Teh 2

754 116 3
                                    

"Pagi, detektif." Vivi menegakkan tubuhnya saat melihat Chika berjalan ke arahnya, karena Vivi duduk di kursi kerja milik Chika.

Chika menatap malas ke arah Vivi, "Kamu ngapain disini."

"Mau bantu kamu."

"Bukannya kamu gak mau?" Tanya Chika sambil meletakkan berkas yang ia bawa ke atas meja.

Vivi berdiri dan membiarkan Chika duduk di kursi itu, "Itu kemarin, sekarang udah beda."

Chika menghela napas panjang, ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia benar-benar dibuat bingung dengan sikap Vivi yang begitu aneh. Kemarin Vivi menolak untuk membantunya mencari pelaku dan sekarang Vivi tiba-tiba datang tanpa dosa dan berkata ingin membantunya.

"Kalo kamu cuma pengen main-main mending jangan disini, aku lagi pusing, pembunuhan berantai belum selesai trus sekarang pembunuhan lain lagi." Ucap Chika.

Vivi tersenyum tipis, "Aku tahu."

Chika mengambil salah satu berkas lalu ia menganggukkan kepalanya, "Ya, kamu tahu korban meninggal karena bosen. Udahlah mending kamu pergi aja."

"Kita rekan dan aku menawarkan bantuan." Ucap Vivi sambil menutup berkas itu agar perhatian Chika mengarah ke dirinya.

Chika menatap sebal ke arah Vivi, "Aku pikir kamu harus belajar lagi tentang cara kerja rekan. Kemarin kamu ninggalin aku, ingat gak?"

Vivi menganggukkan kepalanya, "dan sekarang aku datang karena perampokannya."

Chika mengangkat kedua bahunya ke atas, ia kembali membuka berkas itu. "Kenapa?"

"Kontainer yang ilang itu punyaku."

Chika menoleh, ia menaikkan satu alisnya, "Jokes apa lagi ini? Kamu gak bilang kemarin."

Vivi menggelengkan kepalanya, ia mengambil pena yang berada di tangan kanan Chika, "Aku gak tahu, Ara yang ngurus semua keperluanku, termasuk kontainer itu."

"Oke." Chika menutup berkas itu, ia menatap Vivi yang berdiri di depannya, "dan apa kamu tahu kalau tempat itu digunakan untuk menyimpan barang selundupan?"

"Enggak."

"Apa barang yang kamu simpan juga barang selundupan?" Tanya Chika.

"Aku gak tau."

Chika mengangkat tangannya sedikit ke atas, "Apa isi kontainernya?"

"Barang pribadi, tidak penting."

"Apa isinya?" Tanya Chika ulang, ia harus memastikan isi dari kontainer itu supaya semuanya jelas.

"Aku menyimpan sesuatu lalu dicuri."

Chika menggelengkan kepalanya, "Itu gak jawab pertanyaanku. Kamu gak bisa bantu kalo kamu gak terbuka. Lagipula aku ada banyak hal penting yang harus aku urus hari ini."

"Lupain yang pembunuh berantai itu, aku udah tahu siapa pelakunya." Ucap Vivi.

"Lupain?" Tanya Chika, ia menatap tajam ke arah Vivi. "Kamu seenaknya dateng kesini setelah ninggalin aku. Sebenernya yang harus aku lupain itu kasusnya apa kamu?"

Vivi menarik satu kursi yang ada di sana, lalu ia duduk di atasnya. "Ayolah, Chik."

Chika membuka kembali berkas itu, ia tidak mempedulikan Vivi lagi. Seharusnya kepala kepolisian tidak mudah tergoda oleh ucapan manis Vivi, sehingga Vivi tidak menjadi rekannya. Bukannya malah membantunya tapi malah menghambat kerjanya.

“Chik,” Dey berdiri di depan meja Chika. “kayaknya yang pembunuhan berantai kita tunda dulu.”

Vivi tersenyum lebar, “Tuh, kan?”

DetektifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang