CHAPTER 1

69 7 0
                                    

Teng teng teng.

Jam istirahat bendenting. Para siswa yang kelaparan berhamburan kesana kesini untuk segera menyerbu kantin sekolah.

"Ra kantin yuk laper nih" tanya Keyra, perutnya sudah keroncongan dan tak sabar untuk menyantap bakso Pak Somad.

"Hayyuk!! Otak gue juga perlu asupan nutrisi nihh. Kalo nggak cepet cepet dikasi nutrisi bisa mampet." cerocos Ima, karena Yura hanya diam dari tadi.

"Emm nggak deh, kalian duluan aja gue bawa bekel. Percuma bawa'kan kalo nggak dimakan." ucap Yura seraya mengeluarkan bekel warna biru.

Ima dan Keyrapun pergi duluan ke kantin. Sekarang hanya ada Yura dikelas dengan menikmati makanan yang dibuat oleh mamanya. Yura suka sepi, sendiri, sunyi. Rasanya tenang jika tak ada yang mengusiknya.

Suara tertawa yang amat keras memecahkan lamunan Yura. Yang tak lain adalah Arya dan Aji.
Bak tak punya malu, mereka teriak teriak di koridor kelas dan itu sudah menjad hal biasa bagi murid murid lain dan sekitarnya.

Arya dan Aji cukup terkenal di sekolah bukan karna bandel melainkan karna prestasi prestasi yang cukup membanggakan.

Yura segera menghabiskan sandwich dan bergegas keluar kelas.

Brag!

Karna terlalu terburu buru dia malah tak sengaja menabrak Arya dan Aji saat mereka berdua akan masuk kelas.

"Ma-maaf Arya, gue nggak sengaja. Gue duluan." tukas Yura dan langsung berlari terbirit birit karena malu akan ucapannya yang ngawur.

Arya dan Aji saling menatap beberapa detik. Dan menggelengkan kepala beberapa kali. Agak heran.

Yura berlari dengan pipi yang merah merona, malu rasanya jika berlama lama dengan mereka.

Suara pintu berdecit membuat semua yang ada diruangan ikut mengernyit. Sekaligus menoleh ke arah sumber suara. Ditengok oleh orang banyak begini nggak juga ternyata. Apalagi dengan wajah wajah datar begini.

Hawa dingin menusuk kulit putih Yura membuat bulu kuduknya berdiri. Tatanan buku yang menjulang tinggi, dan sangat rapi, begitu juga dengan aroma buku buku baru yang khas.

Membuat siapa saja nyaman dan berlama lama berada disini. Begitu juga dengan Yura.

Dia sangat suka perpustakaan. Mengapa? Karena disini dia bisa tenang, damai, sejenak menenangkan pikirannya dan melupakan masalahnya. Walaupun masalah itu harus dihadapi bukan menghindari.

Saat ini langkah kakinya menuju kursi kosong yang ada dipojokan. Dan itu tempat yang jarang orang orang tempati.

Mungkin dari ratusan siswa yang bersekolah disini hanya satu dua yang kesini. Cahaya mentari menembus jendela kaca membuat Yura sedikit silau.

Ia mengambil buku yang lumayan lusuh di rak depannya. Dan membawa buku itu ke atas meja. Rupanya itu cerita fantasi.

Sudah setengah buku ia baca. Dahaganya kini meronta ronta ingin merasakan segaranya air.

Yurapun keluar dari perpustakaan. Belum genap Yura keluar. Yura terkejut karena didepannya kini sudah ada laki laki ia cintai 2 tahun lamanya.

"Nih buat lo, gue tau lo pasti haus, dan lo pasti berharap gue ngasih lo minum, ya udah nih gue kabulin." ucap Arya tengah mengadahkan sebotol air putih dingin.

Agak kesel si sebenernya dia jadi kePD-an gini. Karena Yura sangat haus Yurapun mengambilnya. Tak baikkan kalau rezeki ditolak. Setengah botol ia teguk hingga dagunya basah.

"Sehaus itu ya baca buku?" ucap Arya dan mengambil tisu disakunya. Pelan namun pasti Arya membersihkan dagu Yura yang basah terkena air minumnya.

Dunia serasa milik berdua. Beberapa detik mereka satu sama lain saling menatap.

"Aryaaaaaa!!!" teriak Aji dibelakang sana. Membuat Yura dan Arya terkejut dan jadi merasa canggung.

"Ehh lo ternyata disini, gue cariin juga!" celoteh Aji karena dia sudah nungguin di kantin tapi Arya tak kunjung balik. Padahal jam istirahat hampir habis.

Demi apapun gue kutuk juga lo jadi kodok!! Ngerusak suasana aja si curut ni, nggak tau apa lagi adegan romantis ucap Arya dalam hati dan melotot ke Aji.

"Upss" Tukas Aji karena tau dia merusak suasana.

"Gue permisi mau ke kelas, bye" ucap Yura seraya jalan cepat menuju kelas.

YURARYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang