Johnny segera menyalakan mesin mobil dan buru-buru menginjak pedal gas begitu ia masuk ke dalam mobilnya , tangan kanannya menggenggam erat kemudi sementara tangan kirinya sibuk melonggarkan dasi yang ia kenakan.
"Urgh... " Johnny mengerang pelan. Perutnya tak nyaman. Tenggorokannya terasa kering dan panas. Nafasnya juga sesak.
Johnny baru saja menghadiri sebuah jamuan makan malam yang cukup panjang. Tuan rumah ternyata tidak hanya mengundangnya untuk makan malam, namun juga mengajaknya minum teh bersama selepas makan. Membuat rencana Johnny untuk segera pulang setelah makan gagal.
Johnny tidak punya pilihan laim selain memaksa pulang di tengah acara mengobrol dan minum teh itu dengan alasan ia merasa kurang enak badan. Johnny mulai merasa tak sanggup dengan keadaanya.
Dengan bulir bulir keringat di pelipisnya dan gelagat kurang nyaman yang ditunjukkan Johnny, si pemilik rumah segera minta maaf karena sudah menahan Johnny tinggal lebih lama dan menawarkan untuk mengantarkan Johnny pulang. Namun Johnny segera menolak tawaran dan berkata ia baik-baik saja dan hanya ingin segera pulang untuk istirahat.
Dan sekarang Johnny sedang berusaha sampai secepat yang ia bisa ke mansionnya. Johnny melirik Jam di pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul 10:15. Pantas saja masih ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.
Pandangan Johnny tiba tiba menjadi agak kabur hingga tiba tiba sebuah teriakan membuat Johnny tersentak.
"MARK!!!" Johnny segera menginjak rem dengan kuat dan membanting setir ke kanan. Menghindari sosok kecil yang berlari dari arah kirinya. Kepala Johnny seketika itu juga terasa pening, dengan suara mendenging di kedua telinganya.
"Mark!!! Mark tidak apa-apa?" Sebuah suara terdengar berteriak panik. Johnny mengangkat kepalanya dan mendapati seorang pria berlari dengan wajah ketakutan dan segera memeluk anak kecil yang berdiri tak jauh dari mobil Johnny.
"Papa.. Hiks..." anak itu menangis dalam pelukan pria yang ia panggil papa.
"Mark.. Maafkan Papa" kali ini pria itu juga menangis.Johnny berusaha keluar dari mobilnya dengan badan yang lemas. Kepalanya pening, perutnya sakit dan pandangannya masih kabur. Namun ia dapat melihat sesosok pria yang lebih kecil darinya menggendong erat seorang balita yang masih menangis.
"Apa anda baik baik saja?" Tanya pria tersebut pada Johnny yang kini tampak sangat lemah. Johnny mengernyitkan dahinya dan hendak menjawab bahwa ia baik-baik saja sebelum tanpa bisa Johnny kendalikan, tubuhnya terlebih dahulu memberi jawaban
"hoekk.."
"Hoekkk.."
Johnny mengeluarkan semua makanan yang ia makan di perjamuan. Badannya masih lemas. Namun sekarang ia merasa lebih jauh baik. Johnny bersandar pada mobilnya dan menghela nafas panjang.
"Apakah anda mabuk?" Johnny menatap lelaki yang kini tampak marah. Johnny buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Ti...tidak" jawab Johnny lemah. Lelaki itu mendekati Johnny dan mengendus-endus. Anak dalam gendongannya sudah berhenti menangis dan sekarang menatap Johnny dengan takut.
"Anda tidak bau alkohol. Anda hanya bau muntahan." Bisik lelaki itu yang kini mundur 2 langkah setelah puas 'mengendus' Johnny, ekspresinya sekarang kembali berubah khawatir.
Johnny hanya terdiam dan menatap pria yang sedang menggendong seorang anak lelaki di hadapannya. Sekarang Johnny merasa jauh lebih baik, rasa pening dikepalanya perlahan mulai berkurang, nafasnya jauh lebih teratur, ini pasti karena ia sudah memuntahkan semua makanan jamuan tadi dari perutnya. Namun Johnny masih metasa tenggorokannya sangat kering dan perih.
"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Johnny setelah sadar ia tadi hampir menabrak anak kecil.
"Ah, Mark baik-baik saja. Hanya kaget. Tadi mobil anda berhenti beberapa meter di depan putera saya." jawab lelaki yang lebih pendek dari Johnny.
Johnny menghela nafas lega, dan menatap anak lelaki kecil yang diam dalam gendogan Papanya. Sama-sama menatap Johnny.
"Maafkan saya, tidak seharusnya saya menyetir dalam keadaan sakit" Johnny menundukkan kepalanya dan merasa cukup menyesal. Mungkin seharusnya ia menerima tawaran untuk diantar pulang, ataun setidaknya menggunakan jasa sopir bayaran.
"Tidak.tidak. ini juga salah saya yang sempat lalai dan tidak tahu bahwa mark berlari ke tengah jalan."
Johnny menatap lelaki dihadapannya yang masih memeluk anak balita bernama Mark. Sementara mark masih terus menatap Johnny.
Johnny tersenyum pada Mark. Anak itu kemudian tersentak dan menyembunyikan wajahnya di pelukan pria yang ia panggil papa.
"Mau saya antar ke rumah sakit?" Johnny bertanya. Sebenarnya ia ingin pergi sekarang dan segera kembali ke masionnya. Tubuhnya jauh terasa lebih baik namun tenggorokannya sangat kering. Johnny harus segera minum darah. Tapi Johnny rasa ia masih bisa menahannya sebentar untuk mengantar ayah dan anak di hadapannya.
"Tidak perlu. Sudah mobil anda tadi berhenti beberapa meter dari mark. Putra saya tidak terluka sedikitpun." Lelaki itu tersenyum.
Johnny kini mulai bisa melihat dengan jelas wajah lelaki dihadapannya. Kulitnya putih pucat, dengan mata berekor yang indah, hidung tinggi, dan bibir tipis yang tersenyum manis. Ia sangat cantik dan juga tampan.
Johnny tanpa sadar juga tersenyum memandangi wajah cantik dihadapannya.
Namun beberapa detik kemudian alisnya bertaut, heran. Ia memandang wajah cantik dihadapannya dengan penuh selidik. Dan kemudian menatap mark yang masih digendong. Ia mencium bau manusia pada mark tapi tidak mencium bau apapun pada lelaki dihadapannya.
"Siapa nama anda?" Tanya Johnny, ia masih berusaha berfikir siapa orang yang berdiri dihadapannya ini. Ia bahkan tak dapat masuk dan membaca pikiran orang ini, ia juga tidak bisa masuk ke dalam pikiran mark. Namun hal ini wajar, lebih sulit membaca pikiran pada anak kecil dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu ia mencium bau manusia dari mark. Namun tidak dari lelaki cantik dihadapannya ini.
Apakah pria di hadapannya juga vampire? Tapi Johnny yakin mark adalah manusia. Atau mark bukan benar-benar putranya?
"Oh.. Nama saya Lee Young heum" jawab si cantik sambil tersenyum.
"No. Papa itu Ten. Papa Ten" Mark tiba-tiba ikut menjawab sambil menepuk nepuk mulut papanya dengan tangannya yang kecil.
"Hahaha iya sayang. Nama panggilan papa itu ten. Tapi nama papa itu Lee young heum." jawab ten dengan sabar.
"Ten? Like the number 10?" Johnny bertanya, otaknya masih berusaha mengingat apakah ia mengenal seseorang bernama Ten? Tapi ia tidak dapat menemukan nama itu di dalam otaknya yang sudah berumur lebih dari seratus tahun.
"Iya. Ten yang itu." jawab ten. Tanpa Johnny sadari, ten juga terus mengamati Johnny dengan penuh tanda tanya sedari tadi.
"Perkenalkan saya Johnny. Johnny seo" Johnny mengenalkan dirinya.
"Johnny seo... " ten berguman, ia tak ingat kalau ia mengenal nama itu sebelumnya.
Ten juga tidak merasa bahwa ia pernah bertemu dengan Johnny. Namun ia merasa ada yang aneh dengan Johnny.
Ten tidak mencium bau manusia dari Johnny.
***
Nb:
FF ini bahasanya bakalan campuran dan mungkin (tanpa author sadari) sangat tidak konsisten.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Heart of Immortal [JohnTen]
Fiksi Penggemar[M/M] "Kau..." "Kau vampir, Ten?" "Kau vampir sungguhan?" "Astaga Ten! Aku sangat bahagia!" "John, kau betulan vampir?" "Ya ampun Ten.. Aku vampir. Sungguh. Pure blood!" "Tapi.. Kau makan makanan manusia John" *** Cerita tentang kesalahpahaman ant...