『四十九』Surat dari Suyi

2.9K 329 12
                                    

Halo... udah 3 bulan ya...? Xixixi

***


Long Feiye yang sedang berjalan menuju ke arah mereka hanya memasang wajah datar dan dingin seolah tak ingin diganggu. Kepribadiannya yang satu ini bahkan dapat dirasakan oleh Raja Wei yang tadinya tertawa bersama Nenek Kekaisaran kembali ke raut wajahnya yang tak berekspresi.

Wei Ling yang duduk di samping Nenek Kekaisaran segera memberi Long Feiye salam hormat namun Long Feiye tidak memedulikannya. Pria itu langsung duduk dengan memasang wajah tidak senang.

"senang bertemu dengan anda, Yang Mulia." Raja Wei menyapa dengan nada ramah. Senyum yang ia tampilkan begitu menawan walaupun ia sudah hampir berkepala enam. Long Feiye hanya memandangnya dengan rendah. Seorang pelayan segera menuangkan teh ke dalam cangkirnya, tak lama ia segera menyesap teh itu dan tidak berkata apa-apa.

Nenek Kekaisaran memandang kedua wajah pemimpin itu secara bergantian. Perang batin sangat terasa sehingga Nenek Kekaisaran ikut diam dan tidak mengucapkan satu katapun. Wei Ling merasakan suatu tarikan yang sangat berat dari kedua sisi sehingga seluruh tubuhnya terasa terkunci rapat. Tatapan mata ayahnya yang lembut dibalas dengan tatapan Kaisar Qin yang tajam sangat bertolak belakang.

"bagaimana dengan semuanya di sana, Feiye?" akhirnya Nenek Kekaisaran memutuskan untuk mencairkan suasana.

Long Feiye mengalihkan pandangannya ke arah Nenek Kekaisaran,"semuanya baik-baik saja."

Setelah mengucapkan satu kalimat tersebut, suasana di taman itu kembali mencekam. Udara berhembus dengan gembira, menyambut malam yang sepertinya akan tampak cerah.

Raja Wei menegakkan tubuhnya. Pandangan yang diarahkan kea rah Long Feiye tampaknya begitu bersahabat. Gerak-geriknya yang tidak gelisah sama sekali itu membuat Nenek Kekaisaran dam Wei Ling begitu takjub.

"Yang Mulia, bagaimana dengan proposal putri kesayangan orang tua ini? Apakah Yang Mulia sudah memikirkannya?" Raja Wei berkata dengan nada bersahabat. "putri saya kurang apa? Cantik, berbudi luhur, dan pintar. Apakah ada yang Yang Mulia pikirkan kurang sukai darinya?"

Raja Wei masih terus saja menekan Long Feiye untuk mempersunting Wei Ling menjadi permaisurinya. Ia menyeruput teh melati yang baru saja dituangkan oleh pelayannya kemudian meletakkannya kembali ke atas meja. "bagaima-"

Ucapan Raja Wei terpotong ketika Long Feiye yang baru saja ikut meletakkan cawan tehnya ke atas meja, berdiri tegap dan berjalan dengan tangan yang memegang jubah yang baru saja ia lepaskan dari tubuhnya dan melekatkannya ke tubuh Nenek Kekaisaran. "Nek, ayo kita kembali. Anginnya tidak bagus untuk kesehatanmu." Long Feiye membantu Nenek Kekaisaran berdiri dan mereka berdua berjalan beriringan meninggalkan taman.

Ketidakacuhan yang dibuat Long Feiye menorehkan rasa malu yang dihadapi Raja Wei ketika ia dengan bodohnya berbicara dengan anak kecil kurang ajar tersebut. Begitu banyak pelayan dan penjaga di sekeliling mereka sehingga Raja Wei merasa murka dan menyuruh mereka semua pergi dari sana dengan nada tinggi.

***

Gazebo-gazebo di taman ini sudah diterangi dengan beberapa lilin yang meneranginya. Sinar bulan yang terang juga ikut menyinari istana yang masih ramai dengan para pelayan yang sedang ke sana kemari membawa hidangan makan malam. Begitu juga dengan Han Yunxi, gadis itu berjalan menuju ruang belajar istana yang terletak di ujung taman. Ketika Jisu menawarkannya untuk makan malam, Han Yunxi tidak ingin dan mengajak Jisu ke ruang belajar.

Langkah kaki Han Yunxi yang pelan itu tidak membuat Long Feiye yang mengabaikannya. Pria itu melihat Han Yunxi memasuki ruang belajar, dari jarak yang jauh ia masih bisa mekihat gadis itu yang sedang mengambil beberapa buku dan berbelok mencari bangku di sudut. Ketika tubuh Han Yunxi tidak terlihat lagi oleh mata Long Feiye, pria itu melanjutkan langkahnya ke ruang pertemuan di samping aula istana barat daya.

Empress Han Yunxi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang