Sudah hampir satu bulan ini Naomi tidak mendapatkan orderan yang datang dari rumah megah itu. Wajahnya sedikit menunjukkan kekecewaan setiap kali melihat alamat-alamat yang harus dia tuju. Tapi dia tetap semangat bekerja dan selalu mengantar pesanan ke pelanggan tepat waktu dan berusaha untuk tidak mendapatkan keluhan yang berarti.
Tami yang mengetahui gelagat Naomi ini kerap menggoda Naomi. Hingga suatu hari dia memanggil Naomi ke ruangannya.
"Mi..., nih, alamat idola lu..., jam 12 siang. Semoga dia yang nyambut lu bukan nyokapnya."
Naomi setengah berteriak saat Tami menyerahkan slip pemesanan kepadanya. Saking senangnya dipeluknya Tami kuat-kuat.
"Hush! Kangen banget lu ya? Hahaha..., orang-orang pada nggak mau antar ke sana. Lu aneh."
Perasaan Naomi senang saat mengendarai motor kerjanya menuju alamat idolanya. Sudah terbayang di benaknya akan bertemu dengan cowok tampan dengan senyum menawan. Terik matahari di siang itu pun sama sekali tidak terasa.
Dan setibanya di sana, Naomi kecewa. Ternyata yang menyambut pizza bukan cowok yang tampan itu. Tapi seorang ibu-ibu berseragam pembantu. Dengan perasaan kecewa dia kembali ke motornya.
Saat Naomi menstarter motornya, tiba-tiba sebuah mobil van mewah melintas menuju rumah megah itu. Naomi sontak mematikan mesin motornya dan sebentar mengamati van yang berhenti tepat di depan pagar. Tak lama kemudian pintu tengah van itu terbuka, ternyata cowok itu yang muncul. Dia melambaikan tangannya ke arah Naomi. Naomi membalasnya dengan semangat. Lalu dia kembali menghidupkan motornya saat melihat cowok itu malah berjalan menuju pagar rumahnya.
Naomi pun pergi. Yah, cukuplah untuk hari ini bagi Naomi melihat senyum cowok itu dari kejauhan.
Naomi tidak menyadari saat dia menjauh, cowok itu ternyata kembali lagi ke luar pagar ingin memastikan apa Naomi masih ada. Dengan wajah penuh sesal dia kembali lagi masuk ke pagar rumahnya.
Dan tentu saja hari itu sangat melelahkan dirasakan Naomi. Sebenarnya sih pekerjaan yang dilaluinya sama saja dengan hari-hari sebelumnya, tapi karena siang tadi dia hanya bertemu pelanggan idolanya sekilas, Naomi jadi sedikit uring-uringan. Tapi dia tetap berusaha menghilangkan perasaan-perasaan yang membuatnya tidak semangat.
Hingga pukul empat sore saat Naomi hendak siap-siap pulang, Tami memanggilnya kembali.
"Lu mau pulang? Atau mau antar ini?,"
Naomi menggeleng. "Gue pulang. Capek," tanggap Naomi. Dia sudah siap menutup resleting jaketnya.
"Beneran? Ada notenya loh...," cegah Tami sambil memainkan kertas ordernya ke arah Naomi. Naomi penasaran. Didekatinya Tami.
"Okay..., overtime ya, Boss,"
"Amaaan...,"
Saya tidak tahu namanya, tapi saya ingin dia yang antar pesanan saya. Dia perempuan.
Tidak tahu bagaimana perasaan Naomi saat mengantar pesanannya kali ini. Seperti menjumpai seorang kekasih. Hatinya penuh bunga-bunga. Dan senyum menawan cowok itu pun melekat terus di benaknya di sepanjang perjalanan.
Benar saja, Naomi tidak perlu melapor lewat bel pintu mesin penjawab karena pagar sudah terbuka lebar untuknya dan cowok tampan itu sudah duduk di teras menunggu pesanan yang dibawa naomi.
"Hai..., ini pesanannya. Eh, tadi siang dari mana?," tanya Naomi tanpa basa basi. Cowok itu hanya tersenyum tanpa menghiraukan pertanyaan Naomi.
Hah. Naomi lupa, cowok itu tidak bisa mendengarnya. Naomi tersenyum sendiri saat cowok itu langsung membubuhi tanda tangan ke kertas order yang melekat di atak kotak pizza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Naomi
RomancePutus dari Riko adalah awal hidup Naomi penuh dengan kebimbangan dan kesendirian. enjoy... cover source: devapp.uberpeople.kr