SL 1

16.4K 119 10
                                    

"Hati tidak memilih tempat untuk berlabuh. Begitu juga dengan hatiku-Adryan"

Adryan Aryan's POV

Aku menatap bibirnya yang basah oleh salivaku. Bibir itu sedikit bengkak. Aku senyum, mengingat betapa nikmatnya rasa bibir itu tika aku mengulumnya sebentar tadi.

"Please, Adryan," matanya menatapku, memohon dengan lembut.

"No, tonight I'll make you mine," kataku.

Air matanya mengalir perlahan dari sudut matanya. Namun air mata itu takkan mengubah keputusanku untuk memilikinya malam ini.

"I'll give you everything, Soffyana," kataku seraya kembali menyentuh bibirnya dengan bibirku.

" Emmph..," dia mengatup bibirnya, enggan memberi ruang untuk lidahku masuk meneroka ke dalam mulutnya.

" Jangan melawan, sayang," aku meremas bukit kembarnya.

" Ahhh..., " sentuhanku pada bukit kembarnya membuat dia mendesah.

Mulutnya terbuka dan ku gunakan peluang itu untuk meneroka mulutnya. Lidahku masuk, menjelajah hingga hampir ke dasar lidahnya.

" Adryan... " dia mendesahkan namaku tika cumbuanku kini beralih ke leher jinjangnya.

"Yes, say my name, honey," aku tersenyum lebar melihat aksinya.

Beberapa kesan cumbuan dan gigitan tercetak dengan jelas pada lehernya. Terlihat sangat indah pada mataku. Begini aku memberi tanda bahawa dia milikku.

"Please, Adryan. Jangan tinggalkan tanda pada leherku," tangannya meraba lehernya.

"Jadi..aku harus tinggalkan tanda di mana, hmm?" Aku menggodanya.

"Cukup, Adryan," katanya perlahan.

"Cukup? 'Dia' kata belum cukup," aku menarik tangannya dan membawa tangan yang gementar itu menuju kepada sesuatu yang sedang memberontak di dalam boxer yang ku pakai.

"No, Adryan," Soffyana menggelengkan kepalanya.

Aku hanya tersenyum nakal. Tiada apa yang dapat merubah keputusanku. Malam ini akan menjadi malam penuh kenangan dalam hidup kami berdua.

"Aku mencintaimu, Soffyana," aku membuka butang baju tidur satin yang dipakainya.

"Aku akan bertanggungjawab," kataku sambil mencium puncak payudaranya.

"Please..."

Aku mengulum sambil sesekali menjepit putingnya dengan bibirku.

"Adryan.." Soffyana melentingkan tubuhnya.

"I love you," ucapku sekali lagi.

Aku melorotkan seluar tidur yang dipakainya. Kini hanya menyisakan seluar dalamnya yang berwarna merah jambu. Aku meneguk liur, membayangkan sesuatu yang indah yang bersembunyi di sebalik kain berbentuk segi tiga itu.

"Say you love me too, Soffyana. I need to hear you say that words," serentak dengan itu aku menurunkan seluar dalamnya.

"No!" Soffyana terjerit kecil. Kedua tangannya menutup daerah rahsianya.

"Jangan ditutupi," aku menarik tangannya.

"You look so beautiful, Soffy," aku menyentuh daerah sensitifnya dengan jariku. Terasa suam dan basah.

"Kamu sudah basah," aku tersenyum senang.

Dia basah, bermakna dia menginginkan aku sebagaimana aku menginginkannya.

" Kamu masih rapat. Aku tahu aku lelaki pertama buatmu," aku berdiri dan menurunkan boxerku.

"Aku tak mahu, Adryan," dia menggelengkan kepalanya.

Matanya terpaku pada sang junior yang berdiri dengan megah.

"Why?" Aku menghampirinya.

"Aku takut," suaranya begitu perlahan.

"Takut?" Aku menguak lebar kakinya. Dia tidak membantah tika aku menyelitkan tubuh di antara kakinya.

"Tonight will be our first night together," bisikku di telinganya.

" Aku takut...," dia terisak.

"Everything will be okey. This will be the sweetest moment in our life, honey. I promise," aku mencium bibirnya yang bergetar menahan tangis.

"We'll be together," dengan perlahan aku menyatukan tubuh kami.

"Ahhh...sakit.." rintihnya tika tubuh kami mula menyatu.

Dia benar-benar sempit. Air matanya menitis. Air mataku juga menitis. Dia menangis menahan rasa perih. Sedangkan aku menangis kerana merasa terharu dan bangga.

Aku mendapat perawan. Aku menjadi lelaki pertama untuk gadis yang aku cintai.

"Sakit, Adryan..," keluhannya tidak aku pedulikan. Aku terus menekan pinggulku.

"Sedikit lagi..tahan, sayang," aku memilin putingnya. Pinggulku aku mundurkan dan aku majukan kembali hingga tubuh kami menyatu dengan sempurna.

"Thank you, sayang," aku mencium bibirnya.

Dia diam. Matanya masih terpejam. Dahinya berkerut menahan rasa sakit. Tangannya masih mencengkam punggungku.

Hampir dua minit aku mendiamkan diri di atas tubuhnya. Setelah dia kelihatan lebih selesa, aku mula bergerak, memaju mundurkan pinggulku.

"Ahh..," aku mendengar desahan kecil lolos dari mulutnya.

"Masih sakit?" aku bertanya meski aku cukup tahu jawapannya.

Soffyana menggelengkan kepalanya. Tangannya mendakapku dengan erat. Kakinya memeluk pinggangku.

"Kita akan berenang bersama, sayang," aku bergerak lebih liar di atas tubuhnya. Sesekali aku menghentak kuat dan menekan lebih dalam.

"Adryan..," tubuh Soffyana mengelinjang.

"I love you," aku menghisap lehernya.

"Ahh.. I love you too, Adryan," ucapnya. Sang junior terasa dicengkam erat.

♥️♥️♥️

Aku menatap wajah Soffyana yang tertidur dengan pulas. Nafasnya turun naik dengan irama yang sama. Tubuh polosnya masih basah oleh keringat.

Malam ini aku sudah memilikinya. Gadis yang digaji oleh kakakku untuk menemani ibuku agar tidak kesepian di rumah. Sayangnya aku telah jatuh hati kepadanya.

"Aku sangat mencintaimu, Soffyana," aku mengecup dahinya.

"Adryan..," dia mengeliat. Matanya terbuka sedikit. Satu pemandangan yang sangat indah di mataku. Telah lama aku membayangkan situasi sebegini. Soffyana terbangun dengan aku yang sedang asyik menatapnya.

" Masih sakit?" aku menyentuh belahan di antara pahanya.

" Sedikit ngilu..," dia menahan tanganku.

"Aku minta sekali lagi," aku berbisik di telinganya.

" Adryan...," matanya terbeliak menatapku.

"Please..," seperti tadi, aku meminta izin sekadar mencukupkan syarat.

Padahal dia mengizinkan atau tidak, aku tetap akan melaksanakan apa yang aku inginkan.

"Ahh.. Adryan...," hanya itu yang lolos dari sepasang bibirnya tika kami make love untuk kali ke dua.

Vote dan komen.
Happy reading.

Tbc....

Secret LoverWhere stories live. Discover now