Hari 20, Kamu dan Sajak-Sajak Itu

182 78 67
                                    

Pelikan melintas, di paruhnya terjepit angan-angan yang sempat terabaikan.
Menghitung kemungkinan di antara tumpukan pesan itu,
tidak ada satupun yang abadi.
Mereka, mimpi-mimpi itu,
menutup aku yang dulunya bersinar.
Meminta aku lebih peka dengan perasaanku sendiri.

Hei, tidak aku temukan aku di raga ini.
Bahkan aku lupa cara memanggil namaku.
Lenggang bicara, aku bungkam.
Meninggalkan kosong-melompong dengan hati yang bolong-bolong.

Hati, yang tadi sempat kubahas, telah lama kehilangan ronanya.
Gema-gema disuarakan,
lihai menggoda sepiku,
sayang malah percuma yang hati terima.
Diamku meluruh detik demi detik, menuliskan sajak-sajak yang menjelma air mataku.

(Kamu, ada di sajak-sajak itu. Entah sampai kapan kamu sendiri habis di dalamnya.)

Haihaii
Selamat datang di puisi ke 20 "Lintang"!
Terima kasih yang sudah membaca, apalagi vote dan komen.
Semoga Lintang bisa menemani kalian dan selalu menginpirasi.
Tetap baca, vote, dan komen pendapat kalian, ya!

Nantikan puisi selanjutnya✨

KLM #2: Lintang | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang