Jaemin dan Jeno kembali bersekolah setelah pulang dari rumah sakit dan sempat istirahat sehari di apartemen. Keduanya berangkat bersama menggunakan mobil untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Dan kini mereka berada di kelas masing-masing karena bel pelajaran pertama telah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu.
Jaemin masih duduk sebangku dengan Changbin dan ia merasa sebal, ia hanya tidak ingin Changbin mengganggunya hari ini. Beberapa hari yang lalu sudah cukup berat untuknya dan tadi ia sempat meminta Felix untuk berpindah tempat duduk dengan alasan agar dua temannya itu bisa bermesraan setiap saat, namun Felix malah menolak keras. Bahkan sahabatnya itu tak menggubris aegyonya dan memilih untuk tetap duduk bersama Lino di bangku paling depan.
"Dih Felix." Jaemin mencibir melihat interaksi Felix dan Lino di depan sana. "Pacar lo tuh!"
"Kenapa pacar gua?" Changbin mengernyit tak paham.
"Selingkuh ama Lino."
"Nggak bakal selingkuh dia."
"Lo percaya gitu??" Jaemin menaikkan sebelah alisnya.
"Menurut ngana?"
Jaemin mendengus; ia membuka lembaran bukunya dengan kasar lalu mulai menulis catatan dari papan tulis. Jika dipikir-pikir perkataannya tadi memang sangat konyol. Felix dan Lino sudah menjadi teman sebangku sejak kenaikan kelas, tidak mungkin mereka akan menjalin hubungan. Tapi yang Jaemin pertanyakan sekarang, bagaimana awal mula ia bisa duduk sebangku dengan Changbin dulu.
"Jangan kasar-kasar kalau nulis, robek ntar kertasnya."
Jaemin melirik Changbin dengan horor, "Jangan sok perhatian ya kntl!"
"Kntl gue gede dong." Changbin menaik turunkan alisnya menggoda. "Mau nyoba gak? Tapi gua belum cukuran sih, masih rimbun."
"Jijik goblok!" Jaemin mendorong kepala Changbin dengan sebal.
Changbin tertawa tanpa suara, ia masih tau diri untuk tidak berisik saat ada guru di depan kelas. "Tapi masih enak kok, Felix aja doyan."
"Felix aja! Gue gak!"
"Dih sok gak mau."
Changbin mencibir, ia memperhatikan Jaemin yang masih menulis meski alisnya menyatu pertanda kesal. Hingga beberapa saat kemudian bibir Changbin tertarik ke samping; menciptakan seringai samar saat otaknya mendapatkan ide jahil. Tangannya dengan cepat meraih tangan Jaemin dan menempatkannya di atas selangkangannya.
Jaemin mendelik; menarik tangannya secepat kilat sebelum menendang kaki Changbin dengan kuat.
"Bangsat! Najis banget gila!" Jaemin memaki dengan bisikan kesal, keningnya mengerut dalam sambil menggosokkan tangannya pada celana seragam. Jika saja tidak ada guru di sana, sudah di pastikan Changbin akan babak belur saat ini juga.
"Gede gak Na?"
"Fuck!" Jaemin mengangkat jari tengahnya membuat Changbin nyaris tak dapat menahan tawanya.
"Lucu banget sih Na. Selingkuh yuk!"
"Gue injek pala lo ntar!" Desis Jaemin.
****
Changbin bertukar tempat duduk dengan Eric setelah mendapat amukan dan kekerasan dari Jaemin. Pemuda manis itu memakinya habis-habisan, menamparnya, dan menendangnya hingga terjatuh. Bahkan Jaemin nyaris menginjak kepalanya jika Felix tak segera mencegahnya.Saat itu Felix memekik histeris dan berkali-kali berucap 'Jangan kayak Chenle'. Meskipun Changbin tidak paham, ia tetap bersyukur karena kekasihnya itu masih memiliki hati nurani untuknya. Padahal sebelumnya Felix hanya menontonnya yang sedang di amuki Jaemin, karena berfikir jika Jaemin tidak akan marah tanpa alasan. Tapi di sisi lain Changbin juga bersyukur karena Jaemin tidak mengatakan alasan kemarahannya pada Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Relationship [NOMIN]
FanfictionCOMPLETE✔ [School life] [Romance] [Drama] JENO X JAEMIN "Terakhir kali kita berhubungan lo keluarin dimana?" "Diluar." "Masaa?" "Lo pasti tau kapan gua boong yang." Yah, Jaemin tau Jeno sedikit berbohong. Kekasih kurang ajar, batin Jaemin. WARNING! ...