“Wow.” Ucap Vivi saat melihat tubuh Chika tidak mengenakan apapun karena handuknya sudah terjatuh tadi. “selamat pagi, detektif.”
Chika langsung mengambil kembali handuknya dan ia bungkus badannya supaya tidak dilihat lagi oleh Vivi. Ia sedang mandi saat mendengar sesuatu di dalam dapurnya, ia tidak menyangka Vivi berada di dalam rumahnya dan sepertinya sedang memasak sesuatu.
“Kamu ngapain disini?” tanya Chika sambil merapikan handuknya.
Vivi menunjuk meja yang sudah tersusun, “Ngerapiin meja.”
“Kamu masuk ke rumahku.” Tegas Chika.
Vivi berjalan ke belakang kompor, ia sedang menggoreng omelet untuk sarapan, “aku lagi bikin sarapan, kamu mandinya lama banget.”
Chika menggaruk keningnya, ia sangat kesal dengan Vivi, “Luar biasa.”
Vivi menoleh ke arah Chika lalu tersenyum, ia menatap tubuh Chika yang terbungkus handuk. “Makasih, tapi harusnya kamu yang dapet pujian itu. Tubuhmu bagus.”
“Aku pengen nembak kamu.” Kesal Chika.
“Tunggu, kita baru kenal beberapa minggu. Aku belum mempersiapkan tiket untuk bulan madu.” Ucap Vivi sambil membalik omelet.
Chika meraih pistol yang berada di atas meja lalu ia arahkan ke wajah Vivi, “Pake ini.”
Vivi menoleh lalu tertawa kecil, “Silakan, aku abadi. Inget, kan?"
“Vivi, keluar dari rumahku sekarang.” Tegas Chika.
“Tapi kita belum sarapan.”
“Keluar.”
“Bukankah kita seharusnya membahas kasus berikutnya?” tanya Vivi.
Chika meraih tangan Vivi untuk menarik keluar dari rumahnya, “Gak ada kasus berikutnya.”
“Kak Vivi.” Ketlin masuk ke dalam rumah, ia berlari dan langsung memeluk tubuh Vivi.
“Apa yang kalian lakuin disini?” tanya Ariel yang berdiri di depan pintu dan menatap tajam ke arah Vivi.
“Kak Vivi mau nginep?” tanya Ketlin.
Vivi menundukkan kepalanya, ia mendorong tubuh Ketlin agar sedikit menjauh darinya. Vivi menoleh ke arah Chika lalu tersenyum tipis, tentu saja dirinya mau menginap, tapi pasti Chika akan menolaknya mentah-mentah.
“Gak, dia gak akan nginep.” Ucap Chika. Ia menoleh ke arah Ariel, “kenapa kalian pulang?”
“Tugasnya Ketlin ketinggalan.” Jawab Ariel.
Ariel dan Chika memang biasanya saling membantu dalam merawat Ketlin, kalau Chika sedang sibuk dengan pekerjaan maka Ariel akan menjaga Ketlin terlebih dahulu. Mereka saudara sepupu, tapi mereka seperti saudara kandung, bahkan Ariel selalu menjaga Chika dan juga Ketlin.
“Mau lihat?” tanya Ketlin sambil menarik tangan Vivi untuk mengikutinya.
“Gak.” Vivi menolak, tapi ia tetap berjalan mengikuti Ketlin.
Ariel berjalan mendekati Chika, “Lo tidur sama dia?”
Vivi menoleh ke belakang, “Sayangnya dia belum dapet kesempatan buat tidur sama gue.”
Chika menghela napas panjang, entah sampai kapan Ariel dan Vivi akan terus berdebat, “Oke semuanya keluar, Ketlin harus sekolah dan aku harus kerja.”
“Gak,” Vivi menggelengkan kepalanya, ia berjalan mendekati Chika, “kamu gak boleh ngusir aku lagi.”
Ariel tertawa kecil, “Lagi? Jadi udah sering kayak gini?”