Chapter 11

1.1K 118 11
                                    

BEGIN

(Terimakasih 100+ vote nya ^^, lop yu reader lunaa ❤❤)
.
.
.
.
.
.
.
.
"Sing, ayo kita pulang, " Off berdiri disamping sofa Singto yang masih saja duduk disana.

"Pulang lah dahulu, aku akan menyusul nanti. Kalau ibu bertanya, bilang saja aku ke mall sebentar. " Singto mengatakan hal itu sambil berdiri mengemasi ranselnya dan menatap Kristsesekali  yang saat ini gelisah di sofa nya.

Off mengikuti arah pandang Singto dan mengalihkan tatapan keluar jendela dimana hujan lebat dan badai berlangsung.

"Jangan bilang ini ulah mu ? Kau sangat ingin tahu tentang Krist ? "

"Entahlah Off, insting ku menyuruhku seperti ini "

"Good luck kawan, jangan lupa tanyakan tentang Gun "

"Dasar kau " Singto memjawab bosan.

Off lalu berjalan ke meja Tay yang berada disamping Singto.

"Yoo, unta, ayo kita pulang. "

"Tidak usah menarik ku, aku bukan sapi "

"Ya kau memang bukan sapi, kau kan unta! Dasar bodoh, HAHAHA, "

Tay hanya menatap Off takjub. Sebenarnya siapa yang bodoh disini?.
.
.
Ini kali pertama Krist tidak suka teman-teman sekelasnya keluar dari kelas ini. Rasanya ia ingin meminta mereka semua tinggal sampai hujan mereda. Tapi tidak mungkin kan? Kelasnya hanya berisi 10 orang dan mereka semua mempunyai mobil dan sopir pribadi sendiri.

Krist kembali menatap ponselnya, melihat notif dari Uncle ay.

"Kau tidak pulang ? "

Tiba-tiba Singto berdiri disamping mejanya dengan mantel yang disampirkan dilengannya. Tampan sekali.

"Hmm, mungkin sebentar lagi ? "

"Oh benar juga, kau menggunakan helikopter bukan ? Ingin ku temani sampai jemputan mu datang ? "

"Hmm, apakah tidak merepotkan mu ? "

Krist ingin sekali berkata 'IYA TENTU SAJA' kepada tuan sombong ini, tetapi ayolah, gengsi anak manja ini sangat tinggi.

"Tidak apa, aku tahu kau takut sendirian."

Baru saja Krist akan berterima kasih, emosi nya sudah disulut lagi oleh Singto.

"Aku tidak takut sendiri ya, dasar sok tau.!! "

DUAR

Tepat setelah Krist berucap, petir yang amat dahsyat melintas. Hey, ruangan ini kedap suara. Sebesar apa petir yang tercipta sehingga memcapai ruangan ini.

"Bunda.. " Krist tanpa sadar memanggil bundanya dengan cemas.

Singto menatap iba Krist, mungkin ia keterlaluan. Tapi hanya ini yang dapat dilakukannya.

"Berdirilah... " Singto membuat nadanya lebih lembut dan seakan tak ingin dibantah.

Dan dengan mudah nya Krist berdiri dari sofa single nya. Setelah itu Singto mendudukkan diri di soffa tadi. Krist hanya menatap bingung apa yang dilakukan ketua kelasnya ini.

"Duduk lah. " Singto menepuk pahanya dan menatap Krist.

"A-apa ?! Jangan bercanda, aku tid- "

Ucapan Krist terpotong saat Singto menarik tangannya dan terduduklah Krist dipaha sang leader.
Posisi Krist menyamping sehingga seluruh wajah mereka bisa berhadapan satu sama lain.

"Aku tidak akan berbuat apa-apa. Sofa ini sempit, kita tidak bisa duduk berdua. Dan jika aku duduk di sofa lain, maka posisi kita akan berjauhan. Kau tidak mau bukan ? " nada suara yang diapakai Singto saat ini benar-bemar selembut kapas, mencoba membuat seseorang didepannya merasa tidak terancam.

╰☆✓╮𝐋𝐮𝐧𝐞𝐀𝐥𝐩𝐡𝐚 | 𝐒𝐢𝐧𝐠𝐤𝐫𝐢𝐬𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang