Part 29

7.3K 451 24
                                    

Kiara mematut dirinya di depan cermin. Ia mengenakan rok dan atasan berwarna cream yang tampak senada. Ia lalu mengambil tas tangannya yang berwarna hitam dan heels yang tidak terlalu tinggi berwarna putih. Setelah penampilannya di rasa cukup rapi, barulah ia keluar dan berjalan menuju depan kompleks karena Felix sudah menunggunya. Ia sengaja meminta Felix menunggu di sana, karena ia takut ketahuan Bi Ira dan suaminya dijemput laki-laki lain. Meskipun ia dan Felix tidak memiliki hubungan apa-apa.

"Hai Kak," sapa Kiara saat sudah duduk di samping Felix.

"Rumah kamu disini?"

"Bukan, ini rumah saudaraku." Kiara merutuki jawaban bodohnya. Tapi jika ia jujur sekarang, hal itu pasti akan mengejutkan Felix. Ia memang berencana akan menceritakan semuanya, tapi tidak sekarang. Mungkin nanti saat mereka sudah pulang dari acara. Kiara jadi penasaran, kira-kira seperti apa respon Felix jika mengetahui ia sudah menikah.

"Kenapa kamu jalan, kan aku bisa jemput di rumah saudaramu."

"Gapapa kok Kak, Kiara merasa nggak enak aja kalau ketahuan jalan sama Kakak."

"Emang kalau kita ketahuan jalan kenapa Ki?"

"Takut aja ada yang mikir macam-macam soal kita."

"Kalau dikira seperti itu emang kenapa?"

"Apa Kak?" Kiara balas bertanya karena tidak mengerti maksud Felix.

"Gapapa kok, kita berangkat sekarang ya," ujar Felix mulai menjalankan mobilnya.

"Acaranya dimana Kak?"

"Di restoran dekat sekolah dulu, ada yang baru buka. Konsepnya juga bagus, seperti pesta kebun gitu."

"Oh." Kiara hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Yang buat acara ini sebenernya Tifanny, kamu masih ingat bukan?"

"Astaga Kak Tifanny, iya Kiara inget kok." Siapa yang tidak tahu Tifanny, dia anak perempuan paling populer di sekolah dulu. Setahu Kiara Tifanny juga sekelas dengan Felix. Tifanny merupakan anak blasteran, maka dari itu ia sangat cantik. Meskipun begitu, dia tidak pernah sombong dan selalu ramah pada semua orang.

"Kalau Kak Tifanny yang buat acaranya, berarti ini hanya untuk angkatan Kakak. Kenapa malah ngajak Kiara?"

"Memang Tifanny yang membuat acara ini, tapi acaranya bebas kok. Bisa dihadiri semua anak alumni SMA kita. Lagi pula kamu tahu sendiri sifat Tifanny bukan. Ia tidak akan keberatan siapapun datang ke acara yang dia buat."

"Iya juga sih." Kiara membenarkan perkataan Felix.

Tidak membutuhkan waktu lama mereka sudah datang di tempat acara. Dari parkiran sudah terlihat jika di dalam cukup ramai. Kiara jadi gugup sekarang, apalagi ia datang dengan Felix.

"Yuk turun!"

Felix sudah turun dari mobil dan Kiara hanya mengikuti di belakang. Begitu masuk, Felix langsung disambut beberapa temannya. Sedangkan Kiara, hanya diam saja. Ia bingung harus melakukan apa sekarang.

"Kiara ayo sini." Felix menarik Kiara agar berdiri di sampingnya, Kiara hanya tersenyum kikuk menatap teman-teman Felix. Ia dari tadi sudah celingukan mencari teman seangkatannya, tapi ia belum menemukan satu pun.

"Kok aku kayak pernah lihat kamu ya," ujar Tifanny menatap Kiara.

"Kiara kak," jawab Kiara pelan.

"Oh sepertinya aku tahu. Kamu angkatan dua tahun di bawah kita kan?"

"Iya Kak," jawab Kiara pelan. Tifanny tidak berubah, ia semakin ramah dan tentu saja semakin cantik juga.

Kiara cukup senang karena teman-teman Felix sangat baik. Meskipun berbeda angkatan mereka semua sama sekali tidak membedakan Kiara. Memang awalnya cukup canggung, tapi lama-kelamaan Kiara mulai terbiasa. Kiara juga sudah melihat beberapa teman seangkatannya, tapi ia sengaja tidak bergabung. Karena Kiara tidak terlalu dekat dengan mereka.

♡♡♡

Azka memasukkan kopernya kedalam Fortuner hitam miliknya, akhirnya malam ini ia bisa pulang. Niatnya ia akan pulang besok pagi, tapi ia sudah tidak sabar untuk bertemu Kiara. Maka dari itu ia berniat pulang diam-diam, tanpa memberitahu Kiara. Ia ingin memberikan kejutan kepada istrinya.

Jalanan menuju Surabaya tampak begitu lenggang, karena akhir pekan seperti ini kebanyakan orang Surabaya memilih berlibur ke Malang. Jadi dari arah berlawanan tampak ramai mobil dengan plat nomer L. Azka pun menyetir dengan cukup santai, tidak terlalu terburu-buru.

Saat akan berbelok ke arah kompleks perumahannya Azka baru ingat kalau Kiara tidak ada di rumah. Kiara tadi pagi sudah izin dengannya akan menghadiri acara reuni SMA-nya. Azka menghentikan mobilnya terlebih dahulu, ia membuka aplikasi WhatsApp dan melihat obrolan terakhirnya dengan Kiara. Ia melihat alamat yang Kiara sempat bilang tadi. Sepertinya Azka tahu tempat itu dan lokasinya tidak begitu jauh. Setelah menimang-nimang sejenak, akhirnya Azka memutuskan untuk menyusul Kiara. Dengan segera ia memutar balik mobilnya untuk menuju tempat reuni SMA Kiara. 

Azka langsung memakirkan mobilnya begitu sampai, dari mobilnya ia bisa melihat keramaian acara yang ada di dalam sana. Ternyata acaranya berkonsep pesta kebun, cukup banyak juga yang datang. Azka berusaha mencari-cari istrinya tapi tidak berhasil menemukannya. Sambil menunggu Kiara, Azka memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Sebelum kesini, ia tadi sempat mampir untuk membeli sepaket burger.

Setelah selesai makan Azka keluar untuk membuang sampah. Ia melihat lagi ke dalam acara dan menemukan keberadaan istrinya. Azka diam memperhatikan Kiara yang sedang minum, tanpa sadar ia tersenyum. Baru sehari tidak bertemu, ia sudah sangat merindukan istrinya.

Tapi tunggu. Siapa laki-laki itu? Azka mengurungkan niatnya yang akan kembali ke mobil saat melihat Kiara ditarik oleh laki-laki. Tanpa berpikir panjang, Azka langsung masuk ke dalam tempat acara. Ia melihat Kiara sedang berbicara dengan laki-laki yang tadi menariknya di sudut taman. Sedangkan Azka memilih berdiri di belakang pohon, karena tidak ingin ketahuan. Ia berusaha menajamkan pendengarannya, agar bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Azka mengepalkan tangannya kuat-kuat ketika berhasil mendengar pembicaraan mereka. Tanpa pikir panjang, ia langsung menghampiri Kiara dan laki-laki itu.

"Kiara." Panggil Azka sambil menahan amarahnya.

"Mas Azka?"

Azka bisa melihat dengan jelas wajah terkejut Kiara saat melihat kehadirannya.

"Aku nggak nyangka kamu bisa berbuat seperti ini," ucap Azka pelan tapi cukup dingin. 

Kiara hanya bisa terpaku di tempatnya berdiri. Ia bingung harus melakukan apa, yang lebih membuatnya bingung adalah Azka yang tiba-tiba ada di sini. Rasanya ia ingin menangis sekarang karena kepergok Azka bersama dengan Felix. Kenapa masalahnya jadi serumit ini?

♡♡♡

TBC...
Aku pamit undur diri dulu ya gais wkwk, mau fokus kerjain tugas kuliah duluu 🙏
Kasi aku semangatt dengan tekan tombol bintang, pleasee

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang