43. (Tiga minggu lagi)

1.7K 240 114
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
°°°

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Allah mengujimu karena Allah tahu, kamu pasti mampu."

***

Hari ini masih sama rasanya dengan beberapa hari sebelumnya. Bingung, lelah, dan frustasi seakan terus membuntuti Azmi beberapa hari ini.

Bukannya ia tidak ingin berusaha menggagalkan perjodohan Fahira dengan Rayhan namun saat ini otaknya tidak bisa berfikir dengan jernih, Azmi sama sekali tidak bisa memikirkan apapun yang bisa ia lakukan untuk menggagalkannya.

Sudah beberapa hari ini Azmi menginap di Pesantrennya dulu bersama dengan Haikal. Azmi belum bisa pulang ke Rumahnya di Blitar karena ia belum mendapat restu dari Ayah Fahira. Karena ia sudah berjanji dengan dirinya sendiri jika ia sudah mendapat restu, ia akan pulang dan mengajak kedua orangtuanya untuk mengkhitbah Fahira. Namun nyatanya semuanya belum bisa terwujud. Masih banyak yang harus Azmi lakukan sebelum itu.

Ya, disatu sisi ia bingung harus menggunakan cara apa untuk membatalkan perjodohan itu, Azmi juga sama sekali tidak akan bisa membayangkan jika perjodohan itu benar-benar terjadi. Ia takut kehilangan Fahira dan ia juga takut Fahira tidak bahagia bersama Rayhan, orang yang jelas-jelas Fahira benci.

Yang Azmi mampu lakukan saat ini hanya berdo'a dan berdo'a. Meski sampai saat ini belum menuai hasil, tapi ia yakin Allah mendengar semua do'anya dan juga do'a Fahira.

"Az!" panggil Haikal yang membuyarkan lamunan Azmi saat ia tengah ada didepan Ndalem untuk menunggu Haikal.

Pada hari ini mereka berdua akan menghadiri pernikahan salah satu sohib seasrama mereka, yaitu Yusuf. Ya, perjuangan yang Yusuf lakukan bertahun-tahun akhirnya menuai hasil, akhirnya Yusuf bisa menggandeng Shabira menuju pelaminan dengannya.

"Ngelamunin apa sih Az? Masih pagi juga." gurau Haikal membuat Azmi tersenyum singkat.

"Masalah Fahira jangan difikirin, doa'in aja terus biar perjodohannya batal." lanjut Haikal sembari memakai sepatunya.

"Kalo sampe terjadi gimana Gus? Ane ngga siap liatnya." ujar Azmi.

"Nah, fikiran itu yang harus ente ilangin Az. Jangan pesimis dulu. Allah memberikan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik. Ente percaya aja karena Fahira itu perempuan baik mana mungkin jodohnya si anak amburadul itu." balas Haikal.

Azmipun mengangguk membenarkan. "Shabira kan temennya Fahira ya Gus?" tanyanya tiba-tiba saat ia teringat akan sosok Fahira.

Haikal juga nampak mengangguk. "Lah ente udah lupa apa? Dulu mereka berdua kan udah kaya sandal jepit," tukasnya.

"Berarti harusnya Fahira juga dateng dong Gus?" tanyanya lagi.

"Harusnya sih." jawab Haikal membuat semburat senyuman tercipta dibibirnya.

"Emang kenapa Az?" tanya Haikal.

"Hampir seminggu Gus, ane ngga ketemu Fahira, ane juga ngga bisa hubungin Fahira. Kata Bang Vian, Hp Fahira disita, dia juga di jaga ketat sama suruhan Ayahnya biar Fahira ngga kabur." jelas Azmi.

"Allahu Rabbi... Bener-bener ya Ayahnya Fahira itu ngga punya otak. Anak sendiri udah rasa buronan." tukas Haikal yang disetujui oleh Azmi.

"Dulu, maksud ane temuin Fahira sama Alma dan Ummahnya itu baik Gus, ane cuma pengen ngeliat Fahira tersenyum dan bahagia, tapi ternyata yang ane lakuin itu malah bikin Ayah Fahira benci sama ane." ujar Azmi tertunduk.

Hatiku Memilihmu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang