AADT: Rumpang

910 126 63
                                        

song for listening to while reading this chapter; Rumpang by Nadine.

Akhirnya pake lagu ini jugaaa huhuhu dulu bucin banget sampe temen kostku muak denger lagu ini terus hahahaha

p.s ini nggak ada yang mau curiga sama Taeyong kah?😂

***

















"Apa... apa Ten bilang kalau dia lagi suka sama orang lain?" Tanya Taeyong kemudian, terdengar seperti sedang menguat-nguatkan hati.

"Aww!" Taeyong mengusap-ngusap kepalanya yang kena krikil. Dari Taeil.

"Sembarangan! denger ya yong, abang Ilie berani jamin, Ten walaupun cakep, banyak yang suka, flirty, tapi kalau udah jatuh cinta sama satu orang, bakal setia!" ujar Taeil sedikit ketus.

"Ten... beneran cinta sama aku bang?" Tanya Taeyong lagi, yang kembali sukses kena kerikil lagi.

"Kamu kok jadi bodoh begini sih! eh, atau udah lama bodohnya? duh, pertanyaanmu itu kayak nanya gula itu manis beneran apa boongan, tau nggak?!" Taeil sedikit menyentak. Kemudian ia menghela nafas. Janjinya pada Ten membuatnya gemas sendiri. Kenapa sih anak muda jaman sekarang suka sekali merumitkan masalah percintaan? Untung Johnny nggak ribet.

"Yong, abang cuma bisa bilang, sebelum nunjuk orang lain, kita harus nunjuk diri sendiri. Kadang kita fikir rahasia yang kita jaga, kesalahan yang kita buat, orang nggak bakal tau selama nggak ada bukti konkrit. Tapi jaman sekarang dinding aja punya telinga," Taeil menjeda kalimatnya, memberikan waktu bagi Taeyong buat mikir, "abang yakin kamu nggak bermaksud. Coba sekarang kamu inget-inget lagi, mungkin ada satu rahasia, kesalahan fatal yang kamu fikir Ten nggak bakal tau. Setelah kamu inget, kamu bisa datangin Ten dan beri penjelasan. Tapi jangan sekarang-sekarang, Ten masih butuh ruang" Taeil lalu beranjak dari situ, meninggalkan Taeyong yang tengah berfikir keras.

Taeyong benar-benar nggak ngerti.

Ten, jadi akhir-akhir ini tingkah manis kamu, tingkah manja kamu, cuma buat kenang-kenangan sebelum break? tapi kenapa aku ngerasa break ini cuma istilah halus dari minta putus?

Taeyong memegangi dadanya yang kembali berdenyut sakit.

***











Di sepanjang perjalanan, Taeyong merasa ingin berteriak. Sayang sekali yang ia bawa motor Vespa butut (maaf ya, Aprilis) yang akan ngambek kalo di gaspol. Kan nggak lucu kalau Taeyong teriak-teriak di jalan sambil nangis, pake Vespa yang larinya sebelas duabelas sama kura-kura.

Bahkan sampai kontrakan pun Taeyong melempar helmnya sembarang arah. Bener-bener pengen teriak, pengen marah, pengen ngacak-acak kamarnya. Tapi ini sudah malam, takut tetangga kostannya terganggu dan curiga kalau dia kesurupan. Lalu orang tuanya akan membawa kiyai untuk merukiyah. Tidak, Taeyong yakin Pak kiyai nanti malah ketawa-ketawa sambil bilang "oh, ini kata setannya Taeyong abis dicampakkan, kayaknya waktu kecil nggak imunisasi campak" oke, itu garing, Pak kiyai.

Taeyong langsung merebahkan diri ke atas kasur, tidak peduli kalau belum ganti baju. Ia kemudian meringkuk sambil memegangi lututnya. Otaknya sudah lelah berfikir.

[end] CRAYON (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang