Gue Lega

1K 157 0
                                    

Hari-hari Naomi kini banyak berubah sejak putus dari Riko. Rambutnya yang sebelumnya terurai dan kadang terkucir rapi, dia potong sedikit pendek. Ada bayangan baru jika dia bercermin. Karena terkadang jika dia melihat rambutnya yang panjang di cermin, suka ingat tangan kokoh Riko yang mengelus-ngelus rambutnya. She hates to remember that.

Wilma Valerie, sahabat Naomi juga sangat senang melihat perubahan Naomi. Apalagi sekarang Naomi sudah bisa bawa motor dengan sebebas-bebasnya. Dan waktu berduaan mereka jadi lebih panjang. Seru kalo sudah naik motor berdampingan sama Wilma. Suka nggak habis-habis ngerumpi. Sampai-sampai pengendara lain di jalanan terlihat sebal melihat kelakuan mereka.

"Heh! Naik motor sambil ngobrol! Kurang modal apa? Ngobrol di Café!." Hardik salah satu pengendara mobil yang sebal melihat motor Wil dan Om terlihat lamban di depannya.

"Oke, Om..., Mmuuach...," seru mereka berdua bersamaan sambil tertawa-tawa. Tapi setelahnya, baik Wilma maupun Naomi akhirnya melaju kencang.

Naomi pun banyak bercermin ke Wilma sekarang, dari model baju, sikap cuek, sampai model rambut. Hingga teman-teman mereka di sekolah menyangka mereka kembar siam. Positif sih positif, sikap cuek Wilma sama pelajaran sekolah sedikit 'merusak'. Biasanya Naomi paling rajin mengerjakan PR atau mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Kini malah malas-malasan. Dan tentu saja hal ini membuat Ibunya terus mengomel setiap hari.

"Omi! Ampuuun. Ini nilai kamu kok malah turun drastis begini. Mau kuliah di mana nanti kamu? Nilai segini nggak cukup buat kamu lanjut kuliah!," omel Bu Denok kesal ketika melihat laporan akademik semester ganjil Naomi. Memang banyak nilai yang tidak mencapai target.

Dan balasan Naomi hanya diam bertekuk.

Nathalie juga terus berusaha membantunya. Tapi tetap saja Naomi tidak begitu bergairah belajar.

"Kenapa kamu, Sayang..., Kakak liat kamu sangat berubah. Apa karena Kakak udah sibuk mempersiapkan kuliah Kakak?," tanya Nathaie suatu hari. Memang akhir-akhir ini Nathalie sangat sibuk mengikuti berbagai les dalam rangka membersiapkan tes perkuliahan nantinya. Dan dia selalu ditemani Riko.

"Mungkin...,"

"Kamu jangan terlalu bergantung dengan Kakak, Omi. Ntar kalo kakak jadi berangkat kuliah jauh. Kamu nanti gimana?,"

Nathalie benar-benar khawatir dengan perubahan adiknya. Sikap Naomi tidak berubah sih di hari-harinya, hanya akademiknya yang sangat berubah.

"Udah..., yang penting naik kelas. Setelah itu kita belajar sungguh-sungguh biar lulus. Belajarnya pas deket-deket kelulusan aja, Om. Yang penting senang-senang...," Nah. Ini perusak. Kata-kata Wilma ini memang membuat Naomi relaks di satu sisi. Naomi memang perlu waktu santai. bersenang-senang. Karena selama ini Wilma menganggap waktu dan pikiran Naomi hampir semua tercurahkan ke Riko. Di sisi lain? Tentu sangat berpengaruh buruk terhadap nilai-nilai akademiknya.

"Itung-itung membayar lunas waktu lu pacaran dulu. Ketekuk terus sama si Riko. Nah saatnya senang-senang, Coy...," dukung Wilma lagi.

Seandainya Ibu dan Bapak Naomi tahu salah satu penyebab turunnya nilai akademiknya Naomi adalah Wilma, bisa kacau persahabatan mereka.

Wajar sih Wilma santai orangnya. Tidak begitu peduli dengan nilai-nilai pelajaran di sekolah. Dia anak orang kaya. Papanya adalah salah satu pejabat penting di Pertamina. Ibunya pengacara handal. Mau kuliah di mana saja akan gampang buat dirinya. Naomi? Lu gimana?

"Gue nggak niat kuliah..., kerja aja. Kerja apa aja yang buat gue senang," ujar Naomi yang sudah tidak peduli dengan nilai-nilai pelajarannya.

"Lah kalo nggak niat kuliah, ngapain capek-capek belajar?,"

Namaku NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang