Mengenang Bunda

14 3 0
                                    

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Kemudian ayahmu."

Hadits no. 5971

Jam ditanganku terus berdetak menunjukkan pukul 10 tepat. Kuambil handphone yang berada di tasku. Chat room yang berisi Dina, Haikal dan Irsyad terus menampilkan notifikasi. Perlahan kubuka. Ternyata mereka telah sampai di kantor dan tengah menunggu kehadiranku. Tanpa berpikir panjang aku berlari menghampiri halte bus. Tapi tak kunjung datang. Aku takut terlambat dan syukurlah. Keberuntunganasih di depanku. Seseorang baru saja turun dari ojek dan aku oun langsung memanggil abang tersebut dan berkendara menggunakan ojek. Tak berselang lama aku sampai di depan kantor ACG.

"Bismillah" batinku.

Semoga ini menjadi awal yang baik untuk hubunganku dan papa.

Aku melangkah masuk melewati resepsionis hingga tiba untuk pemindaian card identitiy. Aku menempelkan card terbut pada sebuah mesin dan mesin tersebut terbuka sehingga aku dapat melangkah masuk. Tak lama aku sampai di depan lift. Lift tersebut masih tertutup hingga terbuka dan menampilkan seseorang yang ku kenal di hadapanku ini.

Pandangannya tajam seperti ingin menerkam. Aku menunduk dengan degup jantung yang kencang. Dibelakangnya terlihat beberapa orang berdasi yang memerhatikan ku. Lelaki itu berjalan menghindariku.

"Papa". Lirihku.

Seseorang menyentuh lembut lenganku. Ia tersenyum.

"Assalamualaikum khay". Sapanya.

"Wa'alaikumsalam Pak Faiz"

"Itu tadi Pak Rama Ar-Arfan, CEO Perusahaan ini. Lucu ya. Nama keluarganya sama dengan namamu" jelasnya.

Aku hanya bisa tersenyum. Ia mempersilahkan untuk masuk ke lift dan memencet tombol 18 untuk ke ruangan presentasi.

Kulihat sahabat-sahabatku tengah asyik bercerita sehingga sifat jahil mulai muncul di benakku.

Aku mengendap-gendap. Aku lupa pak faiz masih dibelakangku. Aku mengejutkan mereka dan tapi tak ada respon.

"Gagal khay. Kami tau loe udah disini. Tuh keliatan dari kaca" sambil tertawa.

Aku lupa ruangan ini penuh dengan kaca. Sehingga mereka pasti mengetahui kehadiranku dan pak faiz.

Pak faiz dengan tangan tertutup mulut menahan tawanya. Aku sadar ia sebenarnya cukup tampan ditambah saat ini ketika ia tersenyum kadar kegantwngnnya bertambah. Aku tersipu memerah. "Astagfirullah" batinku.

"Khay, kamu telat sih datangnya. Tadi pak CEO nyambut kuta. Dia ramah banget. Berwibawa. Sayang kamu telat". Jelas haikal.

Mereka menjelaskan dengan penuh semangat tentang kejadian yang mereka alami ketika berjumpa dengan CEO perusahaan ini. Hatiku lirih. Bagaimana bisa mereka mendapatkan kenyamanan ketika berada di dekat papa sedangkan aku di dekatnya seperti musuhnya.

"Ekhem.. sepertinya kita harus segera mulai untuk presentasi bahan yang kemarin diberikan" jelas pak faiz.

Kami terdiam mengiyakan.

Terlihat pak faiz tengah menelpon seseorang. Sedangkan kami menyiapkan file yang akan di presentasi.

Dina, haikal dan irsyad menyuruhku untuk memaparkan materi yang diberikan. Aku hanya bisa mengiyakan karena aku merasa bersalah sebab terlambat.

Tears Of KhayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang