Part 33

9K 508 18
                                    

Kiara memasukkan bajunya ke dalam koper dengan sedikit asal-asalan. Keputusannya sudah bulat, ia akan menyusul Azka ke Bali. Meskipun sebenarnya ia sedikit takut karena ini kali pertamanya ia naik pesawat sendirian. Selama ini, jika liburan ia selalu berangkat bersama kedua orang tuanya.

"Kiara berangkat ya Bi, tolong jaga rumah. Kalau ada apa-apa jangan lupa kabari Kiara ya Bi," ujar Kiara sebelum berangkat ke bandara.

"Iya, non hati-hati ya. Jaga diri non baik-baik. Bibi doakan semoga non cepet baikan dengan aden."

"Aamiin bi."

"Non taksi onlinenya sudah datang, biar bapak bawakan kopernya." Pak Adi datang dari luar untuk memberitahu Kiara.

"Iya silahkan Pak." Kiara segera menyusul keluar bersama Bi Ira.

"Kiara titip rumah ya Pak. Assalamualaikum," ujar Kiara sebelum memasuki taksi.

"Waalaikumsalam, hati-hati non." Pak Adi dan Bi Ira menunggu hingga taksi yang dinaiki Kiara menjauh. Sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.

♡♡♡

Wijaya Beach Hotel and Resort.

Kiara membaca tulisan di hadapannya. Akhirnya ia sampai juga di Bali, lebih tepatnya di hotel milik Azka. Dengan segera Kiara berjalan kearah meja resepsionis, untuk menanyakan keberadaan pria itu. 

"Permisi mbok," sapa Kiara di depan salah satu resepsionis. Ia sedikit canggung saat mengatakannya, karena di daerahnya kata 'mbok' biasa digunakan untuk memanggil seorang ibu. Tapi di sini, saat memanggil seorang wanita yang lebih tua dan belum dikenal, Kiara harus memanggilnya dengan sebutan 'mbok' karena itu adalah panggilan yang paling sopan. Itulah yang Kiara pelajari saat perpisahan SMA dulu, untung saja ia masih mengingatnya.

"Ibu mencari Pak Azka?"

Kiara tersenyum sebagai jawaban, sepertinya resepsionis ini sudah tahu siapa dirinya.

"Pak Azka tidak ada di kamarnya saat ini."

"Oh ya, kemana dia?"

"Setahu saya, tadi sedang menemui kolega bisnisnya setelah menyelesaikan permasalahan kemarin."

"Sebenarnya ada masalah apa mbak, eh maaf mbok." Kiara tersenyum tidak enak.

"Tidak apa Bu. Jadi hari Minggu malam, ada bule yang mabuk. Tiba-tiba dia marah dan merusak beberapa fasilitas hotel, hingga membuat tamu lain merasa terganggu. Tapi syukurlah karena sekarang permasalahannya sudah selesai. Pak Azka sudah membereskan semuanya."

"Syukurlah kalau begitu," ujar Kiara ikut lega setelah mendengarnya.

"Apakah ibu mau saya berikan kartu kamar Pak Azka?"

"Ehm.. nggak perlu deh mbok. Saya mau jalan-jalan di sekitar sini aja. Kalau boleh, saya mau titip koper."

Jika langsung ke kamar, Kiara takut Azka akan semakin marah. Lebih baik ia menunggu saja sampai pria itu datang.

"Oh silahkan, ibu bisa titipkan kopernya kepada kami."

"Terimakasih, kalau gitu saya permisi dulu."

"Baik Bu," jawab resepsionis itu dengan ramah.

Setelah dari resepsionis Kiara memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitaran pantai. Azka sangat pintar memilih lokasi hotel, tempat ini sangat strategis karena memiliki pantai pribadi. Kiara menghirup aroma pantai dalam-dalam, rasanya sungguh menenangkan. Kiara berharap suatu saat bisa pindah dan menetap di Pulau ini. Itu adalah impiannya sejak dulu.

Setelah puas berkeliling, Kiara mulai merasa lapar. Ia tadi hanya makan sedikit saat di pesawat, jadilah sekarang perutnya sudah keroncongan. Ia memutuskan untuk makan siang di restoran hotel, masih dengan menikmati pemandangan laut di depannya. Setelah selesai makan, Kiara memutuskan untuk menunggu di lobi hotel, siapa tahu Azka akan kembali setelah jam makan siang.

Kiara melihat jam tangannya, ia sudah menunggu selama lima belas menit tapi Azka tak kunjung datang. Bahkan ia sudah menguap beberapa kali karena mengantuk. Saat ia menoleh ke samping kirinya, Kiara langsung menegakkan tubuhnya. Itu dia suaminya. Ia melihat Azka sedang berjalan dengan laki-laki, yang Kiara tebak sebagai kolega bisnisnya. Dengan segera Kiara berdiri dan menghampiri suaminya sambil sedikit berteriak.

"Mas Azka." 

Azka yang merasa familiar dengan suara itu segera menoleh kesamping kanannya dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Kiara berjalan menghampirinya. 

"Kamu?" tanya Azka yang tidak bisa menutupi rasa terkejutnya akibat kehadiran Kiara yang tiba-tiba.

Tanpa banyak kata Kiara langsung memeluk pinggang Azka. Karena sejujurnya ia mulai merindukan pria itu.

"Maaf, dia istri saya," ujar Azka tersenyum tidak enak kepada kolega bisnisnya. 

"Tidak apa, saya bisa maklum. Bagaimanapun juga Anda masih pengantin baru," ujar kolega bisnis Azka tidak bisa menahan senyumnya.

"Oh iya, saya Keanu." Kiara menatap teman Azka yang mengulurkan tangan kearahnya. Dengan segera Kiara membalas uluran tangannya.

"Kiara," jawabnya singkat.

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu karena tidak ingin mengganggu waktu kalian." Keanu segera pergi dari hadapan Kiara dan Azka.

"Kamu kesini sama siapa?" tanya Azka saat Ken sudah pergi dari hadapannya. 

"Sendiri," jawab Kiara sambil menatap Azka yang terlihat masih marah.

"Astaga! Kalau kamu kenapa-kenapa gimana?"

"Kiara baik-baik aja kok Mas." Kiara senang karena suaminya khawatir dengannya.

Tanpa basa-basi Azka segera menarik Kiara menuju kamarnya berada.

"Koper Kiara mas," ujar Kiara sebelum mereka memasuki lift.

"Tolong bawakan ke kamar saya," ucap Azka kepada salah satu pegawai hotel.

"Baik Pak," jawab pegawai itu dengan patuh.

Setelah menerima koper Kiara, Azka segera menutup pintu. Sedangkan Kiara begitu memasuki kamar hotel langsung membuka tirainya lebar-lebar. Ia sangat antusias karena lagi-lagi ia bisa melihat laut dari balkon kamar ini. Setelah puas menikmati pemandangan, Kiara masuk lagi ke dalam kamar dan ia tidak mendapati keberadaan Azka. 

"Mas," panggil Kiara pelan.

Tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka dan Azka keluar dari sana.

"Mas udah makan?"

"Udah," jawab Azka singkat. Ia mengganti baju formalnya tadi dengan pakaian yang sedikit santai.

"Mas mau kemana?" tanya Kiara melihat suaminya yang sedang bersiap-siap.

"Aku pergi dulu." Tanpa bersusah payah menjawab pertanyaan Kiara, Azka segera keluar dari kamar ini.

"Mas tunggu." Kiara mengejar Azka dan mencekal lengan pria itu. 

"Apa?" tanya Azka dengan sedikit tajam.

Mendapat tatapan seperti itu dari Azka membuat nyali Kiara menciut, ia yang ingin meminta maaf malah mengatakan hal yang tidak penting.

"Kalau udah selesai urusannya, langsung balik ya Mas."

"Hm..," jawab Azka singkat lalu benar-benar pergi dari hadapan Kiara.

"Hufftt." Kiara menutup pintu sambil menghembuskan napasnya panjang. Lagi-lagi ia ditinggal, tapi tidak apa. Azka tidak mengusirnya dari sini saja Kiara sudah senang. Lebih baik sekarang ia istirahat, karena nanti malam ia berniat untuk mengajak Azka makan malam. Semoga saja rencananya berhasil. Kiara segera merebahkan dirinya di ranjang sambil berusaha memejamkan mata. Rasanya ia sudah tidak sabar menunggu malam datang.

♡♡♡

TBC...
Koreksi aku kalo ada kesalahan yaa
Jangan lupa tekan tombol bintang ❣

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang