Pagi sekali Khayra telah bangun. Selepas shalat tahajud Khayra membantu Bi Tuti dan lainnya di dapur.
Hari ini Khayra akan mengurus beberapa dokumen yang dibutuhkan untuk persyaratan internship-nya di perusahaan Rama. Askar sengaja tidak menceritakan hal ini kepada Rama. Memang itu adalah awal rencana Askar untuk melibatkan Khayra di perusahaan.
Sebenarnya perusahaan ACG adalah perusahaan peninggalan sang kakek Dames Ar-Arfan yang merupakan ayah Rama. Perusahaan itu tidak semata hanya milik keluarga Ar-Arfan saja.
Keluarga Sakinah yaitu Alawiyin juga ikut berkuasa. Pemegang saham di perusahaan ACG mayoritas masih keluarga Alawiyin sehingga Khayra amat sangat berhak untuk ikut andil mengelola perusahaan itu.
Khayra kembali pada rutinitasnya. Selepas menyiapkan sarapan Khayra tak ikut sarapan bersama. Ia menghindari kejadian seperti kemarin. Khayra mengambil lunch box miliknya dan memasukkan beberapa nasi kepal kedalamnya. Ia memang lebih senang memakan nasi dibanding dengan roti.
"Bi, Khay berangkat ya" sambil menyalami Bi Tuti.
"Non gak ngikut sarapan? Ini kan masih pagi banget"
"ini Khayra sudah bawa bekal" Khayra menunjukkan lunch box-nya.
"Khay berangkat ya, Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumsalam, hati-hati non"
"iya bi"
Khayra berjalan menuju halte bus melewati trotoar di pinggir jalan. Sambil mendengarkan shalawat di earphone yang di pasangkan di kedua telinganya. Sesekali Khayra menarik napas panjang untuk menikmati udara pagi yang sejuk. Kini Khayra telah sampai di halte bus. Ia melihat ada seorang lelaki dan beberapa siswa yang tengah menunggu bus datang. Khayra duduk di ujung kursi panjang halte bus sambil sesekali melirik kearah asal bus yang tak kunjung datang.
Seorang lelaki tiba-tiba duduk di samping Khayra. Tampak dari sepatu yang ia kenakan merupakan sepatu yang digunakan mahasiswa laki-laki. Khayra langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia tak ingin berlama-lama duduk disamping seseorang yang bukan mahramnya. Khayra seketika merasa ada yang memperhatikannya. Jelas terasa perasaan seperti waktu ia di mata-matai oleh seseorang waktu itu. Khayra tak memedulikannya karena banyak orang disekitarnya saat ini.
Bus mulai menampakkan batang hidungnya. Klakson bus yang khas menandakan bus akan mendarat di halte itu. Khayra siap untuk naik dengan ancang-ancang yang pas mengambil kaki kanannya untuk menginjakkan kaki di tangga bus. Bus berhenti tepat di depan halte. Pintu bus terbuka, Khayra menaiki bus.
Ketika hendak naik kaki Khayra tak sengaja terinjak oleh kaki yang tadi sepatu Khayra perhatikan. Khayra reflek untuk melihat wajah pemilik sang kaki. Betapa terkejutnya Khayra melihat wajah itu dan hampir terjatuh. Beruntung tangan sang pemuda menangkap tangan Khayra sehingga Khayra tak jadi jatuh. Pemuda itu adalah Raditya, dosen muda yang mengajar di kampus tempat Khayra mengajar dan kuliah.
"Astagfirullah.." teriak Khayra melepas penggangan raditya.
"Are you ok?" tanya raditya sambil melempar senyum tipisnya.
Khayra hanya mengangguk. Jantungnya berdegup kencang tak terkontrol. Ia berlari memasuki bus dan duduk diantara kursi bus. Ia malu ada beberapa siswa dan penumpang bus yang melihat kejadian itu. Ketika bus akan berangkat tiba-tiba ada seorang nenek yang naik dan kursi bus telah penuh. Sehingga nenek itu tak dapat duduk di kursi. Khayra bangkit dan memberikan kursi itu kepada sang nenek. Diam-diam Raditya memerhatikan dan tersenyum simpul.
Khayra tak berani menatap. Ia turun dari bus menuju ke ruangan dosen. Di belakangnya Raditya terus menyamakan langkah agar bisa menyaingi langkah Khayra. Khayra sadar ada jejak yang mengikuti langkahnya. Ia mengambil langkah dan siap untuk berlari menjauh. Raditya yang melihat tak mengejar hanya tertawa sementara Khayra berlari menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Khayra
SpiritualKhayra Ar-Arfan. Seorang gadis yang memiliki paras cantik dan cerdas memiliki kehidupan yang amat rumit. Hari-harinya selalu diliputi oleh kesedihan yang menyakitkan. Penghalang kehidupan ialah sebuah ujian yang harus di hadapinya. Terlebih Ayah kan...