17. Pengakuan Elias

94 6 0
                                    

"pak Elias.."

"o'om.." Ucap Tasha dan Rion bersamaan.

"Rion keluar dari ruanganku.." ucap Elias dingin

Tanpa membantah ia pun langsung meninggalkan ruangan, karena tidak ingin melihat kemarahan Elias karena ketidaksopanannya masuk ke dalam ruangan Elias tanpa izinnya. Sementara Tasha sudah gugup saat melihat Elias yang menatapnya tajam, bahkan ketakutannya semakin terlihat saat pria itu berjalan mendekatinya.

"o'om.." ucap Tasha takut

Elias masih melangkahkan kakinya mendekati Tasha, begitu pun Tasha yang berjalan mundur menciptakan jarak diantara mereka. Sunggu aura intimidasi dari tatapan Elias membuat nyalinya ciut. Langkah Tasha terhenti saat dirinya sudah terpojok di dinding, senyum Elias semakin tercetak jelas.

"sudah berapa kali gue bilang, jangan kecentilan. Apalagi sama Rion, Lo bukan tipenya.." ucap Elias tepat diwajah Tasha

"kita cuma ngobrol aja, om. Om kenapa sih-"

"gue nggak suka Lo dekat dengan pria lain.." sergap Elias

"maksud, om-"

"aku nggak suka lihat calon tunanganku tebar pesona dengan pria lain. Udah jelas kan sekarang, status kamu apa??"
Tasha ternganga mendengar ucapan Elias.

"bukannya om nolak-"

Tasha melototkan matanya saat gerakan Elias yang tiba-tiba melumat bibirnya, ciuman itu berbeda dari ciuman sebelumnya, lumatan lembut yang seolah menujukkan perasaan Elias yang sesungguhnya. Ciuman yang begitu lembut itu membuat Tasha hanyut dalam sensasi yang belum pernah ia ketahui. Ia begitu awam dengan apa yang Elias lakukan, namun rekasi yang diberikan oleh tindakan Elias membuatnya lemas.

Elias masih menguasai bibir lembut itu didalam lumatannnya, bukan nafsu yang mendominasi ciuman mereka. Namun seolah ingin menunjukkan siapa Tasha bagi dirinya, ia memang sudah benar-benar gila dengan sensasi bibir yang tengah dilumatnya itu. Kedua tangannya pun sudah menahan pinggang Tasha, menahan tubuh Tasha yang lemas akibat ulahnya.

Tok tok tok

Elias menghentikan aksinya dan menyatukan dahinya ke dahi Tasha yang nampak kehabisan nafas, ia menggeram rendah saat kesenangannya terusik. Elias menjauhkan wajahnya dan menatap Tasha yang masih mengatur deru nafasnya, menyelipkan beberapa helai rambut yang berantakan akibat ulahnya.

"aku harap, kamu paham dengan arti ciuman itu, Tasha. Dan yang harus kamu ingat, aku nggak suka milikku didekati orang lain.."

Setelah mengucapkan kalimat yang cukup membingungkannya, Tasha menatap kepergian Elias yang berjalan menuju pintu ruangannya. Ia masih berdiri ditempatnya, memperhatikan Elias yang tengah berbicara dengan seseorang didepan pintu ruangannya seolah tidak ingin membiarkan tamu itu masuk.

"ayo, kita makan siang.." ujar

Tasha yang awalnya masih asik dengan lamunannya terkejut dengan keberadaan Elias yang sudah didepannya, senyum manis yang sejak tadi pagi Elias tampilkan kini tersungging kembali dibibirnya.

Tanpa mnghiraukan reaksi gadis didepannya, Elias menarik tangan Tasha dengan lembut. Tidak lupa dengan rengkuhan posesif dipinggang wanita itu, mereka berjalan meninggalkan loby kantor. Beberapa pasang mata sesekali melirik kepergian mereka, dan hanya ditanggapi biasa oleh Elias namun tidak dengan Tasha yang belum terbiasa dengan pemandangan itu.

"sudah aku bilangkan, biasakan dengan tatapan ingin tahu mereka.."

Tasha hanya mengangguk kaku saat mendengar ucapan Elias yang berada disebelahnya. Sang sopir pun kembali mengendarai mobil keluar kantor dan menuju kesalah satu cafe favorit tuannya. Selang sepuluh menit Elias dan Tasha masuk ke dalam cafe yang cukup padat dengan pelanggan yang ingin makan siang, Elias mengambil bangku yang ada dilantai dua dan memesan makan siang mereka.

Tasha ( Sayangi Aku Mama) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang