Vivi mengetuk pintu rumah tiga kali kemudian ia mundur satu langkah, ia melirik jam tangannya, ia mempunyai waktu dua jam sebelum harus pergi ke balapan.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Vivi menoleh, ia tersenyum, tangannya terulur ke depan, "Saya Viona Fadrin."
Perempuan setengah baya menatap Vivi dengan tatapan bingung, Vivi menduga jika ibu-ibu yang berdiri di depannya ini adalah seorang pembantu.
"Mau cari siapa?" Tanya ibu itu.
"Ah, saya mau membeli papan skateboard." Ucap Vivi.
"Maaf, tapi ini bukan toko papan skateboard." Ibu itu hendak menutup pintu, tapi langsung dihadang oleh Vivi.
"Bagaimana kalau 50 juta untuk Exkate-x-24?" Ucap Vivi sambil menaik turunkan alisnya.
Ibu itu kembali membuka pintu "Silakan masuk."
Vivi tersenyum lebar, ia merapikan pakaiannya lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ada banyak koleksi papan skateboard di dalam rumah ini, berbagai macam warna dan bentuk.
"Lo siapa?"
Vivi menoleh ke belakang, ia tersenyum, "Hai, Eve."
Eve berjalan menuruni tangga, ia menghampiri Vivi yang berdiri di depan koleksi papan skateboardnya.
"Lo siapa?" Tanya Eve lagi.
"Oh, gue Vivi." Vivi mengulurkan tangannya dan langsung disambut hangat oleh Eve.
"Ngapain lo kesini?"
Vivi tersenyum miring, "Lo seneng abis bunuh Zara, kan?"
Eve mengerutkan keningnya, "Maksud lo apa?"
"Ceritain tentang Adisty Zara?"
"Lo salah orang." Ucap Eve kemudian berjalan meninggalkan Vivi.
Vivi mengepalkan tangan kananya, dengan sekali gerakan ia memukul kaca yang digunakan untuk melindungi papan skateboard Exkate-x-24. Vivi tersenyum miring, ia mengambil papan skateboard itu lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Wo wo wo, lo mau ngapain?" Eve berlari mendekati Vivi, ia mencoba meraih papan skateboardnya dari tangan Vivi.
"Gue bisa ngancurin papan lo ini, bahkan rumah lo sekalian." Ucap Vivi.
Eve mengerutkan keningnya, ia menghela napas panjang, "Bukan gue yang bunuh Zara, percaya deh."
"Penjara penuh kalo percaya sama penipu kayak elu." Sarkas Vivi.
"Buat apa gue bunuh orang yang gue sayang?" Tanya Eve.
Vivi tersenyum miring, "Terkadang kalian menyakiti hanya karena alasan cinta, kan?"
Eve menggelengkan kepalanya, "Gue gak pernah sedikit pun nyakitin Zara. Orang yang udah ngasih hadiah."
"Hadiah?"
Eve menunjuk papan skateboard yang masih dipegang oleh Vivi. "Itu dari Zara."
"Hah?"
"Gue suka main skateboard, jadi Zara ngasih gue hadiah papan skateboard." Terang Eve.
"Polisi!" Tiba-tiba pintu didobrak dari luar, Chika masuk sambil menodongkan pistol ke arah Vivi dan Eve.
Eve mengangkat kedua tangannya ke atas, "Bukan gue."
Vivi menurunkan papan skateboard itu, ia meletakkan kembali ke tempat dimana ia mengambilnya. Ia senang melihat Chika ada di rumah Vivi, hanya saja Vivi lupa nama Chika, ia hanya mengingat kalau Chika adalah seorang detektif.