Ini Bukan yang Gue Mau

1.3K 171 2
                                    

Kini terjawab sudah kenapa Nanda mengetahui semua hal tentang diri Naomi. Mengintai melalui alat canggih yang dia miliki. Nanda tidak pernah bosan melakukannya. Karena memang dia menyukai gadis itu.

Malam itu, Nanda mengungkapkan betapa sedih dirinya saat mengetahui Naomi berpacaran dengan Riko. Saat tahu Naomi sangat mencintai lelaki itu, hingga menikah dengan kakaknya pun Naomi sebenarnya masih cinta dengan Riko.

"Kenapa nggak bilang?," tanya Naomi menyesali semua yang dilaluinya.

"Karena Mas dari keluarga kaya raya. Keluarga Mas Nanda tidak setuju dengan kamu. Mereka tau kelakuan kamu. Tidak melalui Mas. Mereka juga menyelidiki kamu dengan cara mereka sendiri. Karena penasaran kenapa Mas Nanda suka sama kamu."

Naomi menundukkan kepalanya dalam-dalam. Apa salah gue? Cinta sama Riko? Mengungkapkan perasaan cinta ke Riko dengan caranya? Memeluknya, menciumnya, Gue nggak ganggu orang...,

"Salah kamu, ngelanggar peraturan keluarga," ujar Nanda yang seakan tahu apa yang dipikirkan Naomi.

Naomi menarik napasnya dalam-dalam, membuangnya pelan-pelan.

"Makanya kamu sekarang terjebak. Terjebak dalam perasaan kamu sendiri. Merasa sendiri di sini. Karena emang kamu salah dari awal."

Naomi terhenyak. Ada benarnya dari perkataan Nanda. Dia terjebak karena perasaan yang tidak enak saat putus dari Riko. Meski dia bilang tidak, tapi memang putus dari Riko adalah penyebab semua yang dia lalui hingga sendirian. Seandainya..., tidak ada gunanya lagi kata itu.

"Mas senang kok kamu putus. Cuma nggak senang kamu lari dari rumah. Nggak berusaha baikan, terutama dengan Ibu kamu,"

Nanda terus berkali-kali mengingatkan Naomi tentang ibunya.

"Udah jam sembilan. Tidurlah, besok kan kamu kerja,"

"Mas besok pulang?,"

"Iya. Kenapa emangnya? Mau ikut?,"

Naomi menggeleng.

"Kan aku kerja,"

Nanda tersenyum. Naomi memang sangat keras kepala.

"Nggak kerja aja kamu nggak mau pulang."

Naomi bangkit dari duduknya. Melangkah gontai menuju kamarnya. Perasaannya kini kembali gundah saat disinggung tentang keluarganya.

"Nggak papa Mas tidur di situ? Kalo nggak nyaman, mas bisa tidur di kamarku. Biar aku yang tidur di sini," tawar Naomi sebelum memasuki kamarnya.

"Nggak papa. Tidurlah,"

Naomi masuk ke kamar, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Pandangannya hampa ke langit-langit kamar. Lalu terbayang-bayang kehidupan dirinya dulu yang lebih indah dibanding sekarang yang didominasi oleh perasaan gelisah tidak berujung. Apakah dia memang melakukan kesalahan? Mesti dia sudah berkorban demi orang-orang yang dia sayang? Harus bagaimana? Ini gara-gara Riko? Kenapa menyalahkan orang?

Kini ada Nanda. Menyukainya. Cintakah? Dia tidak bilang itu.

Gue? Suka. Tapi apa pantas? Dia orang kaya. Dia bilang sendiri keluarganya tidak suka dirinya karena beda kasta. Padahal keluarga Naomi lumayan berada juga, meski pekerjaan kedua orangtuanya Dosen senior ASN. Kenapa aku lari? Karena Riko lagi?

Naomi menukar posisi tidurnya ke sisi samping agar bisa tidur senyaman mungkin. Tapi pikiran-pikirannya sangat kacau.

Sendirian itu tidak enak. Apalagi menjauh dari keluarga terdekat.

Lalu teringat di hari ulang tahunnya saat Riko, Nat, DeHaan dan Wilma datang mengunjunginya. Dia memang sangat senang. Tapi tetap saja dia sedih setelahnya. Apalagi melihat Riko dan Nat sangat bahagia. Cemburu tidak dapat dia elak. Iri. Pasti.

Namaku NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang