Gengsi Dong

894 111 25
                                        

Yes, itu diambil dari judul film Warkop DKI

Kita gak pernah susah, cuma kebahagiaan kita lagi dipinjemin.


dear kamu yang lagi sedih, senyum dulu dong:)

***












Sehari selepas pulang dari Bandung, Taeyong skip kelas, cuma titip absen sama konco seperjuangan macam Yuta mumpung dosennya termasuk Dosen tipe ceramah yang jarang ngabsen dan jarang merhatiin mahasiswa. Rupa-rupanya bucin kita kurang enak badan. Tubuhnya pegal-pegal, masuk angin pula. Lagian gegayaan nyetir pp Jakarta-Bandung pake nggak mau digantiin segala. Gengsi Taeyong memang sudah menyaingi njelimetnya konspirasi negara kita terhadap para koruptor.

"Kamu mau dipanggilin Bu Cucum nggak?" Tanya mami BoA setelah menempelkan dua koyo di punggung Taeyong. Anak lanangnya itu menggeleng cepat. Bukannya apa-apa, dipijetin sama Bu Cucum yang meskipun ahlinya juga berarti dia harus melewati proses penyiksaan fisik terlebih dahulu, dan berteriak saat dipijat ibu-ibu adalah hal yang akan menjatuhkan harga dirinya.

"Kan katanya pegel-pegel" keluh Mami BoA bingung menghadapi anak bujangnya. Sungguh buku ini sangat multikultural sekali, tadi lanang sekarang bujang.

"Udah pake koyo kan Mi" jawab Taeyong masih menggulung dirinya dalam selimut.

"Yaudah, Mau di kompres biasa apa pake bye bye fever?" Tanya BoA santai menyebut merk.

"Kompres biasa aja mi" pinta Taeyong sudah lelah menjawab pertanyaan maminya yang nggak pergi-pergi dari tadi.

"Tunggu sebentar" Mami BoA akhirnya keluar dari kamar, meninggalkan Taeyong yang mendesah lega di atas kasurnya. Taeyong ini sama Maminya aja masih gengsian kalau lagi sakit, pulang ke rumah aja gara-gara abis markirin mobil, Taeyong tiba-tiba jatuh duduk didepan pekarangan rumah mereka, membuat BoA berteriak kaget melihatnya.

Semenit dua menit Taeyong tungguin maminya nggak balik-balik lagi. Ini maminya jangan-jangan lupa kalau mau ngompres Taeyong? Ditambah lagi 2 koyo di punggungnya sama sekali tidak membantu, akhirnya Taeyong buka laci, ambil koyo lagi lebih banyak. Ditempelin dijidat, pinggang, punggung, sama perut. Lalu kembali merebahkan diri, tidur.

Taeyong tersenyum dalam tidurnya. Ia bermimpi menghabiskan malam panjang bersama Ten nya. Ya nggak ngapa-ngapain sih, cuman main tts aja. Ten menepuk pipi Taeyong pakai tepung berkali-kali karena Taeyong kalah cepat mengisi balok-balok pertanyaan.

"Taeyong..."

"Tae..."

"Sayang..."

"BUCIN!"

Taeyong terbangun, mendapati sesosok malaikat duduk disamping tempat tidurnya. Ada Ten disana, memegang sebungkus plester demam bergambar anak cimit. Taeyong mengerjapkan matanya berkali-kali. Belum cukup, ia memukul pipinya juga, dan Ten tetap ada disini. Berarti bukan mimpi.

"Sayang?" Tanya Taeyong bingung. Kepalanya berputar tiba-tiba, membuatnya refleks memijit keningnya sendiri. Ten segera menghampiri Taeyong, memandanginya sedikit cemas.

"Kamu panas banget" ucap Ten khawatir setelah memeriksa kening Taeyong dengan punggung tangannya. Ia segera melepaskan koyo di kening Taeyong, sedikit kasar sampai membuat Taeyong mengaduh kecil. Cemen kali.

"Maaf" cicit Ten tidak enak hati, tapi Taeyong cuma tersenyum kecil, bilang nggak apa-apa, sayang sambil ngelus-ngelus tangan Ten karena walaupun sakit, ngalus tetap jadi nomor satu di kamus percintaannya.

[end] CRAYON (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang