بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
°°°
"Lingkungan dan Dunia yang baru, akan membawa Kita menjadi Diri Yang Baru"***
Setelah Safari Panjang, Membumikan Sholawat ke tempat tempat yang Tim Hadrah Datangi Minggu lalu. Tim Hadrah telah bersafari dari Jakarta, Cirebon, Tegal, dan Kediri sebelumnya akhirnya mereka pulang ke Probolinggo.
Beberapa Hari yang Lalu, Azmi juga Telah ikut Dalam Acara Kelulusannya di pesantren dan kini Azmi telah Berada Di Rumahnya di Blitar Karena Memang Kegiatannya di Pesantren telah Usai.
"Dados Pripun Mas Azmi? Yakin Mau Lanjut Ke sana?"(Jadi Gimana Mas Azmi?) Tanya Ummi Memecah konsentrasi Azmi yang tengah berkutat dengan Benda Pipih miliknya itu.
Azmi menatap Umminya sekilas sembari Mengangguk Pertanda Ia Yakin Dan Setuju. Ya, Azmi akan melanjutkan Studinya dari Pesantren Nurul Qodim ke Salah Satu Pesantren di Tangerang untuk lebih fokus Menghafal Al Qur'an sesuai impian Ummi dan Abahnya yang Menginginkan Azmi menjadi Seorang Hafidz Qur'an.
"Syukur Alhamdulillah, Abah Sampun Urus Pendaftarannya" (Abah Sudah Urus Pendaftarannya) Tambah Umminya. Azmi memang Senang karena Ia bisa mewujudkan mimpi kedua orangtuanya namun di satu sisi ia juga sedih karena Saat Azmi telah Mondok di Tangerang, Ia juga akan jauh dari Syubban dan Bisa di pastikan Azmi akan jarang ikut Undangan bersama Syubban. Bagaimanapun Syubban adalah Jalan yang sempat Azmi pilih hingga Azmi ada di titik ini, Untungnya Ia Selalu Mendapat Nasehat dan semangat dari gurunya sekaligus pemimpin Majelis kebanggaannya itu. Buyah Hafidz, Beliau adalah Orang yang cukup Berperan penting dalam Kehidupan Azmi selama menjadi Santri di Pesantren Nurul Qodim dan Sebagai Vokalis di Syubbanul Muslimin.
"Dados Kapan Kulo derek teng pesantren mik?" (Jadi Kapan Aku berangkat ke pesantren Mik?) Tanya Azmi. "Minggu depan" Balas Umminya dan lagi lagi Azmi Mengangguk. Ini sudah menjadi keputusan yang Azmi ambil, jadi Azmi harus menjalaninya.
Lepas itu, Azmi nampak keluar dari Rumahnya. Duduk sendirian di teras sembari melihat Halaman Rumahnya. Azmi tersenyum Singkat, ia mengingat Betul Masa Kecilnya Bersama Nayya, Mereka berdua sering bermain bersama Di depan Halaman Rumah Azmi hingga larut sore, Dan Di dalam hari mereka juga kembali Bertemu saat Ngaji Di Rumah Ustadz, Sungguh Masa Kecil Azmi di habiskan Bersama Gadis itu.
Azmi menopang Dagunya, Ia Kembali Masuk dalam lamunannya, memikirkan Setiap pertanyaan yang selalu terngiang di dalam Fikirannya, Kapan ia bisa bertemu dengan Nayya? Masih ingatkah Nayya dengannya? Apa Azmi masih bisa bertemu dengannya Dalam waktu dekat? Secantik apa Nayya Sekarang?.
Ya, Pertanyaan itu Selalu Azmi ajukan Namun Azmi Sendiri tidak mampu menjawabnya. Terlalu banyak pertanyaan tentang Nayya yang Tidak bisa Azmi jawab sendiri. Andai Nayya ada disini, Pasti Azmi tidak akan selalu seperti ini.
Ia nampak Menyunggingkan senyumannya dan Masih Lekat menatap Halaman depan rumahnya itu sebelum Sebuah Tangan Menyentuh pundaknya Dan Membuat Azmi terkejut.
"Ummik? Kulo pikir Sinten" (Ummik? Aku fikir siapa) Tukas Azmi Saat ia mengetahui Umminya lah yang barusan Menepuk pundaknya dan sekarang ikut duduk disampingnya. "Saweg menopo mas? Tumben di luar?" (Lagi apa mas?) Tanya Ummi.
"Mboten mik" (ngga mik) Azmi Hanya Tersenyum singkat. "Kangen nggih?" (kangen ya?) Tanyanya Lagi. Azmi pun lantas menatap Umminya. Ya, Tentu saja Umminya bisa menebak Apa yang Azmi lakukan di luar rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Memilihmu [END]
Spiritual[CERITA FIKSI NO REAL‼️] **** Bagi Azmi, cinta pertamanya adalah seorang perempuan yang merupakan teman kecilnya yaitu Nayya. Kepergian Nayya tanpa jejak membuat Azmi menjadi lelaki yang terkesan dingin dan cuek termasuk kepada penggemarnya. Azmi...