13

1.1K 96 0
                                    

6 tahun kemudian.

Yoel POV

Aku sedang duduk dikursi kebesaranku dikantor dan ruangan yang sengaja aku desain sendiri.

Sesekali aku berdiri menghadap keluar yang terhalang kaca tebal dihadapanku. Dunia bisnis memang sangat memusingkan dan sering membuatku sedikit stress.

Setelah lulus kuliah aku resmi diangkat menjadi CEO diperusahaan papa. Papa mempercayakan pasar eropa ditanganku, sedangkan wilayah asia masih dipegang oleh papa langsung termasuk kantor pusat yang berada diIndonesia.

Sudah kurang lebih tujuh tahun aku tidak menginjakkan kaki di Indonesia. Bukan tidak rindu tetapi papa lebih memilih mengunjungiku ke Inggris.

Tetapi tidak tahun ini aku akan pulang kenegara asalku karena Reki akan menikah dan mengharuskanku datang. Mereka bertiga sangat marah ketika Sera menikah dua tahun lalu aku tidak datang. Berbulan-bulan mereka mengabaikan semua pesanku. Jadi kali ini aku akan datang secara langsung.

Tiba dibandara International Soekarno Hatta, aku melangkahkan kakiku menapaki lagi tanah kelahiranku dan aku dibesarkan. Udara yang sangat panas menyambutku. Keluar pintu kedatangan aku menangkap wajah seseorang yang aku kenali.

"Sikampreeeettt akhirnya lo pulang juga" Reki memelukku sangat erat sampai punggungku sakit

"Sakit bego... iya akhirnya gw liat muka lo Ki"

"Lo serius dateng dari Inggris?" Reki memperhatikan penampilanku yang hanya menggunakan kaos biasa, celana pendek dan sneaker seperti biasanya juga sebuah tas ransel kecil dipunggungku

"Gw punya rumah kali disini ngapain bawa banyak barang"

"Huhh iya juga sih, yookk langsung ke rumah lo?"

"Iya kerumah dulu aja mau mandi sama ketemu papa"

"Oke siappp nona CEO mariii..." dengan bergaya seperti pelayan dia bertingkah

Dalam perjalanan memang cukup jauh jadi aku dan Reki berbicara banyak mengenai pekerjaan dan kehidupanku sampai masih saja membahas aku yang tidak pernah mau pulang.

Sampai dirumah Reki ikut masuk dan bertemu dengan papa. Aku senang karena papa lebih punya banyak waktu untuk dirumah sekarang.

"Hai pa... anakmu pulang" sapaku dan aku mendapat pelukan

"Hai om Cavin hehehe" Reki juga mendapat pelukan dari papa

"Kok cuma berdua?" tanya papa

"Nanti malam mereka kesini kok pa" jawabku karena papa pasti menanyakan Luna dan Sera

"Ya udah om pamit dulu, bye nona CEO " pamit Reki

Papa tidak banyak bertanya dan membiarkanku langsung masuk ke kamar. Aku langsung menghempaskan badanku diatas tempat tidur. Badanku terasa sangat sakit dan pegal. Biarpun sudah mengambil penerbangan vip tetap saja membuat badan gegal. Dan aku tertidur karena sangat lelah membuka mata.

"Hehhh ratu kampret bangun lo" Luna sudah masuk kekamar dan menggonvangkan badanku

"Hmmm berisik deh Lun" jawabku dengan mata masih terpejam

"Kita udah dateng nah lo masih aja ileran"

"Huuhhh ya udah gw mandi dulu" jawabku dan berjalan gontai kekamar mandi

Setelah mandi aku kemudian turun kebawah menemui mereka bertiga yang sedang bercanda seperti biasanya. Dan papa juga ikut berkumpul bersama kami sekarang.

"Lo betah kayanya disana El" Sera bertanya padaku

"Iya padahal kuliah lo juga beres 3tahun doang kan" Reki menimpali

"Gagal move on sih lo kampreeett" celetuk Luna dan membuat kami termasuk papa melotot padanya

"Shiitt gw salah ngomong ya... sorry El gw ga maksud..." kata Luna yang kikuk

"Dah biarin aja gw ga masalah kok lagian udah lama" jawabku yang mencoba biasa saja

Kalau kalian bertanya dimana Sheren kenapa tidak ada bersama dengan kami saat ini. Itu karena kami sudah putus, berakhir alias sudah tamat. Mungkin aku dan dia tidak ditakdirkan untuk berjodoh. Kami memutuskan berpisah atau lebih tepatnya kata-kata itu keluar dari mulutnya tepat dimalam setelah aku datang ke Perancis menghadiri wisudanya.

Sakit? Itu pasti

Terluka? Itu jelas

Tapi apa yang bisa aku lakukan karena aku bukanlah orang yang serakah. Tidak mau memaksakan hal apapun yang bukan hak ku.

Dengan perasaan kecewa dan sakit hati aku menjauh hingga bayangnya pun tak pernah terlihat.

Jadi dua tahun belakangan aku fokus pada urusan pekerjaan. Bahkan papa sampai rela meninggalkan Indonesia dan menetap diInggris untuk bisa mengawasiku. Hidupku kacau dan berantakan, tidak ada lagi semangat dan hilang arah tujuan hidup. Sebulan penuh aku mengurung diri didalam kamar, menutup diri dari siapapun.

Orang tua Sheren sempat mendatangiku dan papa bertanya apa yang sebenarnya terjadi diantara kami. Tapi aku hanya diam, buat apa menjelaskan kalau semua sudah diakhiri oleh anaknya.

"Ehh bengong lo.." Reki menyenggol tanganku

"Udah ga usah dibahas lagi.. bahas yang lain aja.. lo berapa lama disini El?" Sera mencarikan suasana

"Ya sampe lo nikah aja, trus gw balik lagi kesana" jawabku enteng

"Sebulan doang dong lo disini" kaget Luna

"Ya kerjaan gw disana kan disini masih papa yang ngurus"

"Eh sebentar papa angkat telpon dulu" papa pamit karena nada dering diponselnya yang sangat nyaring

Aku menatap aneh pada papa padahal kalau sedang dirumah jarang mengangkat telpon apalagi sekarang malah menghindar.

"Kalo gitu kita harus liburan dulu dong mumpung nih CEO disini" celetuk Reki

"Lo bisa ga Ra? Anak lo kan masih kecil" tanya Luna pada sera

"Huumm bisa aja sih paling lama tiga hari, biar ntar nitip ke mama aja" jawab Sera

"Gw pengangguran selama disini jadi gausah natap gw begitu" jawabku yang tau maksud tatapan mereka semua

"Gimana kalo kita kepantai aja bosen gw gunung terus" kata Reki

"Terserah lo aja anggap sebagai pesta lajang buat lo" jawab Luna

Setelah mereka pulang rumah ini kembali sepi seperti biasa dan aku mengetuk kamar papa.

"Udah tidur belum pa? El mau ngobrol"

"Ya udah yuk kebelakang, papa juga kangen kamu"

"Maafin El ya pa udah kecewain papa soal perjodohan itu"

"Lupakan papa ga mau kamu kesakitan lagi El"

"Paa jujur sampai sekarang El belum bisa luapain dia"

"Yaaah pelan-pelan aja El dan coba buka hatimu untuk orang lain tapi jangan memaksakan juga, biarlah semuanya mengalir dan berlalu dengan sendirinya"

"Luka itu terlalu dalam pa" ucapku lirih

"Papa tau apa yang kamu rasakan El dan papa akan selalu bersamamu"

"El bangga punya papa dan maaf kakau El ga pernah pulang selama ini"

"Sudah lah jangan membahas seuatu yang bisa membuatmu bersedih lagi"

"Hmmm iya pa, besok El pergi sama sahabat El yang selalu kacau itu"

"Hahaha tapi mereka juga yang menghibur kamu dengan kekacauan mereka kan"

"Iya betul itu pa, mereka sudah dewasa tapi kelakuan masih saja kaya anak sma"

"Nikmati saja waktu kalian disini apalagi mereka sudah memikiki kelurga masing-masing"

.
.
.
.




"Sheren aku merindukanmu"

Perjuangan Cincin Jari ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang