2

2.5K 162 1
                                    

"Eh bokap lo baik banget gila ini oleh-oleh termewah yang pernah gw dapetin El" kehebohan dimulai oleh Reki sang pejantan satu-satunya

"Oh my gooooshh serius ini buat gw El.. " Luna membolak balikkan sebuah tas bermerk yang diberikan papa

"Aseli ini mewah El.. bilang maksih banget ya buat bokap lo" Sera juga merasa sangat senang

Aku terkekeh melihat tingkah laku sahabatku ini. Ya kami semua sudah bersahabat sejak SMP jadi sangat wajar kalau papa juga mengenal mereka juga mengenal keluarganya juga.

Tapi tiba-tiba saja aku kepikiran Sheren apakah sudah pulang atau masih disekolah batinku. Tanpa pikir panjang aku pamit keluar sebentar pada mereka dan menyambar kunci mobilku segera tancap gas menuju sekolah. Jarak dari rumah kesekolah hanya sekitar 20menit mengendarai mobil.

Dan benar saja saat sampai aku masih melihatnya berdiri didepan gerbang sekolah yang sudah ditutup pak Maman seorang penjaga sekolah.

"Ayo masuk udah sore nih.." aku hanya membuka kaca jendela saja

"Ehh El kok lo balik lagi"

"Udah ngobrolnya dimobil aja skalian gw anterin lo pulang" melihatnya yang masih kebingungan aku pun turun dan memaksanya masuk kedalam mobil

Sepertinya sheren masih shock melihat kelakuanku dan terdiam melihat kearah luar.

"Gw anterin kemana nih Ren" tanyaku membuka obrolan

"Ee ke rumah aja alamatnya di....." memberitahuku alamat dan nama apartemennya yang ternyata searah

Setelah sampai disebuah komplek perumahan yang cukup mewah dikota ini dia langsung turun dan mengucap terima kasih. Setelah itu aku kembali pulang kerumah. Diperjalanan aku sedikit mengingat kenapa aku mikirin sheren padahal baru kenal.

"Dari mana lo gila aja kelakuan masa tamu dianggurin sih" ketus Luna yang melihatku baru datang

"Ya biasa misi kemanusiaan, lagian kalian kan udah tau dirumah gw emang sepi dan udah biasa juga kan kalian kesini ngapain nungguin gw"

"Kita laper tauk makanya nungguin lo mau delivery atau minta sibibi masakin?" Reki yang sembari mengelus perutnya

"Delivery aja deh KFC atau McD biar cepet" ujarku dan meninggalkan mereka masuk kamar untuk berganti pakaian

Setelah menghabiskan makanan mereka pamit pulang karena hari memang sudah mulai gelap. Aku diam dirumah karena cuaca panas jadi aku menghabiskan waktu didalam kamar bermain game konsol.

"Hai anak papa gimana kabarnya?" papa masuk kekamarku

"Ehh papa udah pulang ya hehehe El baik kok pa, kalo papa gimana?"

"Heeemm jangan main game terus kamu udah gede juga, gimana disekolah?"

"Papa nanyain sekolah sebagai apa dulu nih?"

"Nanyain kamunya lah kalo soal sekolah udah ada yg kasih laporan ke papa"

"Ya masih baru masuk jadi belum banyak kegiatan paling cuma kegiatan OSIS aja kan buat acara ulang tahun yayasan"

"Ohh ya udah nanti turun makan sama papa ya, inget loh jaga kesehatan kamu tuh"

"Iihh papa Yoel udah gede kali"

"Ya justru udah gede jangan sakit sakitan lagi gegara lupa makan"

Setelah mengobrol sebentar papa kemudian keluar dari kamar dan aku melanjutkan permainan yang tertunda. Papa memang orang tua tunggal semenjak kematian mama , papa tidak mau menikah lagi karena buat papa tidak ada yang bisa menggantikan posisi mama. Dan aku sangat bangga atas hal itu. Aku juga ingat bagaimana kami berdua terpuruk dalam masa-masa sulit sepeninggal mama dulu, waktu itu aku masih duduk dikelas satu sekolah menengah. Masa dimana melihat teman-temanku akrab dengan ibunya sesangkan aku kehilangan sosok mama untuk selamanya.






Kembali kerutinitas sekolah kukira hari ini tidak ada jadwal rapat OSIS dan pelajaran juga belum padat.

"Basket ahh lo ngikut ga El?" ajakan Reki padaku

"Males ahh gw mau kekantin aja ngemil"

Aku berjalan menuju kantin dan memesan segelas juice alpukat kesukaanku. Duduk memandangi siswa lain yang sedang bermain basket dan kegiatan lainnya.

"Pantesan dicari dikelas ga ada malah udah disini duluan" Sera menghampiri dan duduk dengan kasar disebelahku

"Hmmm...." hanya itu sahutku

"Kenapa lo sakit gigi El?" tanya Sera lagi dengan menyubit pipiku

"Lu ga pesen makan biar mulut lo dikasih kerjaan" sahutku sinis melirik Sera

"Bilang aja ga mau diganggu gitu aja susah" katanya lagi dan berdiri meninggalkanku

Jam pelajaran dimulai 30menit yang lalu tapi bangku disebelahku masih juga kosong. Apa mungkin dia ga masuk sekolah atau ahh entahlah kenapa jadi mikirin dia sih.

Selama jam pelajaran aku tidak konsentrasi hanya badanku saja yang berada dikelas. Sampai saat bel istirahat kedua aku meraih tas dan meninggalkan sekolah. Sebelumnya aku mendatangi ruang guru dan ijin alasan kurang enak badan.

Aku tidak pulang kerumah tapi kerempat lain, tempat dimana hanya ada aku dan tidak ada yang tau tempat ini selain papa. Bahkan tiga sahabatku juga tidak tau tempat ini.

Kurebahkan diri diatas bangku panjang dan melihat kearah langit yang ditutupi awan abu-abu. Menutup mata dan menikmati keheningan. Sampai ponselku berdering sangat keras lupa aku matikan tadi. Saat kulihat di layar ternyata papa. Segera melajukan mobil kearah pulang kerumah. Tapi papa sudah tidak ada pasti sudah berangkat lagi.

Membuka lagi ponsel menelpon papa katanya aku menunggu dirumah saja karena nanti ada tamu papa yang datang.

Sudah biasa rumah ini kedatangan tamu yaitu rekan bisnis papa dan aku selalu menemani papa menggantikan posisi mama. Hanya menemani tidak ikutan mengobrol karena yang dibahas hanya masalah kantor dan bisnis papa.

Jam 7 malam papa pulang dan ada sebuah mobil lain yang datang beriringan dengan papa. Aku berdiri dipintu depan menyambut kedatangan papa dan mengambil tas kerjanya setelah itu masuk keruang kerja papa.

Aku tidak begitu memperhatikan tamu papa tadi karena langsung masuk. Saat sudah dimeja makan aku baru dikenalkan oleh papa.

"Ini yang namanya Yoel waahh cantik ya mirip banget sama Mela ya" ucap seorang wanita menyebut nama mama

"Halo tante om salam kenal saya Yoel" sapaku ramah dengan berjabat tangan

"Eh anak kamu mana katanya mau diajak" tanya papa pada temannya

"Dimobil ada yang ketinggalan katanya"

"Naahh itu anakku, sini nak kenalkan om Cavin dan ini anaknya Yoel" ucap teman papa

"Laaaahhh kamu Sheren.." kataku yang melihatnya dengan terkejut dia juga menatapku kikuk

"Halo om saya Sheren" ucapnya pada papa

"Udah kenal nih jadi gampang..." ucap papa yang ambigu

"Maksudnya??" tanyakua

"Udah makan dulu aja sana suruh bibi siapkan"

Aku mengikuti saja perintah papa dan selama makan malam aku juga jadi pendengar yang baik mencerna obrolan mereka. Pandanganku juga menangkap Sheren yang duduk manis disebelah mamanya dan sesekali melempar senyum. Entahlah obrolan orang tua kadang memang sulit dimengerti.


.

.

.

Perjuangan Cincin Jari ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang