Hari 7, Senda Gurau

188 79 71
                                    

Bayang-bayang berlarian menghantui,
aku mengimplementasikan rasa yang salah.

"Bagaimana kita?"

Salah seorang teman yang lain menjawab, "kamu dan dia, aku rasa sudah lewat masa."

Kepalaku menunduk semakin dalam ke pelukan kedua lututku.

"Benarkah?" cicitku lebih kepada jiwaku yang tercubit.

"Begitu, sepertinya."

Pahit. Hidup tidak pernah main-main.

Ketika kamu sudah tampak baik-baik saja, aku masih menangis mendengar namamu, ataupun mengingat tanggal yang kita tandai di kalender.

Mengapa seolah aku sedang diuji,
ditampar oleh kenyataan yang tidak ingin aku sadari:

Bahwa apa selama ini hanya aku yang menikmati permainan ini?
Bahwa apa kamu tidak benar-benar tertarik melanjutkan bersama aku?

Wajah riangmu kini kusadari hanya kamu beri untuk mengiaskan gurauan, cinta, dan kebahagiaan.
Kata-katamu yang penuh cinta,
mereka hanya terpaksa kamu tujukan untuk aku.

Begitupula cerita kita.
Terpaksa kamu jalani denganku
hanya karena tidak ingin melihatku menangis sendirian.

Aku tersedu hebat tiap hari.
Tanpa kamu gubris, pastinya.

KLM #2: Lintang | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang