Warning Typo!
Gara-gara sekolah gue ngelewatin satu episode drama!. —Kinanti
Happy Reading💕.
***
Dua minggu sudah terlewati. Kini saatnya seluruh murid IHS mulai kembali bersekolah, lebih tepatnya titip tas dari pada sekolah.
Fatim melambaikan tangannya pada Lutfi dan Tara yang baru saja sampai kelas. "Baru nyampe lo?, padahal kan lo dicariin sama pak Gembor."
Pak Gembor atau nama aslinya pak Ageng adalah guru pengawas setiap upacara dimulai.
"Lah, kok dicariin?. Pasti pak Gembor kangen nih sama gue." Tara menoyor kepala Lutfi dengan topi abu-abunya kearah mendekati tembok.
"Bapak kau pak Gembor kangen. Heh, pak Gembor udah nikah tolol, anak udah tujuh. Ini malah kangenin anak abg." Lutfi mengerucutkan bibirnya pelan.
"Eh, Tim. Lo gimana sama si Fateh?. Dah jadian?." Lutfi berbisik pelan ditelinga Fatim.
"HAI GAIS, KINANTI ANAKNYA PAK WAHYU DATANG!."
"Nama gue jangan disebut-sebut anjing!." Wahyu yang dipojok kelas dengan ponselnya langsung menatap Kinan penuh arti, arti dendam.
"Weleh, santuy bos kuu. Nama bapak gue kan emang Wahyu, maksudnya Wahyudin." Wahyu melempar botol minum tupperware biru miliknya tepat sasaran mengenai kaki Kinan.
"Eh, anjir. Kok lemparnya tupperware sih!. Wahyu bego!." Lutfi mengambil botol minum tupperware Wahyu dan melemparnya ke tempat sampah.
"Lo lebih bego Lutfi!."
***
Jam istirahat memang menyenangkan bagi para murid. Apalagi saat ini sedang hujan lumayan besar di IHS. Dan, warung bakso mang Julid sedang ramai, tak lupa warung teh Rari.
"Gila, mang Julid lagi rame euy!. Padahalmah orangnya Julid." Kinan menarik bangku yang kosong dan duduk menunggu Fatim serta Lutfi yang mengambil pesanan mereka di warung mang Julid.
"Sebenernya nama mang Julid itu Junaedi kan?." Tanya Tara sembari menyeruput esteh-nya.
"Tapi nih ya, kenapa dipanggil Julid. Padahal kan, dia gak Julid-jukid amat." Kinan menyudahi minum estehnya dan menatap Tara.
"Mungkin nih ya, dikampungnya dia tuh Julid. Terus, gara-gara tetangganya yang ikutan Julid ngajak dia buat ikutan Julid, nah si tetangga julidnya itu udah tobat, tapi mang Jukidnya belom tobat."
"Bukan itu sejarah saya." Mang Julid tiba-tiba datang dengan satu nampan bakso urat ditangannya.
"Kamu mah jangan nilai orang dari namanya saja, liat sejarahnya kenapa namanya gitu. Bukan karena nama saya Julid saya ikutan Julid." Mang Jukid menaruh pesanan mereka dan pergi meninggalkan meja mereka.
"Ih, mang Julid mah ambekan. Kinan kan cuma bercanda, Mang."
"Eh, Teh. Lo gimana sama si Fatim?." Tanya Restu yang langsung meminum air es miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•°FatFat Story°•
RandomKetelatan mereka saat masuk sekolah membuat mereka menjadi dekat, dan karena hukuman telat juga mereka menjadi berteman. Hingga akhirnya kata 'cinta' keluar dari mulut Fateh untuk temannya Fatim.