15

1.2K 91 0
                                    

Aku masih dibuat heran dengan perubahan sikap Sera dan Reki kemarin yang terlihat menutupi sesuatu.

"Mereka berdua kenapa sih kok aneh sejak kejadian kemarin?" tanyaku pada Luna

"Ga tau El kenapa ga tanya langsung ke mereka kan kemarin gw bareng sama lo terus" jawab Luna

"Hmmm iya juga lo pasti ga tau juga ya, tapi coba deh lo tanya Sera kali aja mau cerita kalo sama lo"

"Hehh males masalahnya Sera itu sensitif bisa habis gw dimaki-maki"

Kami berempat sudah dalam perjalanan pulang dari pantai. Selama perjalanan juga mereka saling diam. Aku yang dilanda kebingungan memutuskan untuk tidur saja membunuh waktu agar cepat sampai.

Sampai dirumah juga mereka mengantarku terlebih dulu, padahal harusnya Sera yang diantar dan aku terakhir.

"Thanks ya udah ajak liburan" ucapku

"Sorry El gw mungkin aneh tapi gw sama Sera punya alesan tersendiri semoga lo ngerti" kata Reki yang ikut menurunkan ranselku

"Its oke Ki santai aja gw percaya sama kalian kok"

"Ya udah gw cabut kasian tuh mereka juga pasti capek"

Aku menunggu Reki melajukan mobilnya dan menghilang dibelokan baru berjalan masuk kedalam rumah. Tapi sebelum itu aku merasa tidak asing dengan adanya mobil yang terparkir digarasi.

Masuk kedalam rumah aku langsung kedapur dan meneguk air minum. Saat itu ada bibi yang lewat dan aku bertanya siapa yang bertamu, dan bibi bilang itu teman kerja papa yaitu om Theo.

Aku menegang dan darahku berdesir langsung melangkahkan kaki naik ke atas. Tapi baru menaiki tangga suara papa menghentikan langkahku dan aku terpaku.

"El sini dulu" ajak papa

"El capek pa mau langsung tidur" jawabku tanpa menoleh pada papa

"Yoel..." aku menyerah menuruti kata papa dan berbalik badan

"Ya pa kenapa?" kataku bernada malas

"Ada om Theo dan tante Erica dibelakang ayo kamu ketemu dulu sebentar"

"Tapi pa..."

"Sebentar saja setelah itu kamu boleh kembali ke kamarmu"

Aku menuruti perintah papa dan melangkah dengan pelan.

"Sini El salam dulu.." perintah papa

"Halo om tante apa kabar" ucapku dengan nada sopan

"Hai El kabar kami baik, gimana kamu?" tante Erica

"Ya seperti yang terlihat tante"

"Bagaimana pekerjaanmu lancar disana?" sekarang gikiran om Theo yang betanya

"Sangat lancar juga om"

"Kami memang datang untuk meminta maaf atas semua yang sudah terjadi, semoga kedepannya kita masih bisa saling bekerja sama dan ikatan kekeluargaan tidak luntur" akhirnya mereka membahas masalah itu juga batinku

"Iya om sudah sangat lama, semuanya sudah baik-baik saja" jawabku

"Tante tau kamu sangat menderita waktu itu, tapi kamu juga harus tau kalau Eren juga sama menderitanya seperti yang kamu alami" aku tidak bisa mengerti ucapan tante Erica

"Ya sudahlah mungkin nanti mereka pasti bertemu" potong papa yang terlihat menyudahi obrolan ini

"Pah aku kekamar dulu, maaf om tante El ga bisa lama nemenin ngobrol" kataku dan pergi meninggalkan mereka

Kuhempaskan begitu saja badanku diatas tempat tidur memang karena lelah perjalanan dan ditambah ada tamu yang membuat ingatan yang sangat ingin aku hilangkan.

Sudah lebih dari hampir tiga tahun aku berusaha melupakan semua hal tentang dirinya. Ya dia yang dengan mudahnya mengakhiri semua hubungan, mengakhiri mimpiku lalu menggantinya dengan sakit hati.

Dengan kedatangan kedua orang tuanya kerumah semakin membuatku bingung sebenarnya apa yang sudah terjadi.








Pernikahan Reki digelar disebuah hotel milik keluarganya. Aku dan Luna datang bersama, sedangkan Sera datang dengan suaminya. Ada beberapa teman sekolah yang turut hadir jadi ini bisa jadi ajang reuni kecil.

"Wiiihh dah siap nih lo" ejek Luna pada Reki

"Dijamin tokcer deh hahahaha" Reki meladeni candaan Luna padahal ada Adel istrinya

"Selamat menempuh hidup bersama Reki ya Del, kadonya udah gw kirim kerumah lo soalnya gw males bawa" kataku dan memeluk pengantin baru ini

"Makasih ya El" jawab Adel dengan suara lembut

Aku melanjutkan berkumpul dengan teman-temanku yang lainnya. Semakin malam pesta ini semakin ramai ternyata Reki mengadakan acara khusus untuk nanti malam.

"Widiiihh ini beneran lo El? Makin cantik aja " goda Albert teman sekelasku dulu

"Secara dia ratu bisnis di Inggris makanya bisa keren gitu" jawab Luna

"Ehh ehh kok kayanya itu Eren iya tuh Sheren bukan sih?"

JEDEEERR!!! bak disambar petir aku mendengar Toni menyebut dan menunjuk pada seseorang dipintu masuk

Luna yang tau gelagatku langsung mencoba menenangkan dan berusaha mengalihkan pandanganku. Tapi semua itu gagal karena sekuat apapun aku menyangkal, jantungku tetap saja berdetak lebih cepat.

"Hai Luna apa kabar" suara itu ya suara yang sangat amat aku rindukan kini terdengar jelas ditelingaku

Luna menjawab dengan ramah dan biasa-biasa saja, sepertinya dia belum menyadari keberadaanku karena aku masih diposisi sama dan berdiri membelakanginya.

"Gw ke Reki dulu ya nanti gw balik lagi" katanya

Aku tidak kuasa menahan segala perasaan yang bergemuruh dan berxampur aduk seperti ini.

Menyambar segelas wine lalu menyendiri disudut yang sepi. Disinilah aku sekarang hanya menyendiri, takut semua usahaku menjadi sia-sia.

Ponselku bergetar panggilan dari Luna dan aku menerimanya. Setelah panggilan berakhir aku melangkah lagi kedalam ruangan dan membaur dengan teman yang lainnya.

BRUUUKKK!!!

Aku menabrak seseorang.

"Upss sorry sorry gw ga lihat" ucapku yang sambil menunduk

"I iya gapapa" suara ini kenapa bisa terdengar lagi

"Yo Yoel...." ah sial kenapa dia harus memanggil namaku tidak taukah dia bahwa aku sedang berusaha melupakannya

"Iya ini gw.." aku beranikan menatap matanya sekilas dan hendak melangkah pergi

"Bi bisa kita bicara.." ucapnya gugup

"Ga ada lagi yang perlu dibahas semuanya sudah berakhir" jawabku tanpa melihat kearahnya

"Kayanya kalian memang harus ngobrol berdua deh, selesaikan semuanya jangan ada yang disembunyikan lagi" Luna dan Sera sudah berada didekatku dan menatapku

"Ga sekarang, kasih gw waktu" ucapku

"El kalo lo perlu tempat silahkan lo buka satu kamar atas nama gw, gw ga mau lo tersiksa begini terus" Reki pun sudah didekatku dan menepuk pundakku

"Kasih gw kesempatan sekali aja, setelah ini gw ga akan ganggu hidup lo lagi" kata Eren yang kini menatapku

Aku menghela nafas menatap ketiga sahabatku dan menyetujuinya. Entah aku sendiri tidak tau hal apa lagi yang perlu dibicarakan. Bukankah dia sendiri yang dulu mengakhiri hubungan kami.

.
.
.
.

Perjuangan Cincin Jari ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang