بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
°°°"Rasa bisa tertutupi dengan rapih, namun hati tak akan bisa membohongi."
***
Fahira tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Semenjak kala itu Azmi pernah menyatakan perasaan kepadanya, hal itu selalu tergiang di fikirannya. Apalagi saat Azmi berhasil mempertemukan ia dengan Ummahnya dan Alma, Fahira sejujurnya memiliki sedikit 'rasa' pada Azmi. Sepertinya tidak mudah untuk tidak memiliki rasa kepada orang seperti Azmi, bahkan Fahira sekalipun.
Tapi egonya selalu mengalahkannya. Fahira tetap berusaha biasa saja bahkan saat Azmi lebih memilih bersama Nayya, ia tetap mencoba biasa saja padahal ia merasakan ada rasa sakit di hatinya.
Namun semenjak ia pindah ke Pesantren ini, sepertinya rasa itu semakin susah untuk tertutupi, apalagi saat Azmi mengatakan bahwa ia ingin memenuhi janjinya dulu. Tapi Fahira tetap tidak ingin berharap lebih dan membiarkannya semuanya berjalan begitu saja seiring berjalannya waktu.
Ia hanya melalui semuanya seusai dengan apa yang terjadi. Fahira juga belum memiliki gambaran bagaimana tentang rasa ini di masa yang akan datang. Bagaimana tentang ucapan Azmi yang berjanji akan mendatangi Ayahnya, Fahira tidak tau apakah itu akan terjadi atau tidak, tapi ia berharap semoga saja itu semua akan terjadi, walaupun mungkin tidaklah mudah apalagi semenjak Ayahnya menolak perjodohan dengan Putra Kyai Ibrahim, kini Ayahnya semakin tidak suka dengan lelaki yang paham Agama, seperti Gus Aqmar contohnya.
"Fa? Lagi ngapain?" tanya Alma memecah lamunannya. Saat ini Fahira memang tengah berada di Asramanya seusai mengikuti kegiatan kelas pagi, karena tidak ada yang mesti ia lakukan lagi Fahirapun memilih untuk tetap di Asrama.
"Hah? Ngga ngapa-ngapain kok," Fahira mendongak ke arahnya. "Kamu dari mana Al?" tanyanya.
"Biasa dari Ndalem sama Ning Ifa, tapi dianya masih di sana." balas Alma yang membuat Fahira hanya ber-oh ria.
"Kamu ngga ada kegiatan Fa?" tanya Alma lagi sembari dirinya berkaca pada cermin, dan Fahira pun nampak menggeleng.
"Biasanya bantuin Gus Haikal siram tanaman?"
Fahira menaikkan bahunya. "Ngga tau, Gus Haikal ngga bilang apa-apa." balas Fahira membuat Alma hanya mengiyakannya.
"Fa?" panggil Alma tiba-tiba.
"Kenapa Al?" Fahira menatap ke arahnya.
"Kamu beneran lagi deket ya sama Gus Azmi?" Fahira pun terkejut mendengar pertanyaan Alma.
"Hah? Maksudnya? Deket maksudnya temen deket?" Fahira bertanya balik.
Alma menggeleng. "Ih bukan Fa, kamu pasti paham deh sama ucapan aku," ujar Alma.
"Jangan bilang kamu suka ya sama Gus Azmi? Apa Gus Azmi yang suka kamu? Kayaknya Gus Azmi suka deh sama kamu ya?" cerca Alma membuat Fahira bingung ingin menjawab apa.
"Jujur aja Fa," tambah Alma.
"Em... Gimana ya?" Fahira nampak menggaruk jilbabnya bingung.
"Aku mau ceritain, tapi aku takut kamu marah sama aku Al," tambah Fahira.
"Ngga deh janji, cerita aja gapapa. Masa sama saudara sendiri aku marah." Alma menunjukkan senyumannya.
Fahira rasa ini saat yang tepat untuk menceritakan awal mula pertemuannya dengan Azmi di Monas kala itu hingga serentetan cerita tentang ia dan Azmi sampai di tahap ini. Fahira menceritakan semuanya kepada Alma meski sejujurnya ia takut Alma akan marah dengannya karena ia pernah melarang Alma untuk tidak berharap lagi kepada Azmi namun justru Fahira sendiri sekarang dekat dengan Azmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatiku Memilihmu [END]
Spiritual[CERITA FIKSI NO REAL‼️] **** Bagi Azmi, cinta pertamanya adalah seorang perempuan yang merupakan teman kecilnya yaitu Nayya. Kepergian Nayya tanpa jejak membuat Azmi menjadi lelaki yang terkesan dingin dan cuek termasuk kepada penggemarnya. Azmi...