30. (Rencana Allah)

2K 258 115
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
°°°

"Entah apapun rencana yang Allah berikan,
Aku percaya itu adalah rencana yang apik,
Apapun takdir yang Allah peruntukkan,
Aku juga percaya ltulah takdir yang terbaik."

***

Kali ini untuk kedua kalinya, Fahira kembali melihatnya. Dua orang yang tak lagi asing baginya nampak tengah berpelukan di tengah taman yang tampak cukup sepi, tanpa saling menyadari satu sama lain jika keduanya memakai pakaian yang cukup sopan, tapi perlakuan mereka tidak terlihat sopan sedikitpun.

Niat hati Fahira ingin pergi ke rumah Neneknya setelah kemarahannya kepada sang Ayah yang membuat tangisnya pecah, di tengah jalan Fahira justru tak sengaja melihat keberadaan Azmi dan Nayya yang nampaknya tengah saling bertemu untuk melepas rindu.

Fahira tidak lagi kecewa, tidak pula cemburu, hanya saja apakah pantas seorang pria bergelar Gus, berpakaian sarung dan peci tengah berpelukan dengan seorang perempuan yang jelas-jelas bukan muhrimnya.

Fahira memilih melupakan pemandangan kurang mengenakkan itu, ia kini telah bersama Abang sepupunya yang mungkin telah ia anggap Abang sepupunya dimana ia lah laki-laki yang tidak pernah menyakiti hatinya, bahkan Ayahnya sendiri sering membuat Fahira kecewa. Hanya Alvian lah dan juga Almarhum kakeknya Laki-laki yang sangat Fahira sayangi.

"Yaudah dek, ini kedua kalinya kamu nangis karena laki-laki, atau ketiga kalinya kali ya? Udah deh kamu ini cantik, sholehah, banyak yang ngantri buat dapetin kamu." Ujar Alvian menenangkan adik sepupunya itu yang telah menangis sedari tadi bahkan kini tengah bersandar di bahunya.

"Ini beda cerita loh Bang, Gus Aqmar itu baik, dia ngga pernah nyakitin perasaan aku sedikitpun, beda sama yang sebelumnya." Sahut Fahira.

"Coba aja ya Kakek masih ada disini, pasti kakek bisa nasehatin Ayah kamu. Emang bener-bener dah, masa sama seorang Gus, Ayah kamu ngga kasih restu?" Tukas Alvian yang dibalas anggukkan oleh Fahira.

"Katanya biar ngga seperti Ayah dan Ummah dulu, mereka kan cerai karena berbeda latar belakang keluarga, berbeda pemikiran. Tapi Fahira fikir semuanya berbeda, iya kan Bang?" Tanya Fahira dan Alvian nampak mengangguk setuju.

"Gini deh kamu percaya aja, laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, begitupun sebaliknya, jadi kita jangan pernah bosan untuk memperbaiki diri, Allah ngga diem, Allah maha tau segalanya dah, kamu percaya aja sama Allah." Saran Alvian yang membuat Fahira menghapus air matanya. Ya, Alvian benar. Tidak perlu fikirkan apapun karena Allah pasti memiliki segudang rencana Indah untuknya.

"Udah-udah, Adek Abang Fahira Humairah yang cantiknya ngga ada yang nandingin, jangan nangis terus nanti cantiknya ilang loh," Gurau Alvian yang membuat Fahira tertawa.

"Emang bener Fahira cantiknya ngga ada yang nandingin?" Tanyanya dan Alvian mengangguk cepat.

"Terus Alma? Ngga cantik gitu?" Tanyanya.

"Ya... Cantik, ya karena sekarang Alma ngga ada disini jadi yang paling cantik ya Fahira dah." Ujar Alvian yang mampu memunculkan senyum Fahira kembali.

"Tapi Bang, Ayah minta aku pindah dari Pesantren Hubbul Wathon, padahal separuh Fahira ada di Pesantren itu. Fahira mesti gimana dong?" Tanya Fahira.

"Gimana ya? Keterlaluan banget emang Ayah kamu Fa. Eh, gimana kalo pindahnya ke Pesantrennya Alma? Pesantren milik Kakaknya Ummah kamu? Coba aja Ayah kamu setuju ngga?" Ujar Alvian.

"Hm... Boleh juga saran Abang. Tapi kalo Ayah ngizinin gimana? Fahira beneran pindah dong? Fahira ngga mau." Balasnya.

"Kamu bilang katanya kamu ngerasa ngga enak sama Keluarga Kyai Ibrahim? Yaudah yang penting kamu udah jadi Santri yang baik di Pesantren itu, lagian cuma satu tahun lagi abis itu kamu lulus kan?" Fahira pun nampak mengiyakan.

Hatiku Memilihmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang