10.Pertemuan Pertama

88 6 0
                                    

"istri saya hamil, dok??" tanya Darius senang saat mengetahui Carinna mengandung anak pertama mereka

"iya pak, dan usia kandungannya sudah sepuluh minggu.."

Degg

Darius menatap kearah Carinna yang menundukkan kepalanya. Sepuluh minggu?? Bagaimana bisa, mereka baru saja menikah sebulan ini. Dan ia belum pernah sekalipun menyentuh Carinna sebelum mereka dinyatakan syah dimata hukum dan agama.

"anak siapa yang kamu kandung?"

Darius menatap tajam ke arah Carinna yang menangis sesegukan. Setibanya di rumah, Darius meluapkan kemarahannya yang ia tahan selama di rumah sakit. Bayangkan saja, betapa marahnya ia saat tahu istrinya hamil duluan dengan pria lain. Ia sangat kecewa dengan Carinna.

"mas, ak..aku bisa jelasin. Ini..ini-"

"hahhh!! Ini-ini apa?? Pasti ini anak Alfin, kan. Mantan pacar kamu yang brengsek dan miskin itu kan??" berang Darius

Sandero yang mendengar pertengkaran keduanya pun ikut melerai, ia tidak ingin jika putrinya dibentak-bentak oleh sang suami.

"Darius, Rinna. Ada apa ini?? Kenapa ribut-ribut seperti ini??"

Carinna yang melihat kedatangan Sandero pun segera berlari dan memeluk papanya dengan isak tangis yang masih terdengar.

"tanya sama anak papa sendiri. Apa yang sudah dilakukannya?" ujar Darius

Sandero menarik Carinna untuk duduk dan menceritakan semuanya.

"ada apa ini Rinna, kenapa suami kamu terlihat marah??"

Carinna masih sesegukan dan terus menggelengkan kepalanya, ia takut jika Sandero juga akan menyalahkannya.

"kamu yang bilang, atau aku yang bilang ke papa, Carinna!!" bentak Darius lagi

Darius sedari tadi mencoba menahan kemarahannya, namun melihat Carinna hanya diam dalam tangisannya membuat kemarahannya semakin memuncak.

"ada apa ini, Rinna. Jangan buat papa ikut memarahimu. Bilang, ada apa ini??"

Carinna menatap Sandero dengan tatapan penyesalan.

"aku.. Aku hamil, pa" lirihnya

"hamil??" tanya Sandero yang diangguki oleh Carinna

"tapi itu bukan anakku, pa. Itu anak Alfino, mantan pacar Carinna yang miskin itu-"

"sudah cukup Darius. Kemarahanmu bisa mempengaruhi psikis Carinna, yang nantinya akan berdampak pada janin-"

"aku ingin anak ini mati, pa. Carinna mau menggugurkan anak ini. Carinna nggak sudi punya anak dari pria breng-"

Plaaakk

Carinna merasakan rasa panas yang menjalar di pipinya, dan untuk pertama kalinya ia merasakan tamparan dari Sandero. Air matanya pun kembali lolos tanpa isakan, mengalir deras melewati bekas tampatan keras itu.

"jangan pernah lakukan itu. Kamu sudah membuat dosa, apa kamu juga mau berbuat dosa lagi dengan membunuh anak tidak bersalah ini??" ucap Sandero tajam

Darius dan Carinna hanya diam melihat kemarahan Sandero saat ini. Akan berakibat fatal jika Sandero marah kepada mereka, bahkan bisa saja aset yang diberikan kepada Darius diambil alih darinya.

"dengar Carinna, jaga dan lahirkan anak ini. Setelah itu papa yang akan merawatnya, jika kalian tidak mau merawatnya. Kalau tidak kalian akan tahu akibatnya menentang keinginanku" ujar Sandero penuh penekanan

Sejak hari itu, Carinna membiarkan janin itu tumbuh berkembang selayaknya kehamilan pada umunya. Hanya saja kehamilan itu seolah tidak pernah terlihat atau diperhatikan oleh Carinna ataupun Darius. Tidak pernah diperiksakannya ke doktet kandungan, sebelum Sandero mengancamnya dengan mengambil alih semua harta yang diberikan kepada mereka.

Sampai hari kelahirannya pun tiba, Sandero adalah orang pertama yang menggendong bayi perempuan yang manis itu. Sementara Carinna dan Darius nampak tidak peduli seperti biasa, namun Sandero tidak menyesali itu karena bayi itu adalah hadiah terindah dalam hidupnya.

"sayang, kakek yang akan merawat kamu. Sampai kamu dewasa nanti, dan kakek juga yang akan menyerahkanmu kepada papa mu. Ayo kita pulang, dan membuat pesta penyambutanmu, anak manis" ujar Sandero dengan senang

Sejak kelahiran bayinya, baik Carinna atau pun Darius tidak pernah memperhatikannya. Bahkan pesta penyambutan anak itu pun, mereka tidak ada niatan untuk menghadirinya.

Selang beberapa tahun kehidupan Tasha, nama bayi yang dibesarkan Sandero mulai tumbuh menjadi anak cantik yang pintar dan beprestasi. Bahkan Sandero selalu menjadi walinya saat harus mengambil hasil raportnya di tingkat sekolah dasar. Bahkan peringkat pertama tidak pernah lepas dari genggamannya, kebanggaan Sandero kepada Tasha semakin tinggi.

"kakek, mama sama papa nggak datang lagi??"

Sandero yang memangku Tasha hanya menggelenglan kepalanya, setiap kenaikan kelasnya Tasha tidak pernah absen untuk menanyakan hal tersebut.

"kan ada kakek, sayang. Bukannya Tasha lebih senang, coba kalau mama sama papa yang datang. Pasti langsung pulang, tapi kalau kakek nggak akan biarin cucu cantiknya ini pulang ke rumah. Tasha mau kemana, hemm?? Beli es krim, baju, tas, boneka, atau apa??"

Tasha yang setiap tahun mendapatkan prestasi selalu dimanjakan oleh sang kakek, dan seperti biasa dirinya akan membawa pulang semua barang yang diucapkan kakeknya tadi.

Bagi sandero tidak apa kalau ia harus memanjakan Tasha, karena anak itu butuh diperhatikan. Meskipun bukan dari barang-barang mewah yang selalu Sandero berikan. Namun dengan hal itu bisa mengobati sedikit kesedihan cucunya itu, dimana semua teman-temannya didampingi oleh kedua orang tuanya. Hanya dirinyalah yang ditemani oleh sang kakek, walaupun Tasha masih anak kecil namun ia cukup pintar menyembunyikan kesedihannya. Dan Sandero sangat membenci sifat Tasha itu, ia ingin Tasha bahagia dalam artian yang sesungguhnya. Tetapi Sandero tidak tahu, kapan kebahagiaan itu akan menghampiri cucunya itu.

Selama ini Sandero tidak pernah diam, ia selalu mengorek informasi dari anak buahnya untuk mengawasi Alfino. Ya.. Sandero sebenarnya sudah menemukan Alfino, papa kandung Tasha. Jika mendengar dari informan yang ia sewa, Sandero yakin bisa mempertemukannya dengan Tasha.

Suatu hari nanti, pasti papa mu akan kembali sayang. Tunggu sampai papamu bisa melewati semua cobaan hidupnya. Kalau berhasil, dia bisa membawamu. Batinnya

🍃🍃🍃🍃

Sudah hampir sebulan ini Tasha menemani Lussy dibutiknya, butik yang selama ini menjadi impiannya. Dimana Lussy yang begitu menyukai fashion, sehingga membuatnya bertekat membangun usahanya. Tidak seketika ia bisa mengembangkan bisnisnya, beberapa kali ia pernah tertipu oleh konsumennya atau pegawainya yang curang. Namun ia mulai bangkit lagi dan akhirnya bisa sebesar saat ini.

"Tasha, kamu istirahat aja di ruangan mama. Mama masih ada kerjaan.."

Tasha yang sedari tadi memperhatikan beberapa gaun yang dipajang akhirnya menghampiri Lussy, yang masih asik menggambar dimeja dekat kasir.

"nanti ya ma, aku mau bantuin mama. Kak Alice juga kewalahan tadi.."

"ya udah, tapi jangan kecapekan ya. Mama nggak mau dimarahi papa mu.." ucap Lussy lembut

Tasha hanya tertawa pelan mendengar ucapan Lussy, mana mungkin papanya bisa marah dengan wanita yang dipanggilnya mama olehnya. Alfino sudah cinta mati dengan Lussy, bahkan poin plusnya adalah kasih sayang yang Lussy berikan kepada Tasha melebihi kasih sayang mama kandungnya sendiri. Alfino lah yang sangat beruntung mendapatkan Lussy.

"selamat siang, bisa dibantu??"

Wanita yang baru saja mendapat sapaan dari Tasha nampak terkejut, bahkan ia masih berdiri mematung didepan butik. Melihat reaksi wanita tersebut membuat Tasha mengeryit bingung, apalagi melihat keterkejutan diwajahnya.

"ibu?? Bisa saya bantu-"

Tasha sedikit terdorong ke belakang, saat wanita itu memeluknya dengan erat. Bahkan suara lirih wanita itu begitu terdengar menyedihkan, bahkan Tasha sendiri kebingungan saat mendengar wanita itu memanggil namanya.

"maafin mama sayang, maafin mama.."

Kira-kira Tasha bakalan ngakuin Carinna enggak ya, apalagi sebagian memori mulai diingatnya..

Tasha ( Sayangi Aku Mama) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang