Hari 22, Kemana Perginya Hati yang Patah?

170 70 55
                                    

Sumbang, kamu larikan lirik bernotasi yang kupelajari lama-lama.
Kita memang aku tahan-tahan tidak lebur,
tapi konstruksi bukan bakat aku dan kamu.
Kita seakan titisan Dewa Siwa;
menghancurkan, melemahkan.

Spekulasi yang melenceng,
mengatakan relasi serupa taman bermain.
Realitalah yang akhirnya menggertak,
menuturkan hati bukan untuk coba-coba.

Sebuah tanya terpeleset dari ujung lidah,
kemanakah hati-hati yang terhianati?
Terjawab, adalah mereka yang tersisa di ujung jari tanpa penghuni.
Kapan saja dapat beranjak, kemana saja pergi dari sakitnya.

KLM #2: Lintang | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang