Taeyong menghela nafasnya berat saat menyadari Ten benar-benar pergi. Ia mengusap wajahnya perlahan, sedikit frustasi. Menyesali tindakannya tadi yang main nyosor saja. Astaga. Tapi Taeyong nggak bisa nahan perasaannya lagi. Rasanya ungkapannya tadi masih kurang. Rasanya Taeyong masih punya banyak kata buat ia tumpahkan pada Ten.
Sambil berjalan menuju bangku rotan di balkon itu, Taeyong menatap kedua tangannya, lalu kamar Ten yang udah ditutup rapat.
Btw tadi dia beneran peluk Ten kan? Rasanya udah lama banget semenjak mereka putus. Padahal belum ada berbulan-bulan. Taeyong tersenyum tipis. Iya, beneran tadi dia peluk Ten. Angetnya masih kerasa, wangi parfumnya masih kecium.
Taeyong kembali menghela nafasnya, kali ini sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Ia melipat tangannya di belakang kepala, menatap gemintang yang kalah cantik dari Ten tadi.
Agenda termenungnya sedikit terusik waktu ponselnya bergetar. Yuta rupanya, menelpon. Buset. Anak sultan kali lah males jalan tinggal nelpon. Padahal Taeyong cuma dibawah.
"Dimanelu?" tanpa basa basi salam, Yuta langsung bertanya ke intinya.
"Dibawah" jawab Taeyong singkat.
"Sama Ten?"
"Tadinya sih iya... Tapi udah nggak, dia udah ke kamarnya. Tidur mungkin"
"Ten tidurdikamarbawah?"
"Kayaknya... mungkin." jawab Taeyong kurang yakin.
"Gimanasih?"
"Nggak tau Yut." jawab Taeyong ketus.
"Elahsuaraluserembener kayak lagu Gloomy Sunday"
"Ada apa dah nelpon?"
"Nggakada, mau nanyainludimanadoang. Yaudahlutidurdibawah aja. Nantiguetahan yang lain biar nggak kebawah."
"Huh?"
"Pokoknyabeliingue figure dek Miku yang Maid versionkalo luberhasilbalikan sama Ten!"
"Hah?"
Ah, dimatiin
Taeyong meringis dalam hati. Jangankan balikan, yang ada Taeyong ditinggal bahkan sebelum beres ngomong.
Tapi kemudian pandangan matanya memicing saat melihat dua buah pesan dari Ten. Dengan cepat, ia membuka isinya apa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.