بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Aku sendiri di keterdiamanku
Berusaha mencari celah dimana dirimu
Entah suatu harapan atau bukan
Kini ku melihat bayang dirimu
Didalam kalut berpeluk sendu
Takkan ku lepas walau itu sakit~ Raditya Abdul Rasyid ~
______________________________________Hari terasa sunyi setelah kepergiannya. Hati kakak beradik itu hampa seperti musim kemarau yang merindukan hujan. Askar merasa gagal pada dirinya. Bagaimana tidak, seorang yang sangat ia sayangi menghilang tepat di hadapannya. Rasa kecewa pasti merasuki hatinya. Walau ia memegang kuasa yang amat besar di pundaknya tetapi itu tidak menghentikan keadaan yang memisahkannya pada orang yang di sayangnya.
Hari itu askar mendapat panggilan dari detektif bayarannya tentang keberadaan khayra. Satu hembusan yamg membuatnya lega seperti dahaga yang dialiri air sejuk. Begitupun dengan zaidan yang menyewa detektif serupa. Ia mendapatkan panggilan yang berisi informasi serupa seperti yang didapati askar. Bukannya tak percaya pada askar, tetapi zaidan amat merasa bersalah atas kejadian yang saat ini terjadi. Seharusnya ia bisa mengambil tindakan cepat sebelum keadaan memburuk.
Askar menuruni mobilnya dengan cepat sementara hayaze dan zaidan yang berada di kursi penumpang juga ikut berlari mengejar askar yamg mendahului mereka.
"Bagaimana khayra? Dimana dia?" Tanya askar sambil mengatur nafasnya.
"Non khayra sudah berada di kelasnya pak. Ia hari ini ada jadwal mengajar. Sebaiknya kita tunggu sampai kelas berakhir" jawab detektif itu.
Askar mengusap wajahnya kasar. Ia berusaha menepis kecemasan yang berada didalam hatinya. Hayaze menepuk bahu askar pelan dan mencoba memberi semangat walau hatinya juga sama khawatir seperti askar.
Zaidan beranjak pergi ke perkarangan kampus. Ia menjumpai detektif sewaannya.
"Bagaimana hasilnya?" Tanya zaidan.
"Ini pak. Semua ada di berkas ini" jawab detektif sambil menyerahkan amplop coklat pada zaidan.
Zaidan menganguk dan berjalan meninggalkan detektif itu.
Zaidan melihat askar dan hayaze sedang menunggu di pelataran bundaran kampus. Ketika zaidan hendak menyusul kedua kakaknya, sebuah tangan mengenggam lengannya. Zaidan melihat asal tangan dan terkejut melihat wajah radit yang begitu pucat.
"Kamu kenapa dit?" Tanya zaidan.
"Khay, khay sudah kembali zai" jawab radit dengan suara tertatih.Zaidan tersenyum tipis dan memeluk radit.
"Iya dit. Kamu tak perlu khawatir lagi. Aku pastikan khay tak akan menghilang lagi"
Radit membalas pelukan zaidan."Apakah mas askar dan mas hayaze mengetahui keberadaan khayra saat ini?" Tanya radit sambil melepas pelukannya.
Zaidan mengangguk.
"Dit, bisakah kamu berada disekitar kelas khay sekarang? Aku mau ketika ia keluar dari kelasnya kamu menuntunnya menuju bundaran kampus. Aku, mas askar dan mas hayaze berada disana. Aku tak ingin khayra menghilang lagi" jelas zaidan.
Radit mengangguk."Okey. Tunggu aku di sana zai. Aku akan segera membawa khay" ucap radit.
*******
Hari ini tak seperti biasanya khayra mengajar dalam kegelisahan. Ia cemas memikirkan perkataan radit dan sekaligus membuatnya sedih. Sudah sejam khayra tak fokus mengajar dan akhirnya hanya memberikan tugas kepada mahasiswanya. Khayra menyusun bukunya dan merapikan perlengkapannya. Segera khayra keluar dari kelas dan tujuan yang akan ditujunya yaitu menghubungi askar. Ia merasa bersalah kepada ketiga kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Khayra
SpiritualKhayra Ar-Arfan. Seorang gadis yang memiliki paras cantik dan cerdas memiliki kehidupan yang amat rumit. Hari-harinya selalu diliputi oleh kesedihan yang menyakitkan. Penghalang kehidupan ialah sebuah ujian yang harus di hadapinya. Terlebih Ayah kan...