Part 6

16.2K 984 12
                                    

Azka mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Sekarang ia sedang berada di cafe untuk menunggu Kiara datang. Sebelumnya Azka bertanya apakah Kiara sibuk atau tidak, ternyata gadis itu senggang. Jadilah mereka bertemu di cafe ini atas saran Kiara.

"Maaf aku terlambat, sudah menunggu lama?" tanya Kiara yang baru saja datang.

"Nggak juga, santai saja. Kenapa kamu kayak habis lari maraton gitu. Duduk dulu dan minumlah."

Kiara duduk lalu menyesep minumannya dengan rakus sehingga membuatnya tersedak.

"Pelan-pelan!" Azka menghampiri Kiara lalu mengusap bibir dan leher Kiara yang belepotan dengan tisu.

"Maaf, biar aku saja." Kiara mengambil tisu di tangan Azka lalu mengusap sendiri sisa minuman yang masih menempel.

"Kenapa kamu sampai terengah-engah begitu."

"Iya, aku tadi lari dari parkiran ke sini, karena nggak enak membuatmu menunggu lama. Maaf ya tadi macet di jalan."

"Nggak usah merasa sungkan seperti itu, santai saja."

"Omong-omong kamu mau mengatakan apa sampai kita harus bertemu?" tanya Kiara penasaran.

"Sebenarnya..." Azka menggantung kalimatnya.

"Sebenarnya apa?" Desak Kiara yang semakin penasaran.

"Sebenarnya, aku suka sama kamu," ujar Azka pelan.

"Apa?!" Kiara tentu saja terkejut mendengar ucapan Azka barusan.

"Aku suka sama kamu." Ulang Azka.

"Tidak, bukan gitu maksudku. Aku sudah dengar tadi. Apa kamu serius?"

"Tentu saja."

"Kenapa kamu bisa suka sama aku?"

"Tidak ada alasan. Aku hanya suka karena itu kamu."

Jawaban Azka barusan tentu saja membuat Kiara tersipu. Ia menyesap minumannya kembali untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Kamu tidak punya pacar atau deket sama siapapun?"

"Kamu sudah tahu jawabannya kemarin waktu di ulang tahun Mamaku." Kiara mengangguk-anggukan kepalanya membenarkan hal itu.

"Lalu?" tanya Kiara pelan.

"Aku ingin menjalani hubungan yang serius sama kamu. Kamu tahu sendiri kan, di umurku yang sekarang bukan waktunya untuk main-main lagi. Kalau kita cocok, mungkin aku akan segera menikahimu."

"Secepat itu?"

"Iya, memangnya kenapa?"

"Aku masih kuliah, belum mau nikah. Aku juga ingin kerja."

"Aku nggak akan melarang kamu kuliah, kalau kerja nggak tahu, akan aku pikirkan nanti."

"Entahlah aku nggak bisa berpikir sekarang," jawab Kiara jujur, karena Azka mengatakan hal ini secara tiba-tiba.

"Tidak apa, aku juga nggak mau maksa kamu. Yang terpenting sekarang kamu sudah tahu. Oh ya, kalau kita menikah Papamu tidak perlu memikirkan hutangnya, ia tidak perlu membayar hutang itu." Kiara diam mencerna ucapan Azka. Dengan kesadaran penuh ia menampar pipi Azka sekuat tenaga.

Plakk!!

"Jadi maksudmu kamu menikahiku karena hutang Papaku, aku kira kamu pria baik ternyata kamu sangat licik." Kiara merasa diterbangkan setinggi langit lalu dijatuhkan ke tanah dengan tiba-tiba. Sangat sakit rasanya.

"Kiara, bukan gitu maksud aku." Azka berusaha menjelaskan.

"Aku benci sama kamu!" Kiara meninggalkan cafe itu dengan marah, ia mengabaikan Azka yang terus memanggil dan mengejarnya. Dengan cepat ia masuk ke mobil lalu melajukannya dengan kencang.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang