AADT: I Still Love You

887 127 57
                                    

song to listen while reading this: I Still Love You by TheOvertunes.

(maap ya aku selalu naro random playlist, biar lokalnya kerasa WKWKWKWK)

***







Agenda Ten di Surabaya waktu itu selain untuk menenangkan diri dari masalahnya sama Taeyong, juga sekalian survey sekolah buat matkul kurikulum. Ten balik lagi ke Jakarta 2 hari setelah Taeyong nyusulin. Ten tuh sebenernya udah nggak apa-apa, udah nggak nangis-nangis lagi. Life must go on, katanya. Dikhianatin orang yang kita cintai bukan berarti hidup harus berhenti. Tapi pas lihat Taeyong bediri depan rumahnya, berusaha buat jelasin semuanya, pertahanannya runtuh gitu aja. Dia nangis lagi setelah 3 hari répéh.

Setelah adegan nangis bombay abis dijengukin si bucin itu, Ten kembali nyari pegangan, memutuskan buat mencoba biasa aja, no more tears for someone ain't worth to fight for. Ya, Ten fikir dia nggak perlu merjuangin apa yang harusnya orang lain perjuangin. He's still deeply in love, of course. Nggak mungkin perasaannya bisa ilang gitu aja. Tapi egonya bilang kalau orang sering dibaikin nanti lama-lama ngelunjak. Termasuk orang yang kita cinta. Mungkin dengan gantungnya hubungan cinta denganmu membuatku sakit- no no no, maksudnya dengan gantungin hubungan mereka dulu, Taeyong bisa mikir dan ngerasain apa yang Ten rasain kemarin.

Terus kalau Taeyong malah nemu orang lain yang lebih pengertian di masa 'hiatus' hubungan mereka, gimana?

Ten okay with that. Dia bakal ngelepas cowok itu kalau Taeyong mau pergi. Berarti apa yang Taeyong omongin kemarin-kemarin cuma euforia rasa sementara.

***









Siang itu Ten baru saja mau keluar dari kelas, beres kuliah hendak ke kantin kampus buat ketemu konco-konconya seperti biasa, Doyoung dan Winwin. Tapi kemudian langkahnya terhenti di depan pintu kelas karena dijegat seorang lelaki tinggi tak kurang 180 senti dengan visual bak preman kampus, ditambah kulit eksotis dan tindik dibibir bawahnya menambah kesan gahar nan menakutkan. Ten sedikit terkesiap, ngeri juga, tapi nada halus lelaki itu saat menyapanya membuat Ten sedikit rileks.

"Ten, benar?" tanya nya sambil tersenyum. Ten mengangguk.

"Saya Mino, mahasiswa teknik semester akhir. Bisa ganggu waktunya buat ngobrol sebentar?" Ten merasa jantungnya berdegup kencang. Ten kenal nama itu. Logikanya nyuruh dia untuk nolak, tapi rasanya nggak sopan kalau nolak permintaan cowok ganteng disaat dia juga free, -ralat, maksudnya, dia juga penasaran apa yang bakal lelaki ini obrolkan.

"Gimana kalau ngobrolnya di Gazebo FTK? kayaknya nggak terlalu rame tadi pas saya lewat" Ten mengangguk. Mengikuti langkah besar lelaki di depannya. Sedikit kesusahan karena tahu sendiri lah Ten pendek, langkahnya imut-imut nggak jauh beda sama orangnya.

Sampai disana, Mino mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"I heard about you from Taeyong..." Mino baru memulai pembicaraan tapi sudah menjatuhkan bom. Masuk ke inti. Ten yang udah nggak bisa lari lagi, menguatkan hati buat mendengarkan apapun itu yang akan lelaki ini ceritakan.

"Saya minta maaf sebelumnya"

Kemudian meluncurlah cerita yang kurang lebih sama dengan apa yang Taeyong ceritakan. Hanya saja lebih lengkap dan detail, seperti alasan kenapa Mino yang tidak begitu dekat dengan Taeyong malah meminta tolong padanya untuk menjemput adiknya di bar.

"Is it okay kalo saya ganti pronoun jadi gue-elu? ngomong saya-saya mulu jadi berasa ngobrol sama Dospem euy jadi inget revisian, hehe" Mino menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ten ikut tertawa kecil.

[end] CRAYON (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang