Vivi berjalan masuk ke dalam kantor polisi dengan santai, ia sudah sering keluar masuk kantor polisi sehingga semua polisi tidak akan menaruh curiga kepada dirinya. Ia meminta Aiko untuk membeli mobil bekas yang akan digunakan untuk adegan penculikan tahanan kepolisian ini.
Aiko dan Ara menunggu di dalam mobil Avanza bekas yang baru saja Vivi beli secara tunai seharga 80 juta rupiah. Sudah satu jam sejak Vivi berbicara dengan Samuel dan itu artinya hanya tersisa satu jam lagi sampai ada laporan mobil meledak. Ara sudah membuat Chika dan Gita tidah berada di kantor polisi.
Ara secara sengaja mengirimkan pesan singkat kepada Chika dan Gita secara bersamaan yang berisi permintaan untuk makan siang bersama. Untunglah Chika dan Gita tidak terlalu curiga dengan pesan misterius itu, jadi semuanya akan berjalan sesuai rencana.
Rencananya adalah setelah Chika dan Gita pergi selama 15 menit, Vivi akan masuk ke dalam kantor polisi dan mengatakan kepada penjaga ruang tahanan kalau Gita dan Chika meminta Vivi untuk membawa Samuel ke tempat Gita berada. Itu rencana sederhana tapi sangat beresiko.
“Hai,” sapa Vivi kepada seorang penjaga sel tahanan. Ia berjalan menghampiri penjaga itu sambil tersenyum tipis.
“Hai, kenapa?” tanya penjaga itu.
Vivi merogoh kantong sakunya dan ia berikan kepada penjaga itu, “Ini dari Detektif Chika.”
Penjaga itu membaca tulisan yang berisi perintah membiarkan Vivi membawa Samuel keluar dari sel tahanan dan membawa Samuel kepada Detektif Chika. Tanpa menaruh curiga lagi, penjaga itu menganggukkan kepalanya dan pergi ke ruang tahanan untuk melepaskan Samuel yang sudah buta.
Vivi tersenyum lebar saat melihat Samuel dibawa penjaga itu ke arahnya, ia tidak menyangka kalau rencananya ini akan berhasil secepat ini. Penjaga itu memberikan Samuel kepada Vivi, ia benar-benar tidak mencium bau-bau kebohongan dari ucapan Vivi.
“Halo lagi, Samuel.” Sapa Vivi sambil memegang tangan Samuel. Vivi menatap ke penjaga itu lalu ia tersenyum, “Makasih, ya.”
“Oke.”
Vivi merogoh kantong sakunya, ia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dan ia berikan kepada penjaga itu, “Ini tip.”
“Ah tapi-“
“-gapapa. Orang-orang emang suka dikasih reward.” Ucap Vivi sambil tersenyum lebar.
Penjaga itu tersenyum kikuk dan menerima uang dari Vivi, “Makasih, ya.”
“Harusnya aku yang makasih.” Ucap Vivi, ia melambaikan tangannya ke arah penjaga itu. “Aku pergi dulu, ya.”
Vivi harus menuntun Samuel agar bisa berjalan keluar dari kantor polisi, sedikit repot tapi ini satu-satunya pilihan yang ia punya, ia tidak ingin melihat seseorang yang ia kenal meninggal lagi gara-gara keegoisan orang yang ia kenal juga.
“Ah, perhatian semuanya!” teriak Vivi di tengah-tengah kantor polisi. Ia menarik Samuel agar berdiri di dekatnya.
Semuanya bingung dengan tingkah Vivi yang bisa mengeluarkan Samuel dari tahanan, hari ini seperti hari sial dan juga hari keberuntungannya Vivi. Baru saja Ariel pergi dari kantor polisi, entah pergi kemana. Sedangkan Dey pergi ke TKP untuk memeriksa rumah Winda sekali lagi dan memastikan tidak ada satupun yang terlewat sehingga mereka bisa menetapkan Samuel sebagai pelaku pembunuhan.
“Aku udah nyewa food truck di depan, makanan gratis buat kalian semua.” Ucap Vivi.
Semuanya langsung tersenyum lebar dan bahagia mendengar ada traktiran gratis, mereka saling berbincang kecil lalu berjalan keluar dari kantor polisi untuk mendekat ke food truck yang memang sudah ada di depan kantor. Vivi sengaja melakukan hal itu agar tidak ada yang menaruh curiga kepada dirinya karena membawa Samuel pergi.