Sumbang, kamu larikan lirik bernotasi yang kupelajari lama-lama.
Kita memang aku tahan-tahan tidak lebur,
tapi konstruksi bukan bakat aku dan kamu.
Kita seakan titisan Dewa Siwa;
menghancurkan, melemahkan.Spekulasi yang melenceng,
mengatakan relasi serupa taman bermain.
Realitalah yang akhirnya menggertak,
menuturkan hati bukan untuk coba-coba.Sebuah tanya terpeleset dari ujung lidah,
kemanakah hati-hati yang terhianati?
Terjawab, adalah mereka yang tersisa di ujung jari tanpa penghuni.
Kapan saja dapat beranjak, kemana saja pergi dari sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLM #2: Lintang | ✔
PoetryHighest rank #1 poetry (12/10/2023) #1 diksi (12/01/2023) #1 words (08/03/2023) #1 antologi (22/06/2023) #1 puisiindonesia (12/01/2023) #1 wattpadpoetry (07/01/2023) #1 pecintasastra (07/01/2023) #2 syair (12/01/2023) #2 sastraindonesia (12/01/2023)...