Jodoh Buat Nat

1K 157 3
                                    

Kali ini Ibu sedikit memaksa Kak Nat mengikutinya memenuhi undangan salah satu orang tua dari mahasiswanya. Undangan makan malam. Orang tua mahasiswa tersebut mengundang khusus Ibu karena Ibu adalah salah satu pembimbing skripsi anaknya. Mereka sangat senang, karena berkat bimbingan Ibu, akhirnya anaknya bisa menyelesaikan laporan akhir kuliah tepat waktu. Kenapa Ibu memaksa?

Ibu ingin memperkenalkan Kak Nat ke mahasiswanya tersebut. Randi namanya. Randi ini anak Jenderal. Harta orang tuanya? Jangan ditanya. Ada beberapa ribu hektar kebun sawit yang terdapat di Pulau Sumatra milik bapaknya. Ternyata selama membimbing Randi, Ibu diam-diam memamerkan foto-foto serta sederet prestasi, juga kelebihan-kelebihan Kak Nat ke Randi. Dan Randi menyukainya.

Randi tahu Kak Nat sudah punya kekasih. Ibu yang memberitahunya. Randi bilang tidak masalah. Jika Nathalie bersedia memutuskan hubungannya dengan Riko, dia tidak ragu meminangnya. Wajarlah, Kak Nat memang cantik. Siapa yang nggak naksir. Kak Nat itu kulitnya putih bersih, lembut dan halus. Karena memang hampir tidak pernah bekerja, meski kerjaan rumah. Ibu memang memanjakannya. Wajah Kak Nat, sekilas mirip Raisa, nggak usah dilihat lama, dilirik saja sudah susah melupakannya. Riko sangat beruntung memiliki Kak Nat.

Sayangnya, Kak Nat mau saja dijodohkan. Dia lemah. Dia memang sangat mematuhi Ibu.

"Ganteng sih, kaya...," gumam Kak Nat lirih.

"Trus. Kak Nat mau?," tanya Naomi.

Nathalie meraih sebuah pigura foto dari meja kecil di samping tempat tidurnya. Foto dirinya yang dirangkul Riko. Mesra sekali. Dipandangnya foto itu cukup lama. Sepertinya dia juga sangat berat jika harus melepas Riko. Kak Nat dan Riko sudah sangat saling mencintai.

"Nggak tau, Omi. Ibu memang sangat menyukai Randi. Randi juga sepertinya sangat dekat dengan Ibu. Orangnya baik. Kata Ibu dia belum punya pacar selama kuliah. Dia selalu datang sendiri ke kantor Ibu selama bimbingan."

Pikiran Naomi mulai tidak karu-karuan. Yang dia pikirkan adalah Riko sekarang. Rasanya tidak tega membayangkan Riko ditinggal Kak Nat, jika Kak Nat benar-benar menyetujui perjodohannya dengan Randi.

Suatu Sabtu malam Minggu, Riko datang berkunjung ke rumah. Riko selalu tampil sempurna jika ingin menghabiskan malam minggu dengan Nathalie. Rapi dan wangi. Tidak seperti dulu waktu masih berpacaran dengan Naomi, awut-awutan. Dia bilang, nggak mandi aja Naomi nempel kayak perangko, apalagi mandi? Bisa-bisa nggak pulang-pulang tuh anak. Tapi itu dulu. Beberapa tahun yang lalu.

Riko memang banyak sekali berubah sejak berpacaran dengan Nathalie. Lebih keren. De Sadewa Riko ini dulunya idola sekolah. Banyak perempuan yang naksir dirinya. Gayanya yang keren, punya senyum menawan, tampan, tinggi, dan juga pintar. Memang sedikit yang tahu Riko berpacaran dengan Naomi. Karena itu, Riko sering sekali menggoda-goda perempuan selain Naomi, karena Naomi kadang dianggap tidak ada bagi Riko. Menyakitkan. Tapi begitulah faktanya. Naomi tetap mencintainya.

Dan Malam Minggu ini adalah malam minggu yang cukup menyakitkan Riko. Karena Ibu melarangnya bertemu dengan Nathalie.

"Maaf, Riko. Tante tahu sudah hampir satu tahun kamu mengenal Nathalie. Tapi Tante mohon dengan sangat kamu mau mengerti. Nathalie sekarang sudah Tante jodohkan dengan mahasiswa Tante, dan tidak lama lagi mereka akan menikah,"

Riko tentu saja sedih. Tak terbayangkan perasaannya saat itu. Kecewa pastinya. Tidak menyangka malam Minggu suram seperti ini. Padahal baru saja dua hari lalu dia masih bercanda bersama Nathalie di kampus seharian. Tidak ada yang mencurigakan dari sikap Nat.

"Ibu tidak boleh begitu! Tidak berhak memaksa jodoh Kak Nat! Kak Nat sangat mencintai Riko, Bu! Ibu jangan egois!,"

Tiba-tiba Naomi muncul ke ruang tamu. Berusaha mencegah Riko yang hendak meninggalkan ruang tamu menuju pintu depan. Riko kaget melihat Naomi, demikian juga Bu Denok.

"Sudah, Naomi! Sudah. It 's ok. Gue nggak papa."

Riko tetap melangkah tegap ke luar.

"Riko! Tunggu, Riko!!,"

Naomi berlari memburu Riko yang sudah siap-siap membuka mobilnya yang dia sengaja parkir di luar pagar, karena rencananya dia ingin segera membawa pergi Nathalie menghabiskan malam minggu di luar.

"Nggak papa, Omi. Gue nyadar. Lu nggak perlu bela-bela gue. Lu nanti yang susah."

"Riko! Gue sayang sama lu, Rik! Gue nggak mau lu sedih! Gue mau lu bahagia sama Nat! Gue tau lu nggak bakal bahagia kalo sama gue! Bahagia lu cuma dengan Nat!,"

Riko lalu memeluk Naomi di depan pagar rumah. Mengusap kepalanya.

"Lu nggak perlu melakukan ini. Naomi! Lu sudah cukup menderita! Gue tau!,"

Riko lalu membuka pintu mobilnya.

"Riko! Please! Jangan pergi! Lu ketemu dulu dengan Kak Nat! Bicara dulu!," Naomi tetap berusaha menarik lengan Riko yang sudah siap-siap duduk di depan setir.

"Omi, sudah. Lu yang kacau nanti. Sekarang lu pikirin diri lu. Jangan gue,"

"Gue nggak mau lu sedih..., gue ingin lu bahagiaaaa...,"

"Omi...,"

Riko meraih kepala Naomi. Mendekapnya.

"Gue ok, Om."

Mobil Riko pun pergi jauh. Riko tidak mau melihat wajah Naomi yang sudah dipenuhi air mata. Dan...,

Ternyata Nathalie berdiri di belakang Naomi. Wajahnya seperti menahan amarah. Dia mendengar semuanya.

"Kak?,"

"Kamu...,"

"Kak, Nat. Tunggu!,"

Nathalie mendengus kesal. Berjalan cepat menuju ke dalam rumah.

Naomi menyusulnya.

"Kenapa? Kenapa Kak Nat begitu lemah? Bukannya berusaha mempertahankan Riko! Kenapa, Kak Nat? Riko sangat mencintai Kak Nat! Kak Nat belum tentu mendapat cinta setulus Riko dari Randi!," pekik Naomi. Dia sudah tidak tahan lagi.

Tiba-tiba Bu Denok menghampiri Naomi dan Nathalie yang berada di dalam kamar Nathalie.

"Jadi kamu dulu pacar Riko," desis Bu Denok sinis. Dia geram sekali dengan Naomi. Matanya tajam menatap anak bungsunya itu.

"Iya! Aku memang dulu pacar Riko! Kenapa? Salah? Tapi Riko mencintai Kak Nat, Ibu! Dan aku tidak punya perasaan apa-apa lagi dengan dia sekarang!,"

Bu Denok mendengus kesal.

"Ibu tahu sekarang! Kamu memang sangat iri dengan Nathalie. Iri dengan segala kelebihan yang dia punya. Kamu sengaja menyodorkan Riko. Biar Nathalie tidak didekati laki-laki lain yang lebih kaya kan? Dan kamu masih bebas dekat dengan Riko! Itu kan maksud kamu selama ini? Kamu memang licik, Naomi! Ibu tahu niat kamu bekerja, biar bisa mengincar laki-laki kaya kan? DeHaan? tunangan yang sudah menjadi suami sahabatmu? Dia memang lebih kaya, dan kamu berusaha mendekatinya. Tidak berhasil, lalu kamu pindah kerja, ingin mencari lagi kan? Bukannya Ibu tidak tahu. Kamu ingin lebih dari Nathalie!!," 

Naomi terhenyak. Tidak mengira ibunya berpikiran jauh seperti itu. Dipandangnya Nathalie yang juga menatapnya kecewa. Ada apa ini? Ada apa dengan mereka semua?

Naomi menggeram. Tidak tahu kata-kata apalagi yang dia sanggah. Semua jelas. Mereka membencinya.

Naomi bergegas ke kamarnya.

Berkemas.

_____

Namaku NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang