang sempit pasti para ibu-ibu tersebut akan mencium bau darah.
Lift langsung naik ke lantai apartemen Ten. Mereka beruntung tidak ada orang yang manghentikan lift.

Taeyong segera membuka pintu apartemen Ten. Meletakkan koper Johnny di ruang tengah dan berlari menyusul Johnny ke kamar Ten. Merapihkan bantal Ten sebelum Johnny membaringkan Ten dengan perlahan di tempat tidur.

Ten sebenarnya masih sadar namun ia sangat lemas sehingga ia hanya diam pasrah.
"Apa yang terjadi?" Taeyong bertanya pada Johnny.

"Dia muntah muntah di mobil. Tadi dia minum segelas darah saat di mansion. Awalnya tidak apa apa dan tidak mual saat minum di mansion tiba tiba di tengah perjalanan pulang dia mual dan muntah-muntah" jawab Johnny sembari membuka kemeja kotor Ten.

"Ya ampun Ten... " Taeyong kemudian keluar dari kamar Ten. Tak lama kemudian ia kembali dengan baskom berisi air dan beberapa potong handuk bersih dan memberikannya pada Johnny. Johnny yang sudah selesai melepas kemeja Ten kemudian menyeka tubuh Ten dengan lembut.

"Adek adek, di dalam perut papa yang tenang ya nak. Jangan bikin papa kalian sakit muntah muntah terus" bisik Johnny saat menyeka perut Ten. Ten hanya tersenyum lemah.

"Heh? Adek adek?" Tanya Taeyong yang mendengar bisikan Johnny pada perut Ten.
"Bayinya kembar Tae. Ada dua" jawab Johnny tersenyum lebar.
"Hah? Beneran?" Taeyong terkejut dan melihat ke arah Ten.
Ten hanya mengangguk pelan sambil tersenyum lemah. Badannya terasa sangat lemas.

"Ya ampun Ten! Selamat!!! Wah rame banget nih nanti" Taeyong tampak sangat bahagia.
"Oh.. Ini ganti semua pakaiannya" Taeyong mengambil kaos dan celana pendek longgar milik Ten dari lemari dan menyerahkannya pada Johnny.

"Aku siapkan darah hangat buat Ten dulu. Kasian dedek dedeknya pasti kelaparan belum sempet minum darah hari ini. Mau minum malah dimuntahin sama papanya" Taeyong meninggalkan kamar Ten dengan semangat.

Johnny tertawa sementara Ten hanya tersenyum dan memejamkan matanya. Johnny melepas celana Ten, kemudian menyeka badan Ten yang telanjang bulat dengan perlahan sembari menikmati pemandangan indah tubuh ten.

[END] Heart of Immortal [JohnTen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang