28. (Pupus)

2.2K 263 104
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
°°°

"Penyesalan memang selalu datang terlambat. Karena penyesalan akan datang saat kita tersadar bahwa kita telah melakukan sebuah kesalahan besar."

***

Waktu bergulir terlalu cepat, itulah yang Fahira rasakan saat ini. Rasanya baru kemarin ia masuk di Pondok Pesantren ini dan sekarang ia telah memasuki Semester akhir di kelas 2 Aliyah yang itu tandanya tidak lama lagi ia akan naik ke kelas 3 lalu setelah itu lulus.

Tepat baru saja kemarin semua Santri Pondok Pesantren Hubbul Wathon melaksanakan ujian akhir kenaikan yang itu artinya sebentar lagi mereka semua akan naik tingkat dan lulus bagi santri kelas 3 Aliyah.

Setelah melaksanakan ujian akhir semester, kini semua Santri di bebaskan dari kegiatan belajar dan hanya menunggu waktu di langsungkannya pembagian Raport dan juga perayaan Haflah Akhirussanah juga Haflatul Ikhtitam.

Seperti di pagi ini, semua Santri yang mayoritasnya Santri yang mengikuti Organisasi Osis tengah sibuk mempersiapkan acara yang akan di gelar kurang lebih satu minggu lagi tersebut.

Bebas dari kegiatan belajar bukan membuat Santri berleha-leha, namun justru saat seperti ini para Santri harus tetap produktif salah satunya tetap mengikuti kegiatan sholat berjama'ah, dzikir pagi dan kegiatan wajib lainnya.

Seperti Fahira dan Fisya yang saat ini sibuk membantu Mba Lina untuk membersihkan halaman Ndalem agar saat perayaan acara tersebut Ndalem nampak bersih. Hal ini memang biasa di lakukan setiap tahunnya karena memang Bu Nyai lah yang menyuruhnya supaya Ndalem tetap terlihat asrih dan indah.

Tidak hanya mereka berdua, ada beberapa Santri lain juga yang membantu namun mereka di tugaskan membersihkan Ndalem di Bagian belakang. Hanya ada Fahira, Fisya dan Mba Lina yang nertugas membersihkan Ndalem bagian depan.

"Ukhti Ukhti cantik, nanti di minum ya, Bu Nyai bikinin Es Sirup nih," Sahut Bu Nyai membuat semua Santri Nampak menatap ke arah Bu Nyai dan membalasnya.

"Na'am Bu Nyai." Jawab mereka serempak.

"Di minum dulu aja sana Neng Fahira, Neng Fisya." Ujar Mba Lina kepada keduanya.

"Mba Lina juga minum juga yuk Mba," Ajak Fahira yang dibalas anggukkan olehnya.

"Duluan aja neng, mangga." Balasnya dengan logat Sunda khasnya karena Mba Lina memang asli Sunda.

Fahira dan Fisya pun memilih untuk menaruh sapu yang sedari tadi mereka pegang dan menuju ke depan Ndalem untuk meminum minuman yang di buat oleh Bu Nyai.

"Bubur sumsum dalam peti," Ujar seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu Ndalem membuat Fahira dan Fisya sedikit terkejut.

"Assalamu'alaikum Ukhti." Lanjutnya yang kemudian beranjak keluar untuk menunjukkan dirinya dan ternyata ia adalah Aqmar, putra bungsu Bu Nyai yang tengah di jodohkan dengan Fahira.

Setelah sebulan lamanya dari kejadian perjodohan itu, nyatanya tidak ada yang menolak dari keduanya karena sama-sama mencoba untuk saling memantaskan diri dan setelah sebulan ini, nyatanya Aqmar juga berhasil terpikat dengan sosok Fahira yang merupakan Santriwati favorit Bu Nyai. Selama sebulan mereka berkenalan membuat Fahira juga perlahan semakin mengenal sosok Gus Aqmar yang ternyata orangnya sangat lucu dan humoris.

"Wa'alaikumsalam." Balas Fahira dan Fisya terkekeh.

"Ngapain Bubur Sumsum di taro di peti Gus ngga ada mangkok apa?" Gurau Fisya.

Hatiku Memilihmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang