Jaeminie🐷
Gue ga bisa jemput lo skrang.
Maaf.): y udh
Read.
Jeno menghela nafas, menutup aplikasi chatnya kemudian meletakkan ponselnya di sisi kanan pahanya.
Jam telah menunjukkan pukul tujuh lewat dan Jeno tidak berniat untuk pergi ke sekolah hari ini. Ia masih duduk di atas sofa apartemennya dengan pikiran melayang. Otaknya terus memutar perkataan Yeri kemarin malam yang berhasil membuatnya gelisah sepanjang malam.
Jeno tidak mempermasalahkan uang yang ia berikan pada kekasihnya, hanya saja, kenapa Jaemin harus berbohong. Jika memang uang itu untuk keperluan lain seharusnya pemuda manis itu tinggal bilang padanya. Selama itu positif, Jeno tidak mungkin marah.
Sekali lagi, Jeno menghela nafas berat. Pemuda tampan itu menyandarkan punggung dan kepalanya pada sandaran sofa dengan mata terpejam. Kepalanya terlalu penuh dengan rasa curiga dan pikiran negatif. Dadanya terus berdebar; tak sabar untuk segera meluruskan permasalahan yang mengganjal. Entahlah, tebakannya selalu mengarah pada satu orang yang sama. Dan saat ini ia sedang menunggu pesan dari seseorang yang akan mengirim alamat Juan padanya.
Yah.. Jeno selalu menaŕuh curiga pada lelaki itu.
Kurang lebih selama lima jam Jeno menunggu. Dari ia membuat mie instan untuk sarapan, mengantar baju kotor di apartemennya ke laundry, belanja makanan ringan dengan beberapa kaleng bir, menonton film, dan terakhir ia mandi untuk kedua kalinya lalu memakai seragamnya.
Beberapa menit lalu Jeno telah menerima pesan dari temannya. Alamat lengkap flat Juan sekaligus voice note untuk menjelaskan bagian jalan dan patokan untuk sampai kesana. Maklum saja, flat Juan sedikit jauh dari perkampungan.
Jeno menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Jisung, meminta tolong pada sahabatnya untuk mengajak Jaemin pulang bersama Chenle. Kemudian ia segera menyampirkan tas ransel ringannya pada bahu kanan, menyimpan ponsel dan dompet pada saku celana, menyambar kunci motornya lalu keluar dari apartemen. Ia berjalan cukup cepat dan sesekali berlari kecil untuk sampai di basement. Kemudian ia bergegas menaiki motornya dan melesat keluar menuju jalan raya.
.
.
.
Sedikit sulit untuk menemukan tempat tinggal Juan, namun Jeno berhasil sampai disana meski dengan waktu yang lama. Ia memakirkan motornya di depan flat kecil berwarna putih di depannya, lalu melangkah mendekat kesana.
Jeno mengetuk beberapa kali, selama dua sampai tiga menit sebelum pintu kayu itu terbuka; menampakkan lelaki yang lebih dewasa darinya. Lelaki itu terlihat berantakan dengan wajah bangun tidurnya. Dan Jeno sangat tau lelaki di depannya, siapa lagi kalau bukan Juan.
"Gue boleh masuk?" Tanya Jeno meminta izin.
Juan menyerit seraya menggaruk kepalanya. "Siapa lo?"
"Temennya Bang Josh."
"Ooo." Juan hanya membulatkan bibirnya lalu mempersilahkan Jeno masuk.
Jeno berjalan santai ke arah tiga sofa lusuh di ruang tengah lalu mendudukkan dirinya disana tanpa sungkan. Begitu pula Juan, lelaki itu ikut mendudukkan diri di depan Jeno dengan satu kakinya yang terangkat.
Juan menguap lebar seraya menggaruk pipi kanannya, sebelum bertanya. "Siapa nama lo? Kayak gak asing gitu muka lo."
"Lee Jeno."
"Aah!" Juan menjentikkan jarinya, "Yang pernah ikutan balap itu?"
Jeno mengangguk acuh, netra sipitnya mengedar memperhatikan sekelilingnya. Nampak kotor dan lusuh dengan almari yang menarik perhatiannya. Almari kaca perpintu satu itu menunjukkan berbagai macam vape dengan obat-obatan terlarang. Seharusnya Jeno tak perlu terkejut dengan itu, mengingat bagaimana citra seorang Juan di kalangan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Relationship [NOMIN]
FanfictionCOMPLETE✔ [School life] [Romance] [Drama] JENO X JAEMIN "Terakhir kali kita berhubungan lo keluarin dimana?" "Diluar." "Masaa?" "Lo pasti tau kapan gua boong yang." Yah, Jaemin tau Jeno sedikit berbohong. Kekasih kurang ajar, batin Jaemin. WARNING! ...