Mencoba

12 3 0
                                    

Aku berjalan melewati koridor kampus dengan sangat hati-hati. Lantai licin bekas percikan hujan belum mengering. Beberapa pekerja kebersihan terlihat sedang mengepel lantai dan meletakkan beberapa tanda kuning untuk lantai yang belum basah.

Seseorang yang wajahnya tak asing melintas di hadapanku sambil membawa pengepel dan ember kuning.

"Assalamualaikum pak suparmin!". Pak Suparmin adalah kepala kebersihan di kampus ini.

"wa'alaikumsalam, eh dek Khayra" senyumnya.

"Siang ini hujan lagi ya pak".

"Iya nih, lantainya belum kering eh malah hujan lagi." Cercanya.

"Hujan itu rahmat pak, Alhamdulillah kita masih diberikan rahmat oleh Allah. Ada beberapa daerah malah kemarau panjang"

"hahaha... iya lah dek, saya tahu" tawanya.

Sambil berpamitan padanya aku menuju gerbang kampus. Di tanganku saat ini sudah berisi beberapa file magang yang diminta perusahaan.

Aku melihat tiga sosok yang melambai padaku. Dina, Haikal, dan Irsyad sudah menungguku di gerbang pintu kampus. Kami berempat adalah sahabat sejak menempuh pendidikan strata satu. Meskipun kami memiliki passion yang berbeda tapi keimanan kami sama dan sama-sama makhluk ciptaan Rab-ku.

"Khay, lama banget. Panas ni" kata dina sambil mengibaskan tangannya seperti kipas.

"sorry-sorry.. tadi aku habis ngajar, trus beberapa mahasiswa minta tanda-tangan buat jurnal mereka.

"Iyalah beda yang dosen muda, gua apalah. Butiran debu juga kagak!" celoteh Haikal dengan medok jawa-nya.

"Gimana berkasnya, udah siap semua kan Khay?" tanya Haikal. Watak Haikal sedikit berbeda dengan kedua temanku. Ia cenderung lebih agamis dan tergabung dalam remaja muslim kampus.

"Udah dong bos, ini berkasnya ditanganku". Aku memutuskan untuk mengajak Dina, Haikal, dan Irsyad untuk ikut magang di perusahaan Arfan Coorpiration. Mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah perusahaan keluargaku.

"Yaudah yuk berangkat. Nanti keburu dzuhur" Ajak Haikal.

Kami menuju ke perusahaan menggunakan mobil Irsyad. Irsyad terlahir dari keluarga yang berada. Ayahnya memiliki bisnis mobil terbesar di Indonesia. Oleh sebab itu Irsyad memiliki kendaraan pribadi. Walaupun begitu, Irsyad tidak sombong dan angkuh terhadap sesama.

Waktu terus berjalan. Tampak jalanan ibu kota yang lenggang ditambah hujan rintik-rintik membuat udara sejuk. Tak henti-hentinya bibirku berdzikir seraya memohon keselamatan atas perjalanan kami.

30 menit sudah waktu berjalan menghabiskan masa kami di dalam kendaraan ini. Mobil Irsyad kini memasuki gerbang perusahaan. Terliha tiga satpam memberhentikan mobil seraya mengetuk kaca jendela mobil. Irsyad membuka jendela mobil dan menunjukkan KTP kepada Satpam. Perusahaan ini memang perusahaan besar di Indonesia, sehingga pengemanannya sangat ketat.

Aku berjalan menuju lobi kantor sambil memegang beberapa file berkas. Dina menyamakan langkahnya sambil memegang tanganku seperti ibu yang memegang anaknya.

"Khya, kenapa kita bisa magang di perusahaan ini? Setauku mereka gak terima mahasiswa magang deh" tanya Haikal.

"Iya nih, Mas gua aja apply kerja disini malah di tolah. Pada dia lulusan jerman. Cetus Irsyad.

"Temen Mas-ku kerja disini. Jadi aku minta melalui dia. Jika kita magang disini pasti nanti prestise untuk pengalaman kita bakal naik jika melamar kerjaan nanti".

Mereka hanya meng-oh kan saja apa yang aku katakan. Mereka tak bertanya lebih lanjut. Aku sedikit bersyukur mereka tak menanyakan lebih lanjut tapi di satu sisi aku merasa berdosa telah membohongi mereka.

Tears Of KhayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang