Selama sepuluh menit Jeno menjadi orang bodoh. Ia hanya menyuruh Jaemin duduk di kursi meja belajar, mengusap wajah Jaemin yang mulai pucat, serta meremas tangan si manis yang berkeringat dan terasa dingin. Selama itu pula Jeno berfikir bagaimana caranya membawa kekasihnya ke rumah sakit sedangkan ia membawa motor hari ini. Hatinya juga gelisah, otaknya tak cukup pintar untuk menjelaskan segalanya pada Mama Na saat ini juga.
"Lo kuat jalan? Atau udah sakit banget?" Tanya Jeno panik.
"Gue bisa jalan kok." Balas Jaemin pelan.
Jeno menarik nafas dulu untuk menyemangati dirinya sendiri, lalu segera membuka seragamnya; membiarkan kaos hitam di dalamnya menjadi pakaian utamanya sekarang. Kakinya melangkah cepat ke arah lemari, mengambil celana selutut milik Jaemin dan memakainya.
"Fuck!" Umpat Jeno saat menyadari bagian pinggang celana pendek itu tak muat untuknya; alhasil Jeno hanya menarik resleting tanpa mengancingkannya. "Bodo amatlah."
Setelah menutup bagian kancing celana dengan kaos hitamnya, Jeno segera meraih jaket yang tergantung untuk memakaikannya pada Jaemin. Tak lupa ia juga mengambil pakaian dalam Jaemin dan ia masukkan ke dalam tas ranselnya untuk berjaga-jaga.
"Biar gak dingin, udah mau malem soalnya." Ujar Jeno setelah memakaikan jaket pada tubuh Jaemin. "Beneran kuat jalan kan?" Jeno kembali memastikan.
Jaemin mengangguk; menerima tangan Jeno untuk tumpuannya selama berjalan keluar kamar.
Di lantai bawah mereka menemukan Mama Na yang sedang membersihkan lantai dengan vacum cleanernya. Jeno otomatis terdiam, netranya sedikit membesar seraya meremas pelan tangan Jaemin. Ia gugup dan hanya bisa berdoa dalam hati agar Mama Na tidak curiga.
"Loh, mau kemana?" Tanya Mama Na mematikan vacum cleanernya.
"Emm..." Jeno melirik Jaemin yang merapat padanya sebelum kembali menatap Mama Na. "Mau ke apartemen Jeno Ma, ada tugas kelompok." Ucapnya dengan senyum canggung.
"Gak nunggu makan malam dulu?"
"Udah di tungguin temen-temen Ma." Jeno berteriak dalam hati agar Mama Na segera mengiyakan saja.
"Tapi kan kalian gak sekelas."
Bego lo Jen.
"Hmm.. iya.. ya emang gak sekelas Ma. Tapi.. shh.." Jeno berdesis, merutuki dirinya yang lambat berfikir.
"Adek mau ngajarin Jeno sama temen-temennya Ma, ada temen adek juga yang dateng." Sela Jaemin cepat, ia sudah tidak tahan.
"Iya! Gitu ma!" Jeno berseru meyakinkan.
"Mau nginep?" Tanya Mama Na lagi.
"Iya Ma. Temen-temen lain juga nginep soalnya." Jawab Jeno seraya mendekap pinggang Jaemin.
"Ya udah, ati-ati ya? Jangan telat makan malemnya."
Jeno mengangguk cepat dengan senyum lebarnya; berpamitan, lalu ia segera membawa Jaemin keluar dari rumah menuju motornya.
"Gue bawa motor Yang, lo beneran masih kuat kan?"
"Iyaa Jeno."
****
Jeno dan Jaemin baru saja turun dari motor, mereka sampai di rumah sakit dalam waktu singkat karena Jeno yang sedikit mengebut. Beruntung Jaemin tidak jatuh.
"Bentar-bentar." Jaemin menahan tangan Jeno yang akan membopongnya; ia memejamkan mata seraya bertumpu pada jok motor saat merasa nyeri pada perutnya.
"Yang." Jeno mengernyit cemas sambil mengelus pinggang Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Relationship [NOMIN]
FanfictionCOMPLETE✔ [School life] [Romance] [Drama] JENO X JAEMIN "Terakhir kali kita berhubungan lo keluarin dimana?" "Diluar." "Masaa?" "Lo pasti tau kapan gua boong yang." Yah, Jaemin tau Jeno sedikit berbohong. Kekasih kurang ajar, batin Jaemin. WARNING! ...