Chapter 24

17K 1.9K 85
                                    

Tidak terasa, waktu bergulir dengan cepat. Beberapa minggu telah terlewati dengan banyak kegiatan dan juga drama.

Jaemin, Jeno, beserta teman-teman seangkatannya sudah menyelesaikan Ujian Semesternya tepat seminggu yang lalu. Tinggal menunggu beberapa bulan lagi untuk menghadapi UNAS.
Jaemin berharap semuanya akan baik-baik saja.

Jaemin selalu berdoa, semoga tidak ada teman-teman di sekolahnya atau bahkan sahabat dekatnya yang tau tentang kehamilannya. Ia merasa tidak siap, dan tidak mau dijauhi. Selama Ujian minggu lalu pun Jaemin selalu memakai jaket yang lebih besar dari ukuran bajunya. Beralasan sakit, untuk menutupi perutnya yang lebih kecil dari kehamilan pada umumnya. Entahlah, Jaemin juga tidak tau kenapa begitu, tapi setidaknya ia bersyukur.

Untuk keadaan rumah keluarga Na, tidak banyak yang berubah. Masih beraura dingin dan terkadang terasa canggung bagi Jaemin. Yoona masih tampak acuh, tidak mau berbicara dengan Jaemin sedikitpun, namun masih memberikan perhatian secara diam-diam. Seperti membuatkan susu, menyiapkan sepiring sarapan sebelum Jaemin turun dari kamar, dan mengunjungi kamar Jaemin saat si bungsu telah terlelap.

Sedangkan Siwon, lelaki itu sudah banyak berbicara, meski terkadang terdengar kaku. Mungkin masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada putra bungsunya. Tapi, Ayah dua anak itu tetap mengawasi Jaemin setiap si anak berada pada jangkauan penglihatannya.

Jaemin bersyukur Jaehyun masih menjadi Kakak yang menyebalkan dan menyayangi Jaemin. Lelaki tinggi itu banyak sekali membantu Jaemin dalam hal apapun. Termasuk menghibur saat si bungsu merasa sedih karena sikap Ibunya atau saat bermimpi buruk.

"Udah?" Tanya Jaehyun melihat sang adik yang baru saja menandaskan segelas susunya.

"Udah." Jaemin mengangguk seraya mengusap bibirnya.

"Ayok berangkat. Ntar telat gue." Ajak Jaehyun beranjak dari tempat duduknya. "Berangkat ya Ma, Pa."

"Hati-hati." Balas Siwon.

Jaemin dan Jaehyun tersenyum hangat pada Siwon, sedangkan Yoona masih diam tanpa mau menoleh sedikitpun.

"Kita berangkat Ma." Ulang Jaehyun.

"Hmm." Gumam Yoona singkat.

Jaehyun menghela nafas, lalu merangkul adiknya dan berjalan keluar rumah. Terkadang ia sedikit kesal, tapi ia juga tidak bisa menyalahkan Yoona. Ibunya mungkin masih sakit hati. Setidaknya Yoona masih mau memberi perhatian; meski secara diam-diam, itu sudah cukup.

.

.

.

"Harusnya gak usah masuk. Udah mau liburan juga." Ujar Jaehyun saat di perjalanan.

"Gak bisa lah, yang lain masih masuk."

"Palingan yang masuk cuma anak Mipa." Cibir Jaehyun.

"Enggak ya!" Ketus Jaemin. "Semuanya harus masuk."

"Halah. Gue juga pernah sekolah SMA ya. Jadi gue tau, pasti banyak yang gak masuk."

"Serah." Balas Jaemin menyerah, karena memang sebenarnya sudah banyak yang tidak masuk sekolah.

"Emang Jeno masuk?"

"Masuk lah. Dia kan remidi."

Mata Jaehyun menyipit dan menoleh pada Jaemin sekilas, "Jadi lo masuk gara-gara nemenin Jeno remidi?"

"Enggak. Sok tau lo!" Jaemin merengut.

"Mentang-mentang bapaknya anak. Remidi aja di temenin. Pfft-- Akkh!"

Crazy Relationship [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang