Chap 45

2.2K 196 36
                                    

"Udah gua bilangin, jangan tinggalin gua gebleg," umpat Y/N saat mendudukkan bokongnya tepat di samping Sehun. Pria berkulit pucat itu menghela nafas. "Yaelah lu kira - kira napa, masa gua nungguin lu sendirian di kamar mandi."

"Mana tadi banyak cewek yang nanyain gua ngapain lagi, kan malu," lanjut Sehun seraya menyesap minumannya, Y/N mendengus lalu menarik telinga Sehun gemas, hingga membuat si empunya mengaduh kesakitan.

"Dasar gila, bisa - bisanya lu nanggepin omongan cewek jablay, terus ninggalin gua sendirian di toilet. Gua ini baru sembuh, harusnya lu sebagai sahabat tuh care dikit kek, emang dasar—"

"Hey Hey, ngapain kalian? Weheiii mainnya tarik - tarik telinga ya, awas tu telinga melar kaya punyanya yang di kebun binatang haha," kekeh Chanyeol, pria itu datang dengan kedua tangannya yang memegang nampan berisi makanan. Jam istirahat yang indah siang ini menjadi sangat sial bagi Sehun, pria itu meringis, lalu menjauh dari Y/N sesaat setelah gadis melepaskan jewerannya.

Sehun mencebik, lalu menatap Chanyeol kesal, "Sembarangan lu ya, lu gak ngaca hah? Lu sendiri mirip sama salah satu karakter star wars yang telinganya semeter. Haha,"  ujarnya.

"Sialan lu nyet."

"Daripada war, mending pesenin gua makan sono, laper nih," titah Y/N lalu mendorong pelan siku Sehun yang ada di sampingnya, membuat pria itu menatapnya dengan datar. "Cih, tadi marah - marah, sekarang minta tolong."

"Apa lu bilang?"

Oke, sekarang aura gelap itu cukup membuat Sehun ketakutan, buru - buru dia tersenyum kikuk sembari memijat lengan Y/N pelan, berusaha memusnahkan hawa dingin yang menguar di sekitarnya. Sedangkan Chanyeol kini tengah tertawa pelan, sahabatnya memang tidak pernah berubah. "Hehe, gapapa kok. Mau pesen apa?"

"Terserah lu, bebas."

Sehun mengangguk, "Oke. Tunggu ya."

Perlahan tubuh pria jangkung itu menjauh dari pandangan Y/N dan Chanyeol. Y/N menoleh, lalu menatap Chanyeol intens. Pria itu makan dengan lahap, di temani dengan telepon genggam yang terus menerus bergetar, tanda pesan masuk. Tidakkah itu sedikit mengganggu?

"Itu siapa Yeol?"
Tanya Y/N saat melihat Chanyeol  nampak berulangkali mengecek teleponnya yang terus berdering.

"Ehm—ehh itu–Mama, iya Mama." ucap Chanyeol seraya tersenyum, lalu kembali meletakkan teleponnya pada posisi semula. Y/N mengernyit, berusaha menerka - nerka apa yang disembunyikan sahabatnya, sejurus kemudian kedua pupil Y/N melebar, dengan cepat gadis itu berteriak histeris. "LU PUNYA PACAR—"

"Kaga usah teriak nyet, malu - maluin aja lu." Chanyeol meringis saat semua atensi tertuju kepada mereka berdua, Y/N memang terlalu menyebalkan.

"Mmm." Y/N menggumam, seraya menunjuk tangan besar Chanyeol yang masih setia membekap mulutnya. Chanyeol melepas bekapannya, lalu menenggak air mineral yang ada di depannya hingga tandas, menghilangkan rasa malu yang perlahan menjalar di seluruh tubuhnya.

Y/N menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan, melakukan hal itu berulangkali hingga pernafasannya kembali normal.

"Heh! Lu mau bunuh gua ya?! Lu gatau apa, seberapa pengap tangan lu itu? Cihh."

Chanyeol menoleh, lalu menggaruk tengkuknya, apa dia bilang, gadis di depannya ini memang pembuat masalah. Harusnya dari dulu, Chanyeol tidak kenal dengan makhluk seperti ini. Namun, sepertinya garis takdir itu memang tidak adil padanya. Miris sekali.

"Lu diem makanya, jangan teriak - teriak," sungut Chanyeol lalu mengalihkan pandangannya, pada makanannya yang hanya tersisa setengah. Perlahan pria itu menggerakkan sendoknya, lalu kembali menyuapkan suapan besar ke dalam bibirnya. Terkadang Y/N heran dengan Chanyeol, sepertinya manusia itu kelebihan gizi. Lihatlah, tubuhnya terlalu tinggi—bahkan sangat tinggi, telinga bahkan tangannya pun benar - benar lebar, berkali - kali Y/N berpikir, apa yang sebenarnya di konsumsi Chanyeol setiap harinya? 

Brother BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang