Jangan Ganggu Gue

1.3K 185 0
                                    

Malam setelah pernikahan, ada acara makan malam di rumah Pak Tirta. Keluarga besar dari kedua belah pihak tampak sudah hadir di rumah Pak Tirta. Tidak banyak, hanya keluarga inti dari masing-masing pihak. Keluarga Pak Adiwilaga hanya didampingi istri dan mertuanya. Anak pertamanya, Ambar, masih berada di Paris. Pak Tirta, didampingi istrinya, ada juga kak Nat bersama Riko yang selalu berada di dekatnya.

Semua terlibat percakapan serius mengenai pernikahan Naomi dan Nanda yang sudah berjalan cukup lancar. Sesekali ada canda terselip di sela-sela percakapan mereka.

Tampak Riko sesekali mencuri pandang ke wajah Naomi. Wajahnya tidak begitu menyenangkan. Apalagi saat diliriknya Nanda. Entah mengapa. Cemburukah? Tapi sebelumnya ketika bertemu dengan Naomi saat merayakan ultah Naomi di kamar kos Naomi, Riko tampak biasa saja. Apa karena Naomi menikah?

Riko tampak memainkan ponselnya. Mengirim sebuah pesan ke Naomi.

Lu selingkuhannya Nanda ya? gue denger dia cerai gara-gara selingkuh ma lu.

Naomi melirik Nanda yang ada di sampingnya. Yang juga sedang memainkan ponsel. Nanda tampak resah, tapi setelah itu dia tersenyum penuh misteri ke Naomi.

Lu hapus pesen lu, Rik. Dia tau akun gue

Nanda tersenyum-senyum melihat ponselnya. Sepertinya dia pura-pura tidak tahu.

Riko melirik ke Naomi. Naomi hanya mengerlingkan matanya. Kekesalannya sudah di ubun-ubun. Pantes Riko nggak negur-negur gue. Pantes Wilma minta cepat-cepat pulang. Pantes gue nggak liat DeHaan. Pantes tukang rias jutek dengan dengan gue. Pantes Ibu dan Bapak tidak begitu hangat sambut gue, paling cuma ibu yang sempat menangis tadi, ya karena memang sudah lama nggak ketemu gue, gue dikira pelakor selama ini!, begitu batin Naomi. Ingin sekali dia berteriak.

Riko sepertinya mencium bau-bau tidak beres dengan Nanda. Ada kelicikan yang dia lihat dari sosok Nanda.

Naomi resah. Dibacanya sekali lagi pesan dari Riko. Naomi memejamkan matanya. Kini gelisah tiada tara menyelimuti dirinya.

Diamatinya wajah-wajah yang ada di rumahnya itu. Sepertinya ada yang mereka sembunyikan dari dirinya. Kini Naomi merasa bahwa wajah-wajah itu tidak begitu senang dengannya, tapi pasrah.

Naomi perlahan beranjak dari perkumpulan dua keluarga yang sedang bercengkrama malam itu.

"Ke mana, Naomi?," tanya Nanda. Dia memegang tangan Naomi seakan ingin menahannya.

"Ke belakang, Mas. Buang air," jawab Naomi. Dia tampak sangat lesu.

Nanda melepaskan pegangannya.

Naomi tidak benar-benar ke belakang. Diam-diam dia menyelinap ke luar rumah setelah menukar baju dan meraih tas kecilnya dari kamar Nathalie. Dia pergi dari rumah dengan perasaan tidak menentu. Bencikah? Naomi tidak tahu. Padahal dia sudah mulai menyukai Nanda, tapi bukan begini caranya. Kesalkah? Tentu saja. Sepertinya kesendirian lebih nyaman dirasanya sekarang, ketimbang bersama dengan orang-orang yang memandangnya dengan perasaan tidak suka.

Naomi mengambil taksi online malam itu menuju kosnya. Perasaannya tentu saja tidak enak. Begitu banyak pertanyaan berseliweran di benaknya. Kenapa Nanda begini? Kenapa Nanda mengatur pernikahan sebegitu cepat tanpa sepengetahuan dia? Kenapa Nanda selalu memberinya kejutan-kejutan? Kenapa gue? Dulu ngaku mantan, terus istri, kini selingkuhan? Apa maunya orang itu. Apa niatnya?

Naomi sedikit terisak di dalam perjalanan. Dia tidak ingin menangis kencang. Dia terus berusaha menahan tangisnya. Gue nangis di kos aja, batinnya.

***

Nanda menghela napas lega setelah mengakui kesalahan-kesalahannya di depan keluarganya dan keluarga Pak Tirta. Dia berusaha meluruskan gossip yang selama ini tersebar di lingkungan keluarga. Berusaha menjelaskan bahwa sebenarnya dia tidak melakukan hal-hal di luar batas selama masih terlibat pernikahan sebelumnya. Dia meyakinkan semuanya bahwa memang tidak ada perselingkuhan antara dirinya dan Naomi.

Namaku NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang