(Not so) Appreciation Story

794 118 41
                                    

Warning: Bahasanya kasar. Maklumin, dimana ada 4 sekawan (baca: Yuta) disitu Bahasa kotormu meluas, kawan🙏

***














Sekarang kegiatan mingguan Taeyong bertambah. Setelah akhirnya kembali bekerja di kafe sebagai personil home band dan mengerjakan jasa freelance lainnya seperti biasa, dia juga sudah mulai sibuk anter jemput sekaligus sesekali join kelas Ten di Mawar Biru. Anak-anak juga seneng sama Taeyong, apalagi kalau 'kakak tukang gusur' (salahkan Icung yang memanggilnya begitu, yang lain jadi ikut-ikutan) bawa-bawa cookie buat mereka.

Tapi weekend ini Taeyong nggak anterin Ten karena kelas diliburkan dulu soalnya bangunannya sedang direnovasi dan anak-anak juga minta libur. Di tambah Ten juga lagi ada kegiatan dema sabtu ini. Akhirnya Taeyong sesorean ini terdampar bersama kawan-kawan senasib tidak seperjuangan itu, quality time katanya. Main futsal walaupun rada ngos-ngosan. Taeyong kan kerjaannya ngelepus mulu, olahraga jarang, ya maklumin aja baru satu babak sudah minta rehat.

"Rolling-rolling!" Taeyong mengangat tangan, kemudian memutar-mutar kedua tangannya minta pergantian pemain.

"Buset Yong baru berapa menit. Payah you!" cibir Yuta masih menahan bola di kakinya. Tapi Taeyong cuma ketawa sambil berjalan keluar dari jaring lapangan. Mencari botol air dan bersandar di tembok gor. Memperhatikan teman-temannya yang lain mulai kembali bermain.

Taeyong mengambil ponselnya, kembali menggulir riwayat chattingannya dengan Ten. Sesekali tersenyum melihat wajah rupawan Ten di galeri. Kemudian tangannya sudah lincah membuka aplikasi medsos lain, mulai jadi spy.

"Olahraga yang rajin Yong, kasian nanti Ten tidak terpuaskan kalo lu cepet letoy" ucap Yuta yang tiba-tiba saja sudah ada disamping Taeyong, minum sejenak, haus. Taeyong kontan saja langsung melempar Yuta dengan botol kosong disampingnya.

"Istighfar kau Yut!"

"Gue Shinto"

"Oh iya lupa, maap" Taeyong terkekeh sambil kembali melempar Yuta, kali ini dengan sepatu.

"Nanti malem rental yuk" ajak Yuta yang sekarang duduk disamping Taeyong. Kan, tadi dia ngatain Taeyong payah, sendirinya udah rest nggak lama setelah Taeyong.

"Rental ape? futsal lagi? ogah lah!" jawab Taeyong cepat. Menyelonjorkan kakinya yang memang agak berkarat, kelamaan nggak di pakai olahraga berat.

"Bukan! kita rental studio. Jae sama Johnny udah sip. Johnny kan bisa maen drum, vokal bisa lah gue atau Jae, gue juga sama lu gitar, Jae dia bisa bass. Lumayan gue itung-itung peregangan tangan lagi udah lama banget kaga megang alat" jelas Yuta panjang lebar.

"Buat seneng-seneng aja apa lu mau bikin band baru? gue udah megang 2"

"Ahelah... Akamsi lu kan bubar. Tapi gue juga belum kefikiran diseriusin sih. Kalau klop lanjut, kalo nggak ya buat ngisi waktu senggang aja biar nggak stress-stress amat. Terus Johnny juga punya bahan gebuk-gebuk, daripada gebukin junior dema kita kan" Taeyong tersedak, kemudian tertawa mendengar usulan Yuta. Johnny memang terkenal sebagai salah satu senior yang tidak segan-segan main tangan. Tapi hal itu sudah jadi tradisi di organisasi intra fakultas Teknik sih, dan Johnny juga sebenarnya tidak semena-mena, paling main tangan kalau kesalahannya memang sudah fatal.

"Oke" jawab Taeyong pendek, setuju.

"Lu masih tahap pedekate aja sama Ten?" Tanya Yuta mengalihkan pembicaraan. Taeyong nampak menghela nafasnya pelan.

[end] CRAYON (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang