Chapter 14

1.1K 110 12
                                    

BEGIN
.
(Sayang bibi banyak banyakk, happy reading😘)
.
.
.
.
.
.
Hari ini Ay akan pergi ke TGV mengajukan surat izin untuk tuan mudanya.

"Aku mengajukan surat izin atas tiga murid di kelas HG-1" Ay menyerahkan amplop coklat sebanyak tiga lembar.

Sang Wali kelas HG-1 yaitu Tn. Khai menerima amplop yang diberikan Ay. Ia membaca dengan seksama isi surat tersebut.

"Berapa hari anda mengajukan surat ini Tuan ?" Khai bertanya setelah melihat alasan di surat itu 'sakit'.

"Saya akan mengabari anda secepatnya Tn. Khai, saya tidak bisa memastikan kapan mereka akan sembuh total"

Khai menatap kembali suratnya dan memasukkan kedalam amplop.
"Baiklah, akan saya urus, semoga mereka cepat sembuh" ucapnya formal dan tersenyum.

"Terimakasih, kalau begitu saya permisi" Ay berdiri dari duduknya dan meninggalkan ruangan wali kelas kelas HG-1 tersebut.

Khai tidak bisa memaksakan alasan ketiga muridnya itu tidak hadir dalam waktu dekat. Karena disini ketiga muridnya itu terdaftar sebagai murid dengan identitas tertutup. Sekolah mengizinkan hal seperti ini. Jadi Khai tidak bisa berbuat apa-apa.
.
.
.
.
.
Singto menatap tiga bangku kosong dikelasnya hari ini. Tentu saja ia paham mengapa tiga bersaudara itu tidak datang ke sekolah hari ini. Singto kembali menatap buku di atas meja nya dan mengabaikan guru yang sedang menerangkan materi di depan kelas.
.
.
.
.
.
Lee terlihat duduk di kursi kerjanya dengan kening berkerut dalam. Menatap kertas dimejanya seksama.

"Serius sekali Phi.." Nammon masuk dan membawa secangkir teh kesukaan phinya. Teh hijau.

"Ah, Nam. Tidak, aku hanya sedang menghitung beberapa hal"

"Istirahat lah sesekali Phi, kan ada Ay."

"Iyaa, cerewet sekali sih"

"Ishh, aku mengatakan hal yang baik tau" Nammon mengomel sambil merapikan meja phinya yang berantakan oleh kertas-kertas.

Lee meletakkan penanya dan menyesap teh nya pelan. Nammon sangat tahu kesukaan dan apa yang ia inginkan. Itu membuat Lee merasa terperhatikan, walau ia belum menemukan matenya. Ia berjanji akan menjaga keluarganya, terutama adik kembarnya ini.

"Bagaimana anak-anak ?" Lee bertanya.

"Baik Phi, mereka sedang tidur. Makanya aku bisa kesini. Kau tahukan kondisi Mae zui tidak baik akhir-akhir ini, jadi Liana disana menemaninya. Liana menitipkan Krist pada ku"

"Oh, begitu baguslah." Jeda beberapa saat.
"Nam, apa kau tidak pernah berfikir untuk kembali pada pack ,Daddy ?"

Nammon memberhentikan gerakan tangannya. Menatap Lee yang juga sedang menatapnya.

"Tidak ada seorang anak yang ingin jauh dari keluarganya Phi"

"Bagaimana kalau kita kembali ?" Lee bertanya.

"Bukankah itu akan menyakiti Pho? Dia pasti lebih menderita dengan ini Phi." Nammon menunduk.

"Kemarilah..." Lee memutar kursinya kesamping dan merentangkan tangannya.

"Maafkan aku.." Lee memeluk perut Nammon yang telah berada di rengkuhannya.

"Tidak apa-apa Phi, kita lihat saja takdir kita"
.
.
.
.
Di mansion yang didominasi warna putih gading ini, terlihat dua orang yang sedang bercakap.

"Aku ingin membeli beberapa berlian lagi."
Lelaki ini bersuara.

"Lagi ? Kau hanya ingin bertemu dengannya kan Phi ?"

╰☆✓╮𝐋𝐮𝐧𝐞𝐀𝐥𝐩𝐡𝐚 | 𝐒𝐢𝐧𝐠𝐤𝐫𝐢𝐬𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang